Share

bab 5

Ayana, cepat kau rapikan tempat tidurku, dasar lelet!" perintah Nina, menatap acuh adiknya.

Setelah seminggu, pesta ulang tahun yang ditunggu oleh Nina telah juga tiba. Nina sudah tidak sabar untuk merayakan ulang tahunnya kali ini, bersama dengan Bryan.

Setelah Nina memastikan jika penampilannya cukup cantik untuk bersanding bersama dengan, Bryan, Nina kemudian menoleh ke arah Ayana, yang masih berpakaian biasa, sedang sibuk merapikan tempat tidurnya.

"Ayana, mengapa kau belum bersiap-siap? Lihat pakaian yang kau kenakan itu, terlihat sangat buruk. Tidak lama lagi, Dimas akan datang untuk mengajakmu keluar, tidak mungkin kau keluar untuk merayakan ulang tahunmu, bersama Dimas dengan berpakaian seperti itu!"

Ayana yang mendengar perkataan Kakaknya, segera menelisik pada pakaian yang dikenakannya, menurutnya pakaian yang dia kenakan cukup pantas. Lagi pula, dia tidak berniat untuk menerima ajakan Dimas, jika bukan karena paksaan Kakaknya, yang tidak bisa dia tolak.

"Tidak perlu Kak, lagi pula pakaian Ayana ini cukup sopan."

Kemudian Ayana menatap ke arah pakaian yang di kenakan Kakaknya, dress berwarna pink yang begitu cantik, melekat di tubuh Kakaknya.

"Kak Nina, dressnya sangat cantik, Apakah Kak Nina membelinya?" Ayana menatap kagum, pada pakaian yang dikenakan Nina, dengan mata berbinar.

Nina menoleh menatap Ayana, yang saat ini terus menatap pada pakaian yang dia kenakan. Seraya tersenyum, Nina menjawab rasa penasaran Ayana.

"Tidak, Kakak tidak membelinya. Tetapi Ini hadiah dari Bryan, dia ingin melihat Kakak tampil cantik, di pesta ulang tahun yang Bryan siapkan, agar tidak membuatnya merasa malu saat bertemu dengan beberapa teman dan rekan kerja ibunya," Nina berputar-putar di depan cermin, mengagumi dress yang telah diberikan oleh Bryan.

Senyum di wajan Ayana, yang mulanya merekah tiba-tiba saja menghilang dari wajahnya, digantikan dengan raut sedih, saat melihat perhatian yang diberikan oleh Bryan, kepada Kakaknya.

Tidak cukup Bryan merayakan ulang tahun Kakaknya, dengan begitu mewah, sekarang Bryan juga memberikan pakaian yang begitu indah, untuk Kakaknya kenakan, itu cukup membuat Ayana sadar, yang masih mengira jika Bryan juga menaruh hati ke padanya.

Tidak lama setelahnya, salah satu anak panti datang mengetuk pintu kamar Ayana, dan memberi kabar jika Dimas sudah menunggunya di lantai bawah.

"Kak Ayana, Kak Dimas sudah tiba dan menunggu Kak Ayana dibawah, untuk menemuinya," kemudian berbalik, setelah menyampaikan pesan yang diberikan oleh Dimas.

Ayana melirik ke arah Kakaknya, yang masih saja sibuk merapikan penampilannya. Dengan menghela nafas, Ayana segera turun ke bawah untuk menemui Dimas, yang saat ini sudah menunggunya.

Saat akan menginjakkan kakinya di anak tangga, Nina keluar dari dalam kamar, untuk mengucapkan sesuatu ke pada Ayana.

"Ayana bersenang-senanglah dengan Dimas, ini adalah hari ulang tahunmu, jadi kau bisa menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan Dimas, dan lebih mengenalnya," kemudian berbalik masuk ke dalam kamarnya.

Ayana terdiam saat mendengar perkataan Kakaknya. Dan kembali melanjutkan langkahnya, untuk segera menemui Dimas.

"Ada apa Kak, Dimas?" tanya Ayana, sedikit sungkan saat berhadapan dengan Dimas, yang merupakan mantan kekasih Kakaknya.

Dimas menoleh kearah Ayana, yang datang menemuinya, memberikan senyuman saat melihat wajah cantik Ayana berdiri didekatnya. "Hari ini adalah ulang tahunmu, dan aku bermaksud ingin mengajakmu keluar, untuk merayakannya berdua. Bagaimana? Apa kau sudah siap?"

Saat Ayana akan menolak ajakan dari Dimas, suara Nina yang berteriak daei jendela kamar memanggil nama Bryan, membuat Ayana menoleh untuk mencari keberadaan Bryan, yang kebetulan bertatapan mata dengan Ayana, yang berdiri bersama dengan Dimas.

Ayana menatap ke arah mata Bryan yang tajam, dan tidak mengerti dengan maksud dari tatapan yang diberikan oleh Bryan kepadanya.

Saat Ayana dan Bryan masih saling menatap satu sama lain, suara Nina yang menghampiri Bryan, dan langsung menggandeng lengan Bryan, membuat Ayana segera memutuskan kontak mata dengan Bryan, dan mengambil helem yang ada di tangan Dimas, dan mengajak Dimas, untuk segera membawanya pergi.

Sementara Bryan, yang menatap kepergian Ayana bersama dengan Dimas, tanpa sadar mengepalkan tangannya kuat. Matanya masih saja tertuju ke arah, ke mana Ayana pergi bersama dengan Dimas, tanpa mengetahui jika saat ini nina tengah tersenyum sinis menggandeng lengan Bryan.

"Bryan, Bagaimana? apa penampilanku terlihat cantik?" tanya Nina, yang tiba-tiba saja menyadarkan Bryan dari lamunannya. Bryan kemudian menatap tajam Nina, yang dengan berani menggandeng lengannya.

"Maaf Bryan, aku tidak sengaja melakukannya," Nina menyadari raut tidak suka Bryan, dan tidak ingin membuat Bryan marah kepadanya.

"hm!" Bryan tidak mengatakan apapun, hanya melirik ke arah penampilan Nina sejenak, mengerutkan keningnya, merasa tidak asing dengan pakaian yang dikenakan oleh Nina.

"Bukankah, aku memintamu untuk mengajak Ayana, ke pesta ulang tahun yang aku buat untuknya? Mengapa dia pergi bersama dengan seorang pria?" Bryan meminta penjelasan ke pada Nina, saat melihat Ayana tidak ikut dalam pesta ulang tahun yang dia buat, untuk Ayana, melainkan pergi dengan seorang pria, yang tidak dikenalnya.

Nina yang berdiri di depan Bryan, menggigit bibirnya menatap Bryan dengan sedih, seolah apa yang akan dia katakan akan membuat perasaan Brian akan terluka.

"Ayana tidak ingin merayakan ulang tahunnya dengan Kak Bryan! Ayana ingin merayakan ulang tahun dengan Kak Dimas, lelaki yang membawa Ayana pergi, itu adalah kekasih Ayana Kak Bryan!" kilah Nina dengan sengaja mengatakannya, untuk membuat Bryan membenci Ayana.

Degh!

"Apa maksudmu, Nina! juga mengapa pakaian yang aku berikan untuk Ayana, kamu kenakan, Nina? Kamu tahu jika aku sudah lama memesan pakaian ini, untuk aku berikan kepada Ayana sebagai hadiah ulang tahunnya?" kembali Bryan meminta penjelasan keada Nina, mengapa pakaian yang dia titipkan ke pada Nina, untuk dia berikan kepada Ayana sebagai hadiah, saat ini telah Nina kenakan di tubuhnya.

Bryan menatapnya penuh selidik, tidak suka pakaian yang seharusnya dikenakan oleh Ayana, saat ini telah melekat di tubuh Nina.

"Ayana membuangnya Kak, jadi aku mengambilnya!"

Nina tidak mengerti, mengapa Bryan begitu menyukai Ayana, dan bukan dirinya. Yang jauh lebih cantik dari Ayana.

"Bagaimana mungkin, Ayana membuang hadiah yang aku berikan untuknya. Apa kau sudah mengatakan kepada Ayana, jika baju itu untuk dia kenakan di pesta yang aku siapkan, untuknya?"

"Bryan, kenapa kau berkata seperti menuduhku, Ayana tidak menyukai hadiahmu, dan tidak ingin pesta yang kau buat untuknya. Dia memilih untuk merayakan ulang tahunnya bersama kekasihnya, jadi Bryan berhenti mengharapkan Ayana!" bryan tertegun melihat kemarahan Nina.

Ayana, dasar saudara sampah, kau selalu saja membuatku diabaikan, Bryan, lihat saja aku akan merebut semua yabg seharunya menjadi memilikku. batin Nina.

Melihat, Nina yang bersedih, Bryan merasa tidak tega. "Baiklah, pesta itu untukmu saja, Nina."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status