Share

AJAKAN MAKAN MALAM

Noel Corporation, Los Angeles.

"Apa jadwal hari ini, Lucy?" Daniel Noel bertanya padaku saat aku masuk ke dalam ruangannya.

"Siang ini Anda ada jadwal pertemuan dengan Mr. Oliver Milles, kemudian selanjutnya hari ini akan ada kunjungan dari salah satu investor kita dari Norwegia, Mr. Tobias Hakon,” jelasku datar.

"Tobias Hakon? Investor yang selalu bersikap arogan itu?" Daniel bertanya dengan kedua mata menyempit.

"Benar, Sir,” jawabku menjawab singkat tanpa ekspresi.

"Apa kau punya alasan agar aku bisa menghindarinya?" tanyanya dengan ekspresi enggan, karena aku tahu dia sangat tak menyukai investor mesum itu.

"Tidak ada, Sir, jika Anda menolak bertemu beliau akan mengancam Anda dengan menolak kerja sama dengan perusahaan ini seperti yang pernah dilakukannya beberapa bulan yang lalu,” aku menjawab serius.

"Tsk, kau tahu aku tak takut dengan sebuah ancaman, Lucy. Aku hanya mempertimbangkannya karena dia adalah investor yang sudah cukup lama bekerja sama dengan Noel Corp. Selebihnya aku tak suka dengan segala tindak tanduknya. Apalagi saat dia berusaha menggodamu di depanku beberapa bulan yang lalu, sikapnya itu sangat tidak etis dan kampungan,” Daniel berkomentar, kulihat ekspresi wajahnya masih terlihat kesal. Ekspresi yang sama seperti yang kulihat beberapa bulan yang lalu saat Tobias Hakon berusaha mengajakku berkencan secara terang-terangan di depannya.

Tak mau berpanjang lebar lagi, karena sekarang sejak peristiwa malam yang tak ingin kuingat lagi itu, aku enggan berlama-lama berhadapan secara langsung dengan Daniel Noel. Walaupun aku sudah bertekad untuk melupakan malam memilukan itu, namun perasaanku tetap tak bisa berbohong. Dan hal itu membuatku tak nyaman jika berhadapan langsung dengan atasanku sendiri sekarang.

"Jika sudah tidak ada yang Anda perlukan lagi, saya pamit undur diri, sir,” ucapku seraya sedikit membungkukkan setengah badan.

"Baik, kau boleh pergi, Lucy,” sahutnya lirih, dapat kulihat tatapan penuh arti di matanya saat memandangku, namun aku tetap bersikap datar seperti biasa dan berjalan keluar ruangan.

...

Siang itu sesuai dengan jadwal, Mr. Tobias Hakon datang bersama dengan asisten kepercayaannya Kenneth Done, yang sudah cukup aku kenal. Ia mendatangiku saat jam makan siang ketika kami berdua berpapasan di lobi perusahaan.

"Selamat siang, Miss. Watts. Bagaimana kabarmu hari ini?" sapanya ramah. Pria muda berjambang tipis itu tersenyum ramah padaku.

"Kabar saya baik, Mr. Done. Bagaimana dengan Anda?" balikku bertanya.

"Luar biasa, apalagi jika aku kembali berkunjung ke Los Angeles. Pemandangan cantik seolah memanjakan mataku,” Kenneth menjawab dengan senyuman menggoda, persis seperti atasannya Tobias Hakon yang cenderung bersikap genit dengan lawan jenis yang menarik perhatiannya. Mereka memang dua pasangan yang mungkin berwatak sama.

"Semoga Anda dan Mr.Tobias Hakon betah berada di sini, Mr. Done,” ucapku mencoba basa-basi.

"Baiklah Mr. Done saya mohon pamit dulu,” sambungku kemudian.

"Tunggu, Miss. Watts! Aku ke sini menemuimu karena ingin menyampaikan pesan dari Mr. Hakon jika beliau ingin mengundangmu makan malam nanti. Dan aku harap kau tak lagi menolaknya kali ini, Miss. Karena itu akan sangat mengecewakannya nanti,” tutur Kenneth serius, kali ini ucapannya bagiku terdengar sedikit mengancam.

"Makan malam? Maaf, Mr. Hakon sepertinya saya tidak bisa karena hari ini saya sangat sibuk sekali,” sahutku tegas.

"Miss. Watts. Kalau boleh aku bicara sebagai sesama rekan kerja sebaiknya kau mau dengan tawaran Mr. Hakon, karena kali ini aku bisa pastikan beliau akan menarik semua sahamnya di Noel Copr. jika kau menolak undangan makan malamnya kali ini,” ucapnya dengan ekspresi wajah serius yang membuatku sempat tertegun beberapa saat.

Astaga, sangat arogan sekali pria mesum itu! Bagaimana bisa pria itu bersikap tidak profesional sekali! Mencampur adukkan urusan pribadi dengan pekerjaan! Umpatku dalam hati.

"Kalau begitu akan saya pertimbangkan nanti, Mr. Done,” jawabku sedikit kesal.

"Bagus, aku tunggu jawaban darimu Miss. Watts. Aku tahu kau memang sekretaris Mr. Daniel Noel yang terbaik,” ucap Kenneth dengan tersenyum lebar.

Malam itu pun, akhirnya dengan sangat terpaksa aku menyanggupi ajakan Tobias Hakon, pria mesum yang lebih tepat di sebut casanova. Dengan alasan urusan pekerjaan untuk menyambut kedatangan seorang investor perusahaan, aku pun meminta izin dari Willyam malam ini dan seperti biasa Willyam memang adalah seorang kekasih yang pengertian dan tak banyak menuntut selama setahun lebih kami menjalin hubungan.

Seperti yang dijanjikan asisten kepercayaan Tobias Hakon, yaitu Kenneth sendirilah yang menjemputku dengan mobil menuju restoran.

"Malam ini kau begitu cantik, Miss. Watts, aku rasa Mr. Tobias akan terpesona padamu setelah melihat penampilanmu malam ini,” puji Kenneth di dalam mobil dan aku hanya tersenyum datar enggan menjawabnya, karena jujur acara makan malam ini aku sangat tidak suka. Jika tidak mengingat karena hubungan kerja sama antara perusahaan di mana aku masih terikat kerja tentu saja aku akan menolak mentah-mentah ajakan pria hidung belang itu.

Setelah sampai di restoran yang dituju, aku pun berjalan ke tempat duduk di mana Tobias Hakon sudah menantiku di sana.

"Selamat malam, Mr. Hakon, maaf membuat Anda menunggu,” sapaku seraya tersenyum tipis sebagai bentuk kesopanan.

"Selamat malam, Miss. Watts. Astaga kau cantik sekali malam ini dengan gaun hitammu. Rasanya tak sia-sia aku membuang waktu berhargaku untuk menunggu wanita secantik dan seanggun dirimu,” sahut pria berambut pirang pasir itu berkomentar.

"Terima kasih atas pujian Anda, Mr. Hakon tapi saya rasa Anda terlalu berlebihan,” ucapku membalas pujiannya.

Tobias Hakon adalah pria yang mungkin berumur setara dengan Daniel Noel sekitar tiga puluhan, secara fisik penampilan pria yang kini ada di depanku ini sebenarnya memiliki wajah yang cukup menarik, namun gaya bicaranya yang frontal dan bahkan vulgar yang membuat nilainya buruk di mataku.

"Apa Daniel Noel tahu acara makan malam kita, Miss?” tanyanya.

"Tidak, Sir. Saya belum mengatakannya karena hari ini beliau cukup sibuk dengan jadwalnya yang cukup padat,” aku menjawab.

"Oh, itu bagus. Akan lebih baik jika sebaiknya Daniel tak perlu tahu, bukankah lebih baik seperti itu?" sahutnya dengan tatapan nakal padaku, aku hanya membalas dengan senyuman datar tanpa ekspresi.

"Aku senang akhirnya kau mau menerima undangan makan malamku, Miss. Watts. Karena kau sudah berkali-kali menolaknya dan jujur jika bukan karena aku yang sangat tertarik padamu, bagiku pantang mengajak dinner wanita yang sudah berkali-kali menolakku."

"Maaf sebelumnya Mr. Hakon. Saya menolak Anda karena saya masih mengingat dengan jelas status saya yang hanya sebagai karyawan biasa di Noel Corporation jadi saya hanya melakukan apa yang menjadi tugas saya saja, selebihnya itu bukanlah wewenang saya, Sir,” ucapku mencoba memperjelas apa tujuanku datang ke sini menemuinya.

"Hahaha, kau wanita yang cukup menarik, Lucy Watts. Daniel Noel sangat beruntung memiliki sekretaris cerdas, cantik dan berdedikasi tinggi sepertimu. Jika kau mau aku akan menawarkan posisi yang lebih bagus dari posisimu sekarang yang hanya sebagai seorang sekretaris Noel Corpt,” ucap Tobias seraya mencondongkan sebagian tubuhnya yang duduk di depannya sekarang.

"Maaf, saya tidak mengerti apa yang Anda maksud, Mr. Hakon?" aku bertanya bingung.

"Aku menawarkan posisi kau sebagai wanitaku, bagaimana apa kau mau, Lucy Watts?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status