Hari itu pun tiba di mana aku akan keluar dari kastil ini dan pindah ke tempat lain yang aku sendiri belum tahu ada di mana. Ya, Jacob mengatakan jika ia akan menyiapkan tempat tinggal baru untukku selama aku tidak tinggal di kastilnya, namun ia akan tetap terus mengawasiku dari jauh. Aku tak peduli akan hal itu, karena saat ini yang aku pikirkan adalah aku bisa keluar dari kastil yang bagiku seperti penjara dan membalas perbuatan jahat Helen Noel padaku. “Ini tempat tinggal Nyonya yang baru,” tutur Charlie, tangan kanan Jacob yang ditugaskan mengantarkanku ke tempat tinggalku yang baru, di sebuah penthouse mewah di pusat kota Los Angeles. “Apa ini tidak terlalu berlebihan? Aku ingin tinggal di tempat biasa saja yang tidak terlalu mencolok,” aku berkomentar tak suka. “Ini perintah dari tuan sendiri, Nyonya. Dan saya yakin Anda akan merasa nyaman dan aman tinggal di sini,” Charlie membujuk. “Sejak kapan pria menyebalkan itu peduli padaku?” desisku sedikit kesal. “Dan mulai besok A
Mansion Lilian’s Malam itu Lilian Bells selaku tuan rumah mengadakan pesta di mansion mewah miliknya. Sebagai seorang janda kaya raya yang juga memiliki karier cemerlang di dunia hiburan sama halnya dengan Helen Noel sang sahabat, hidupnya selalu penuh dengan kemewahan dan hura-hura. Kariernya yang berawal dari model hingga kemudian diperistri oleh seorang produser film yang umurnya terpaut jauh darinya membuat hidupnya tak pernah merasa kekurangan. Gaya hidupnya semakin bak sosialita sejak kematian suaminya dua tahun silam. Statusnya sebagai janda tidak membuatnya terpuruk, namun justru sebaliknya. Seperti malam ini, Lilian mengadakan pesta tahunan di mansionnya hanya untuk gengsinya saja. Ia memang biasa mengadakan pesta di mansion miliknya peninggalan dari mendiang suaminya yang meninggal karena sakit. Ia mengundang banyak teman di dunia hiburan dan juga para pengusaha yang merupakan relasi bisnisnya, dan malam itu tamu istimewa yang ditunggu Lilian pun tiba, siapa lagi jika bukan
Beberapa hari ini kulalui sebagai manager di Dominic Corp. dan aku cukup sibuk dibuatnya, dan hari ini adalah hari ke tiga aku pulang larut malam karena pekerjaan yang mengharuskan aku untuk lembur. Setelah berendam air hangat cukup lama di dalam bathub aku duduk di tepi ranjang seraya mengeringkan rambut yang basah dengan handuk dengan hanya berbalut kimono mandi. Setelah mandi aku merasa segar kembali, dan sejenak aku menatap layar ponselku yang kuletakan di meja nakas. Sudah beberapa hari ini tak ada kabar dari si pria menyebalkan Jacob Hayden yang merupakan suamiku sendiri. Sejak percakapan kami di telepon waktu itu aku tak lagi mendengar kabarnya. Tak ada satu pesan ataupun telepon darinya. Harusnya aku merasa senang bukan? Lalu kenapa aku merasa sedikit kesepian? Dan dengan logikaku aku mencoba menepisnya dan tak mau berpikir lebih banyak. Segera kulepas kimono mandiku dan aku menggantinya dengan lingeria warna hitam yang ada di dalam lemari bajuku. Merebahkan diri dan menatap k
Pagi itu seperti biasa Dave dan Roy mengantarkanku berangkat ke perusahaan. Awalnya aku risih dengan keberadaan mereka sebagai pengawal pribadiku sejak keluar dari kastil Jacob, tapi lama kelamaan aku sudah terbiasa dengan sikap posesif Jacob karena bagaimana pun aku pernah mengalami hal buruk hingga membuat dua nyawa hilang karena hal itu.Selama dalam perjalanan entah kenapa pikiranku terasa melayang, jika mengingat kembali kejadian semalam yang bagiku masih terasa mimpi, namun setelah melihat tanda merah di bagian tubuhku ketika aku bangun pagi tadi, aku tahu jika yang aku alami semalam bukanlah mimpi akan tetapi hal nyata yang benar-benar terjadi. Masih dapat kuingat dengan jelas bagaimana Jacob menyentuh tubuhku semalam. Sentuhan itu bagiku terasa berbeda hingga membuatku lupa diri. Aku yang merasa kelelahan hingga sampai tak menyadari kedatangannya yang diam-diam ke dalam penthouse dan meminta haknya sebagai suami, kemudian setelah itu seperti biasa Jacob selalu menghilang usai
Sejak pernyataan tajam menyindir Tobias Hakon waktu itu kini aku merasa gosip buruk tentangku menjadi menyebar begitu saja dengan cepat. Entah siapa yang menyebarkan rumor itu di perusahaan, yang jelas mereka pasti sengaja melakukannya agar citra dan imageku menjadi semakin buruk di mata orang-orang di perusahaan dan aku yakin jika Tobias Hakon lah dalang dari semua itu.Sudah berapa kali aku mendapati dan tak sengaja memergoki para karyawan Dominic yang menggunjingkanku di tengah waktu senggang mereka saat bekerja dan tatapan mengejek serta meremehkan di balik senyum palsu mereka padaku. Apa yang ada dalam pikiran mereka tentangku, aku tak akan ambil pusing karena aku berada di Dominic Corp. hanya memiliki satu tujuan penting dan semua ini hanya aku anggap angin lalu yang akan pergi dengan sendirinya.“Peluncuran produk Genz sebagai proyek Dominic yang baru akan segera direalisasikan kita harus segera mencari model untuk brand yang cocok dan sesuai dengan tema prodak kita sekarang. J
“Maaf Tuan, sepertinya Nyonya akan mengundurkan diri dari Dominic Copr,” lapor Charlie di sambungan teleponnya pada Jacob Hayden.“Kenapa? Apa dia mendapatkan kesulitan?” Jacob menyahut tenang.“Beberapa waktu ini gosip buruk tentang Nyonya semakin menyebar luas di Dominic Corp. dan berdasarkan pengamatan saya dari orang dalam, jika Nyonya bertengkar dengan CEO Samuel Hopkins kemarin,” Charlie menjelaskan kembali.“Mereka sudah berani mengusik wanitaku ternyata. Apa kau sudah selidiki siapa penyebar rumor buruk itu?” selidik Jacob pada kaki tangannya itu.“Tobias Hakon, seorang investor baru di Dominic Corp. yang menyebarkan rumor itu, atas perintahnya asistennya yang bernama Kenneth Done menyebarkan rumor tentang Nyonya,” jawab Charlie pada sang bos.“Pria dari Norwegia itu bukankah yang dulu pernah dihajar Daniel Noel karena mencoba menyentuh wanitaku?” ujar Jacob memastikan.“Betul, Tuan.” “Baiklah, kau tahu yang harus kau lakukan Charlie. Sepertinya kali ini aku yang harus turun
Sebuah mobil mewah keluaran terbatas berhenti di mansion milik janda kaya mendiang produser ternama Alan Bells, pria tinggi dan tampan dengan bentuk tubuh proposional keluar dari dalam mobil itu dan kemudian masuk ke dalam mansion di antar oleh seorang maid yang menunjukkan keberadaan majikannya. “Kau sudah datang Daniel?” Suara lembut menggoda terdengar. Si pemilik suara menampakkan dirinya dengan balutan gaun seksi warna merah menggoda yang sepertinya menjadi warna favorit wanita itu jika ingin mendekati mangsa. Sosok itu kini melangkah mendekati Daniel Noel yang berdiri dengan tatapan datar tanpa ekspresi. “Aku tahu kau pasti akan datang Daniel, tapi aku tak menyangka kau akan datang secepat ini. Sungguh ini membuatku senang,” ucap Lilian Bells, janda dari mendiang Alan Bells. “Tak perlu basa-basi. Aku hanya ingin menagih ucapanmu waktu itu saat di pesta,” Daniel Noel menjawab dingin, dan tak bergeming sedikit pun saat jemari lentik dan nakal Lilian mulai bermain-main di wajah ta
Setelah melakukan pergumulan panas yang tidak seharusnya dilakukan, kini dua tubuh polos itu terbaring di ranjang saling mengatur nafas mereka yang tak beraturan. “Kau hebat, Daniel. Kau adalah pria pertama yang berhasil memuaskanku hingga aku orgasme berkali-kali! Aku tak salah memilihmu sebagai pria idamanku selama ini,” bisik Lilian dengan suara parau yang masih terasa berat, ia mendekati Daniel yang terbaring terpejam di sebelahnya dengan nafas yang masih sepotong-potong. “Jangan menyentuhku! Kau sudah membuatku menjadi pria brengsek yang mengkhianati sebuah pernikahan!” tolak Daniel menepis kasar tangan Lilian yang mencoba menyentuh tubuh polosnya lagi. Mendapatkan penolakan itu Lilian justru terkekeh geli. “Apa kau masih menyebut pernikahanmu dengan Helen itu suci, Daniel Noel? Sedangkan di belakangmu Helen juga telah melakukan pengkhianatan,” ejek Lilian dengan tersenyum jahat. “Katakan padaku apa yang kau tahu semuanya tentang Helen selama ini!? Jangan mencoba memprovokasi