"Aku menawarkan agar kau menjadi wanitaku, Lucy Watts. Jika kau mau kehidupanmu akan jauh lebih baik dari sekarang. Aku akan memberikan apa yang kau minta, menjadi wanitaku itu berarti kau tak perlu susah payah bekerja keras sebagai sekretaris Daniel Noel lagi, bagaimana apakah kau tertarik?" tuturnya penuh percaya diri. "Maaf, Mr. Hakon. Saya sudah memiliki kekasih dan hubungan kami sudah cukup serius," jawabku tegas. "Benarkah? Bagiku itu tidak masalah, karena menjadi wanitaku itu bukan berarti harus menjadi kekasih. Kau hanya tinggal menyetujuinya saja maka kita akan mulai berkencan malam ini." Astaga, pria ini memang sudah benar-benar gila dan tidak waras! Aku tak habis pikir otak mesumnya sungguh membuatku muak dan ingin segera pergi! "Dengan sangat menyesal saya menolak tawaran Anda, Mr. Hakon karena maaf saya bukan wanita yang seperti yang Anda pikirkan. Sepertinya sudah cukup saya berada di sini, saya mohon pamit dan permisi," aku menyahut dengan menahan perasaan dongkol, s
Di sebuah villa mewah di Laurel Canyol, yang sengaja di sewa Tobias Hakon, sang asisten pribadi kepercayaannya yang tak lain adalah Kenneth Done membawa Lucy Watts yang telah tak sadarkan diri karena dalam pengaruh obat bius yang diberikannya ketika dalam perjalanan. Sebenarnya Kenneth merasa berat hati harus sampai melakukan hal itu, namun perintah dari sang atasan baginya adalah prioritas utamanya. Karena jauh dalam hatinya, ia cukup mengagumi sosok Lucy Watts yang memang menarik dan memiliki pesona tersendiri. Dan karena hal itu juga yang membuat Tobias Hakon tergila-gila pada seorang Lucy Watts yang bagi bosnya itu adalah sebuah tantangan karena wanita itu berkali-kali menolak pesona sang casanova dari Norwegia. "Baringkan dia di sana, Kenneth! Bagus sekali, tugasmu luar biasa. Aku akan memberikanmu bonus yang besar setelah ini," ucap Tobias dengan senyuman kepuasan "Terima kasih Mr. Hakon, saya hanya melaksanakan perintah Anda sebaik mungkin." Kenneth menyahut datar setelah itu
Dua minggu berlalu setelah kejadian pelecehan yang dilakukan Tobias Hakon, sampai sekarang Willyam pun tak tahu dengan kejadian buruk yang menimpaku karena aku memang sengaja menyembunyikannya. Hal itulah yang membuatku semakin merasa bersalah padanya karena harus menyembunyikan dua peristiwa malam menyakitkan dalam hidupku dalam hitungan minggu. Entah kenapa aku pun merasakan hubungan kami merenggang karena kesibukan kami berdua. Willyam yang merupakan seorang manager di salah satu perusahaan properti di Los Angeles memiliki kesibukan yang cukup padat. Namun, setiap malam jika ia tidak lembur dengan pekerjaannya, Willyam selalu menyempatkan diri untuk menjemputku pulang. Akan tetapi, sudah lebih dari satu minggu ini ia tidak melakukannya. Kami pun jarang bertemu dan hanya berkomunikasi lewat via chat saja. Aku rasa memang dia sedang sibuk dengan pekerjaannya akhir-akhir ini, itu yang selalu aku pikirkan agar aku selalu berpikir positif dan tak terlalu jauh berpikir. [ Maaf sayang,
Noel Corporation "Apa kau baik-baik saja, Lucy? Wajahmu tampak pucat, jika kau belum sehat sebaiknya kau jangan memaksakan diri," Sarah bertanya cemas, ia adalah teman satu kantorku di bagian tim keuangan. Hubungan kami berdua pun cukup dekat lebih dari teman satu kantor biasa karena selama tiga tahun aku bekerja di Noel Corp. Kami berdua cukup banyak menghabiskan waktu bersama atau sekedar sharing masalah pribadi. "Aku baik-baik saja, Sarah," sahutku lirih. "Apa kau yakin?" tanyanya sekali lagi padaku. "Iya, mungkin karena ini efek kurang tidur saja," aku menjawab yakin seraya tersenyum tipis. "Baiklah kalau begitu, ayo ke kantin! Ini sudah jam makan siang," ajak Sarah padaku. "Okay baiklah, aku ambil ponselku dulu sebentar." Kemudian kami berdua pun berjalan menuju ke kantin yang ada di lantai 10 gedung ini. "Bagaimana kabar hubunganmu dengan Will? Apakah baik-baik saja, Lucy? Karena sudah satu minggu lebih dia tak terlihat menjemput pulang akhir-akhir ini?" Sarah bertanya se
Setelah tahu jika Lucy Watts sedang hamil, dan usia kandungannya pun baru 8 minggu. Ingatan malam panas itu pun kembali terbayang kembali. Bukankah tepat kurang lebih di bulan itu pun ia adalah pria pertama yang menyentuh dan menjebol segel yang di miliki sang sekretaris? Lalu mungkinkah itu adalah anaknya? Darah dagingnya sendiri? Namun, status Lucy yang memiliki seorang kekasih membuatnya ragu akan hal itu. Daniel Noel merasa tidak yakin 100% jika anak yang dikandungnya adalah anak dari benihnya. Hanya ada satu jawaban, ia harus menanyakan secara langsung pada Lucy akan keraguannya. Daniel pun menghampiri Lucy yang masih tak sadarkan diri di ruangan pasien. Menatap lekat-lekat sosok wanita yang telah mengabdi padanya selama 3 tahun bersamanya di perusahaan, dan selama itu pun, ia tidak pernah merasa kecewa dengan kinerja Lucy Watts. Bagi dirinya Lucy Watts adalah wanita pekerja keras, disiplin dan berprinsip tinggi. Secara pribadi Daniel mengakui jika ia mengagumi sekretarisnya it
Aku memutuskan untuk keluar dari rumah sakit lebih cepat karena aku tak ingin berlama-lama semakin terpuruk dan orang-orang berasumsi buruk karena kondisiku yang tengah hamil tanpa seorang suami ataupun kekasih. Walaupun dokter melarangku karena kondisiku yang belum pulih benar namun aku tetap memaksa untuk pulang lebih cepat. Dan malam itu saat aku kembali ke apartemen, Willyam sudah menungguku di dalam apartemenku. Ia sudah biasa melakukannya karena memang Will tahu pasword dan memiliki kunci pintu apartemen milikku. "Untuk apa kau kesini Will?" tanyaku dingin. "Aku menunggumu pulang karena tadi aku menjemputmu di kantor kau tak di sana." "Terima kasih atas perhatianmu, sekarang aku ingin istirahat jadi tolong pulanglah dan pergi dari sini, Willyam Dormen," sahutku acuh. "Kenapa kau bicara seperti itu, Lucy? Apa kau masih marah padaku karena aku tak membalas pesan darimu semalaman? Ayolah Lucy, janganlah bersikap kekanakan hanya karena masalah sepele seperti itu," Will berucap s
Mansion Noel's.Malam itu Daniel tampak duduk di balkon mansion mewah miliknya. Menegak wine dengan tatapan kosong menatap taman mansion dari atas balkon.Ia berkali-kali mendesah selama beberapa saat, ia sendiri tak sadar sejak kapan pikirannya gelisah seperti ini?Sampai saat ini ia masih merasa bingung pada dirinya sendiri, karena sudah beberapa kali dalam pikirannya selalu ada bayangan Lucy Watts, sekretarisnya itu. Apalagi sejak ia tahu kalau Lucy hamil dan telah mengajukan pengunduran diri dari perusahaannya setelah tiga tahun Lucy mengabdi bekerja padanya. Sudah jelas sekali bukan jika Lucy keluar dari perusahaan karena ingin menghindar darinya?Pikirannya berkecamuk merasa bimbang. Di satu sisi ia memang menginginkan seorang anak dari istrinya tercinta, namun sang istri justru menolak mentah-mentah keinginannya itu, dan kini ia justru harus dihadapkan dengan kehamilan sekretarisnya sendiri. Wanita yang tak lain telah ia renggut kehormatannya secara paksa. Dia ingin bertanggun
Hari demi hari dilalui Daniel Noel dengan tanpa gairah. Sejak Lucy Watts tak bekerja lagi padanya dan resmi mengundurkan diri dari perusahaan seakan membuat hidupnya tanpa gairah. Ia sendiri tak menyadari perubahan itu dalam dirinya. Karena dia adalah lelaki dengan ego yang tinggi. Pantang bagi seorang Daniel Noel terlihat lemah di mata orang-orang apalagi pada wanita. Ketika pada puncaknya, tak mau perasaan gelisah dan bersalah semakin terus menghantui dirinya, maka hari itu ia memutuskan berniat untuk menemui mantan sekretarisnya itu. Dengan mobil mewah miliknya malam itu ia meluncur menuju ke apartemen Lucy Watts. Sesampainya di gedung apartemen, saat ia hendak turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam gedung ia sempat melihat Lucy masuk ke dalam sebuah mobil taxi, karena itu ia mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil dan dengan instingnya Daniel mengikuti taxi yang membawa Lucy dari belakang. "Mau kemana kau larut malam begini, Lucy?" Gumamnya penasaran. Setelah cukup lama