Mas Nuka menutup laptopnya. Lalu menaruhnya di meja samping beserta mapnya."Fi, maaf! Mas barusan harus periksa laporan akhir bulan!" ujarnya seraya tersenyum.Begitulah suamiku. Dia selalu fokus dalam mengerjakan sesuatu. Lantas ku ambil gelas di atas meja di hadapanku.“Iya, gak papa. Aku sudah biasa. Minum dulu, Mas!” Aku menyodorkan gelas berisi susu jahe yang mulai hangat.Mas Nuka menerima dan meminumnya hingga setengah gelas. Aku menopang dagu. Memperhatikan Mas Nuka yang ada di sampingku. Dia sempurna di mataku. Hanya saja, hidupnya dipenuhi ambisi dan dendam.Mas Nuka meletakkan gelas kembali di atas meja. Lalu tangannya meraih bahuku hingga aku bersandar di dada bidangnya. Aku merasakan kecupan di pucuk kepalaku.“Pabrik semakin banyak orderannya, Mas?" tanyaku."Ya seperti yang kamu lihat, Fi! Bulan depan Mas akan melunasi sisa pembayaran dari rumah yang akan ditempati Anjani," balasnya."Oh ya? Mas, tapi aku nggak keberatan satu atap dengan Anjani seperti sekarang. Apa ng
ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️"TIDAAAAK!!"Aku terlonjak bangun dengan nafas tersengal. Meraba-raba leher. Baik-baik saja. Aku menyeka dahi yang ternyata berkeringat. Lantas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar ini."Aarrghh … mimpi lagi," gumamku sendiri.Aku memeluk lutut. Sembari mengatur nafas yang memburu agar lebih tenang. Mimpi lagi. Mimpi yang terasa begitu nyata.Makhluk bergaun hitam yang tingginya hingga langit-langit kamar dengan rambut panjang kusut. Tangannya kuruas dan panjang mencekik leherku begitu kuat. Hingga nafasku sesak. Cekikan itu rasanya nyata di leherku.Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Astaga. Mimpi buruk dicekik kuntilanak. Ini sudah ketiga kalinya. Setelah malam kemarin. Aku juga bermimpi kuntilanak itu turun dari langit-langit kamar dan menampakkan wajahnya begitu dekat di wajahku membuatku terbangun dari tidur.Tiga malam berturut-turut aku mengalami mimpi aneh yang terasa nyata. Kenapa jadi begini? Kenapa tiba-tiba aku jadi sering berm
"Bu, ini jambunya." Pak Yanto sudah ada di belakangku dengan kresek berisi jambu di tangannya."Oh, iya, Pak. Taruh saja di meja situ. Minta tolong ambilkan sekop kecil sama kresek agak besar, di pos ada?""Ada, ada, Bu. Sebentar!" Pak Yanto berjalan ke teras rumah dan meletakkan kresek berisi jambu di atas meja kecil yang diapit dua kursi.Sembari menunggu Pak Yanto, aku mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh. Sudah lama aku tidak mengurus taman ini. Pak Yanto sudah kembali dengan sekop dan kresek di tangannya dan menyerahkan padaku.Aku akan memindahkan tanaman aglaonema ini dari potnya. Aku mulai menggali tanah dengan sekop untuk tempat baru aglaonema ini. Saat tengah menggali, ada sesuatu terlempar oleh sekop yang aku gunakan.Aku menghentikan aktivitasku. Apa itu? Seperti kain putih tapi lusuh karena terpendam tanah. Aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Aku membolak-balik kain yang kini ada di tanganku. Kain apa ini? Kenapa bisa dipendam di sini? Karena penasaran, aku lal
ISTRI KEDUAKUPOV NUKA❤️❤️❤️Aku pulang ke rumah saat jam makan siang. Karena Bibi mengabarkan Fidelya sakit. Turun dari mobil aku tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar.Aku berjongkok di pinggir ranjang. Fidelya pucat sekali. Tubuhnya meringkuk dalam selimut. "Fi, kamu kenapa?" tanyaku panik.Fidelya hanya menggeleng lemah. Aku meraba-raba dahi dan lehernya, ternyata panas. Padahal saat tadi aku berangkat, Fidelya baik-baik saja."Hooeekk!" Fidelya menutup mulut. Menyingkap selimut dengan cepat dan masuk ke kamar mandi. "Hooekk … hoeekk!"Dari sini terdengar suara Fidelya seperti muntah-muntah. Aku menyusulnya ke dalam kamar mandi. Fidelya sedang membungkukkan badannya di bak wastafel dengan kran air yang menyala."Huuekk … hueekk!!" Lagi-lagi Fidelya mual. Tapi tidak ada yang dimuntahkannya.Aku membantu mengurut leher belakangnya. "Huuekk!!" Fidelya kembali mual. Tapi tidak memuntahkan apa-apa. Fidelya lalu mencuci mulutnya dengan air dan menegakkan badannya. Memperlihatkan bibirnya
"Den, bagaimana keadaan Nyonya?" Bi Marni yang tengah menyiapkan makan malamku, menanyakan kondisi Fidelya."Sudah tidur, Bi.""Nyonya sakit apa, Den?""Nggak ada sakit, Bi. Fidelya nggak punya riwayat penyakit lambung selama ini. Alergi atau keracunan makanan juga nggak, Bi."Jam enam sore tadi, Fidelya diperiksa dokter kepercayaanku. Dokter yang biasa aku panggil ke rumah. Menurut pemeriksaannya, Fidelya tidak sakit apa-apa.Karena permintaannya juga, Fidelya tidur dibawah pengaruh obat tidur. Karena jika tidak begitu, Fidelya tidak bisa tidur nyenyak karena rasa mual yang terus dirasakannya."Ini, Den." Bi Marni mengangsurkan piring yang sudah berisi nasi serta lauknya di hadapanku. Lantas Bi Marni pamit ke dapur.Tiba-tiba Anjani masuk ke ruang makan dan ikut duduk di kursi meja makan. Matanya menelusuri menu makanan yang terhidang malam ini. Sementara, aku belum memulai aktivitas makanku.Bi Marni yang keluar dari arah dapur dan melewati ruang makan, menghentikan langkahnya. Bi M
ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️Aku duduk bersandar di tempat tidur. Mas Nuka baru selesai membersihkan dirinya. Dia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.Aku menatapnya dari sini. Rasa penasaranku, berlomba ingin mengetahui, apa yang Mas Nuka sembunyikan dariku. Siapa sebenarnya maduku, Anjani.Apa dia memiliki kelainan? Karena jika manusia waras. Kurasa tidak mungkin dia melakukan hal menjijikan seperti kemarin.Setelah semalaman tidur di bawah pengaruh obat. Hari ini, kondisiku lumayan membaik. Meski ingatan tentang kelakuan Anjani kemarin masih sering melintas.Setidaknya pagi ini rasa mual yang menderaku mulai berkurang. Dan aku harus mengendalikan diri agar pikiranku teralihkan, untuk tidak mengingatnya.Tidurku lagi-lagi terbangun karena mimpi kuntilanak. Mimpi yang entah kenapa terasa begitu nyata. Dan mimpi itu datang berturut-turut.Ini tidak boleh dibiarkan. Aku akan menghubungi Mas Lukman secepatnya nanti."Fi, kamu sudah membaik?" Mas Nuka tel
ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️[Mixue Caffe jam.10 siang]Aku membuka pesan yang berupa share location dari Mas Lukman. Caffe itu hanya berjarak dua puluh menit saja dari rumahku. Setelah pesan itu kuterima. Secepatnya aku memesan taksi online.Aku menghela nafas. Jam di kamar menunjukkan pukul sembilan pagi. Mas Nuka sudah berangkat mengontrol pabrik seperti biasa.Sudah jam sembilan, aku belum keluar dari kamar. Rasanya aku tidak sanggup jika berpapasan dengan Anjani. Kelakuan tidak warasnya pasti langsung berputar di otakku. Memicu rasa mualku kambuh.Memanggil Bi Marni pun, aku rasa tidak aman. Bagaimana jika Bibi bau amis seperti kemarin? Ah. Yang ada perutku malah semakin perih karena pasti mual-mual lagi mencium bau amisnya.Seharian kemarin, aku menghabiskan waktu di caffe langganan. Makan siang di sana dan pulang sore hari dengan membawa makanan take away. Ternyata lumayan mengurangi mual yang aku alami. Perhatianku teralihkan oleh suasana caffe. Serta penyanyi caffe yang t
ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️Aku menatap Mas Nuka yang sudah terlelap di sampingku. Malam ini, sudah masuk jatah Mas Nuka tidur di kamarku. Sebelum Mas Nuka terlelap. Dia lebih dulu meminta haknya.Dia seperti singa lapar yang baru mendapatkan mangsa. Dia sangat agresif melebihi biasanya. Dia menggempurku habis-habisan.Aneh. Kenapa aku merasa Mas Nuka seperti baru saja mendapatkan pelepasan hasratnya yang sudah lama tertahan. Bukankah Anjani juga istrinya yang sah? Bukankah selama dua minggu, malam Mas Nuka bersama Anjani. Mas Nuka pun pasti mendapatkan haknya dari Anjani 'kan?Apa jangan-jangan Anjani memang benar manusia jelmaan. Sehingga Mas Nuka tidak bisa menjamahnya? Oh Astaga! Kepalaku rasanya sakit sekali memikirkan semuanya.Jam dinding di kamar ini menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sengaja terjaga. Malam ini aku harus membuktikan ucapan Mas Lukman siang tadi.Pelan, aku turun dari tempat tidur dan mengendap ke kamar mandi. Melepas semua pakaian dan menyalakan shower