Share

KEINGINAN MEMILIKI SEORANG ANAK

Mansion Noel's

Daniel Noel tampak berbaring di ranjang mewah king size miliknya, pandangan tak lepas memperhatikan sang istri, Helen Noel yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya dengan penuh semangat. Sesekali senyum mengembang di wajah cantiknya yang sempurna. Sudah hampir 2 jam ia sibuk memainkan jemari lentiknya di benda pipih berteknologi canggih itu seolah ia melupakan keberadaan sang suami yang sejak tadi sengaja diam dan tak berkomentar.

"Akan sampai kapan kau akan sibuk dengan duniamu itu hingga sampai melupakanku, Helen?" Daniel akhirnya buka suara, merasa kesal karena sikap cuek sang istri tercinta.

"Astaga, sayang. Aku sedang sibuk membalas komentar para fansku karena ini sangat penting untuk promosi film terbaruku." Sahut Helen dengan pandangan tak lepas di layar ponselnya.

"Aku tahu kau sangat sibuk dengan duniamu itu. Tapi bukan berarti kau harus melupakan kalau kau masih memiliki seorang suami bukan?" seloroh Daniel dengan gerakan rahang kaku. Kali ini ia benar-benar merasa dongkol dengan sikap dingin dan cuek istrinya yang sejak 2 tahun pernikahan selalu sibuk dengan dunianya sendiri.

Siapa orang yang tak mengenal Helen Noel, seorang selebritis papan atas Hollywood yang sudah banyak meraih penghargaan di film-filmnya. Semua tampak sempurna. Wajah, tubuh yang cantik mempesona, karier yang gemilang, dan diperistri oleh salah satu seorang billioner muda pemilik Noel Corporation, salah satu perusahaan raksasa di Los Angeles, California.

Namun di mata Daniel Noel sekarang, ia seperti menikahi seorang properti langka berharga tinggi namun tak bisa tersentuh atau lebih tepatnya selama kehidupan pernikahannya ia merasa hambar karena kesibukan dirinya dan sang istri yang luar biasa padat.

Mengetahui sikap kesal suaminya, Helen pun mencoba mendekati sang suami yang kini tertidur dengan posisi membelakangi dirinya.

"Apakah kau marah, hmm? Maafkan aku sayang, karena kupikir kau sejak tadi diam karena tidak mau aku ganggu,” bisiknya seraya memeluk dari belakang tubuh sang suami yang bertelanjang dada.

Daniel diam dan tak bereaksi. Namun bukan Helen namanya jika ia tak tahu kelemahan suaminya sendiri. Dengan gerakan menggoda diciumi dada bidang dan berotot milik suaminya itu. Kali ini sikapnya begitu agresif, karena ia sengaja melakukannya agar suaminya tergoda dan berhasrat lagi padanya.

"Uuhhggtt..., kau selalu tahu kelemahanku Helen sayang...,” desah Daniel mulai merespons sentuhan istrinya ketika ciuman wanita cantik berambut merah itu semakin intens di kedua titik sensitif pria yang ada di dadanya.

Helen tersenyum puas dibalik ciumannya pada sang suami. Kali ini ia ingin memberikan yang terbaik pada Daniel karena memang sudah lama sekali sejak mereka terakhir bercinta karena kesibukan masing-masing.

"Aku merindukanmu, sayang. Ooh..., jangan berhenti, tetaplah di sana,” pinta Daniel seraya memejam nikmat, menikmati sentuhan sang istri di pusat tubuhnya yang kini telah menegang sempurna.

Helen terus melakukan gerakan erotis dititik paling sensitif milik Daniel hingga pria itu tak bisa berhenti mendesah dan menggerang nikmat. Hingga akhirnya sampai melakukan pelepasan di dalam mulut manis sang istri yang kecantikan begitu menawan setiap kaum adam yang melihatnya.

"Kau kalah sayang, kali ini akulah pemenangnya,” ucap Helen menggoda setelah menelan habis benih milik suaminya itu kemudian bergerak mendekatinya.

"Tunggu saja pembalasanku, honey. Aku akan membalasnya nanti hingga kau menjerit nikmat dan tak mau berhenti,” sahut Daniel dengan seringainya yang penuh arti.

Kemudian yang selanjutnya yang terjadi bisa ditebak. Mereka berdua bercinta penuh semangat dan begitu panas. Seolah telah lama menumpahkan hasrat dan kerinduan yang telah lama terpendam.

"Malam ini sungguh luar biasa sayang. Terima kasih karena kau telah memberikanku kenikmatan,” ucap Daniel seraya mengecup lembut pucuk rambut istrinya setelah selesai melakukan pergumulan panas bersama sang istri.

"Kau pun luar biasa, sayang. Aku selalu puas bercinta denganmu, Helen menyahut senang.

Mereka pun berpelukan, saling memberikan pujian dan kata cinta. Bagai awal pernikahan mereka dua tahun silam. Hati Daniel begitu bahagia hari ini, karena percintaan inilah yang ia rindukan selama ini bersama dengan istri tercintanya yang luar biasa. Kesibukan sang istri sebagai publik figur dan juga dirinya sebagai pemilik perusahaan besar telah membuat mereka banyak kehilangan waktu yang berharga.

"Kita sudah dua tahun menikah, apa kau tak ingin memiliki seorang anak, Helen sayang?" Daniel berbisik mesra pada istrinya itu.

"Anak? Kenapa kau tiba-tiba membicarakan seorang anak, Daniel? Bukankah di awal pernikahan kita sudah sepakat untuk menundanya terlebih dahulu sampai aku benar-benar siap,” jawab Helen tegas.

"Aku tahu, lalu kira-kira sampai kapan kau akan siap menjadi seorang ibu, sayang? Mom sudah berkali-kali mendesakku agar kita cepat memiliki momongan,” Daniel bertanya memastikan.

"Berikan aku waktu 3 atau 4 tahun lagi. Aku akan siap menjadi seorang ibu, Daniel,” sahut Helen cepat.

"Apa? 4 tahun lagi?! Astaga, Helen itu waktu yang cukup lama! Keluarga kita tidak akan mau menunggu selama itu. Apalagi Mom, dia sudah tak sabar ingin memiliki seorang cucu pewaris Noel selanjutnya,” ujar Daniel, ia merasa bingung dan tak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya itu.

"Kau lebih memperhatikan keinginan mereka atau keinginan istrimu sendiri, Daniel? Sudah aku bilang aku belum siap menjadi seorang ibu karena karierku, selain aku masih terikat kontrak, aku juga memiliki alasan pribadi kenapa aku tak ingin memiliki anak sekarang ini. Kuharap kau dan keluargamu harus mencoba mengerti keputusanku ini."

"Aku mengerti sekarang, prioritas utamamu adalah karier bukan keluargamu sendiri, Helen. Aku sebagai pria yang mencintaimu bisa mengerti keputusanmu itu namun sebagai suamimu jujur aku kecewa padamu, Helen Noel." Daniel berucap seraya bangkit dari ranjang, berjalan dengan keadaan polos tanpa busana kemudian masuk ke dalam kamar mandi dengan ekspresi kecewa dan marah yang tak bisa di tutupi. Sedangkan Helen hanya menatap suaminya itu dalam diam.

Bagi Helen Noel memiliki anak bukankah tujuan dan prioritas utama untuk menikah. Jika ia memiliki anak kariernya akan hancur dan bentuk tubuh idealnya akan berubah, ia tak mau itu terjadi. Saat ini popularitasnya sedang naik daun, memiliki seorang anak jelas akan membuat dirinya repot, itu yang pasti.

Suka atau tidak, Daniel Noel sang suami dan keluarga besar Noel harus menerima keputusannya. Karena baginya itulah resiko menikahi seorang selebritis populer seperti dirinya. Yang jelas Helen tak mau hidupnya terikat hanya karena seorang anak.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Daniel tampak berendam di dalam bathub melepas rasa kesal dan marah pada keputusan istrinya yang baginya sangat egois. Sungguh ia tak habis pikir dengan jalan pemikiran istrinya itu, yang baru akan siap menjadi seorang ibu setelah empat tahun dari sekarang, itu sungguh pemikiran konyol dan egois!

Bukankah memiliki keturunan adalah tujuan utama sebuah pernikahan selain menyatukan dua pasangan yang saling mencintai? Lalu bagaimana bisa istrinya itu berencana untuk menunda memiliki anak dalam jangka waktu yang lama?!

"Cih, aku rasa kau memang sengaja mengulur waktu karena dari awal memang kau tak ingin hamil dan tak ingin menjadi seorang ibu, Helen,” umpat Daniel dengan tersenyum kecut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status