Share

bab 4

"Bryan, kau akan ke mana?" Nina sedikit berlari menghampiri Bryan, Seraya tersenyum, saat menatap wajah tampan Bryan. Nina kemudian merapikan rambutnya yang tertiup oleh angin didepan Bryan.

Bryan yang melihat kehadiran saudari kembar Ayana, yang datang menghampirinya, mengerutkan keningnya tidak suka.

Ayana yang baru saja menyelesaikan memberi makanan, kepada anak-anak panti, keluar bermaksud ingin mencari Kakaknya, tetapi tanpa sengaja Ayana melihat Kakaknya, sedang berbicara sembari tersenyum menatap ke arah Bryan.

Entah apa yang sedang mereka berdua bicarakan, yang membuat Bryan nampak begitu dekat dengan Nina.

Tiba-tiba saja, perasaan aneh dirasakan Ayana saat ini didadanya. Ayana merasa cemburu melihat keakraban Kakaknya bersama Bryan, akan tetapi Ayana sadar, dirinya bukanlah kekasih dari Bryan, yang tidak dapat melarang Bryan yang ingin dekat dengan siapa saja.

Ayana melihat Nina, Melambaikan tangan ke arah Bryan, yang akan masuk ke dalam mobilnya. Segera Ayana melangkah menaiki anak tangga, sebelum Kakaknya menyadari jika dirinya telah mengintipnya.

Tidak lama pintu kamarnya dibuka, Nina mendekat ke arah Ayana, yang saat ini sedang duduk di atas tempat tidur, dengan membaca buku. "Ayana, apa kau ingin mendengar kabar bahagia hari ini?"

"Baiklah, jika kau tidak ingin menjawab, tapi aku ingin memberitahumu sesuatu. Bryan akan merayakan ulang tahunku yang ke-20, minggu depan!" Nina berucap penuh semangat, Ayana yang mendengarnya, sontak saja terkejut.

"Apa!" mata Ayana membulat, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, dari mulut Kakaknya.

"Ulang tahun Kakak, akan dirayakan Kak Bryan?" Ayana memastikan.

Nina mengangguk senang, menatap kearah Adiknya. "Iya Bryan sendiri yang mengatakannya kepadaku. Kau tau Ayana, ini pertama kalinya seseorang akan merayakan ulang tahunku dengan mewah. Aku sangat bahagia."

Ayana meremas kuat buku yang ada di tangannya, menahan debaran jantungnya yang terasa sangat menyakitkan.

Dulu Ayama mengira jika Bryan, mungkin menyukainya, melihat banyaknya perhatian yang Bryan berikan kepadanya. Ayana tidak mengetahui, jika ternyata Bryan memiliki perasaan kepada Kakaknya, dan bukan kepadanya.

"Selamat ya Kak, semoga pestanya berjalan lancar!" Ayana berucap lirih, tidak sanggup melihat raut bahagia di wajah Kakaknya.

"Oh iya Ayana, ulang tahun kita berdua memang sama, tapi aku hanya ingin Bryan merayakan ulang tahun untuk diriku saja. Jadi aku harap saat pesta ulang tahunku nanti, kamu tidak perlu datang ke pesta yang akan dirayakan oleh Bryan," Nina memang tidak ingin melihat kehadiran Ayana, di pesta ulang tahunnya nanti, yang bisa saja menarik perhatian Bryan.

"Iya Kak, Ayana akan tetap di panti saja, tidak akan hadir walaupun Kak Bryan mengundang Ayana," Ayana berucap pasti, agar Kakaknya tidak perlu merasa khawatir, jika Nina tidak ingin melihat kehadirannya dipesta ulang tahunnya.

"Kamu juga tidak perlu tinggal di panti Ayana, Kakak akan menyuruh Dimas untuk menemanimu merayakan ulang tahunmu."

Ayana menggelengkan ke palanya menolak. Bagaimana mungkin Ayana akan merayakannya berdua bersama, Kak Dimas, yang merupakan kekasih dari Kak Nina, pikir Ayana.

"Tidak perlu Kak, Ayana tidak ingin merayakan ulang tahun Ayana. Lagi pula Kak Dimas itu kan pacar Kak Nina!" Ayana menolaknya. Ayana tidak mengerti dengan jalan pikiran Kakaknya saat ini.

"Tidak apa-apa Ayana, lagi pula Kakak dan Dimas sudah putus. Dimas sebenarnya tidak pernah menyukai Kakak, tetapi Dimas sebenarnya menyukaimu," Nina masih berusaha membujuk, yang saat ini Ayana memberinya tatapan bingung.

"Apa maksud Kak, Nina?" Ayana yang masih saja tidak mengerti, arah pembicaraan Kakaknya.

Nina lekas berjalan ke arah tempat tidur adiknya, dan mendudukkan diri di atas kasur, berhadapan dengan Ayana.

"Sebenarnya selama ini Dimas menaruh hati kepadamu Ayana, akan tetapi Kakak menyukainya, tapi sayangnya dia tidak sekaya Bryan." Nina menatap Ayana, dan kembali berkata.

"Beberapa hari yang lalu, Kakak dan Dimas sudah memutuskan hubungan kami Ayana, jadi Dimas bisa menjalin hubungan bersama denganmu, wanita yang disukainya selama ini." Ayana yang mencoba mencerna perkataan Kakaknya, menarik kembali tangannya yang digenggam oleh Nina.

"Tidak Kak, Ayana tidak menyukai Dimas. Lagi pula dia telah memilih Kakak untuk menjadi ke kasihnya, kalaupun sekarang Kakak dan Kak Dimas telah memutuskan hubungan, Ayana juga tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan Kak Dimas," Ayana menolak permintaan Nina.

"Tapi Dimas menyukaimu, Ayana, Kasihan dia. Kamu berikan Dia kesempatan untuk menjalin hubungan dengan mu, pasti kau akan dibuat bahagia olehnya," kembali memaksa Ayana.

"Maaf Kak, aku tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun saat ini, berhenti memaksaku, menurutimu."

Nina yang melihat penolakan keras dari Ayana, tentu saja menjadi marah, mengambil buku yang Ayana pegang dan melempar tepat kewajah Ayana.

Bugh!

Tidak sampai disitu, Nina kemudian merusak semua barang yang dimiliki Ayana dengan melemparnya kelantai, hingga berserakan. .

"Kenapa kau tidak ingin menjalin hubungan dengan Dimas, Ayana! Apa kau masih mengharapkan Bryan!" tebak Nina dengan marah, menatap kearah Ayana.

"Tidak Kak, Ayana tidak bermaksud seperti itu!" Ayana tidak percaya, mendengar tuduhan Kakaknya, yang tiba-tiba marah kepadanya.

Nina yang tidak puas mendengar jawaban Ayana, mengulurkan tangan dan kembali menarik rambut Ayana kuat, membuat Ayana terjatuh dari tempat tidur.

Plak!

"Apa kau masih menolak peeintahku brengsek! Jika demikian jangan salahkan aku, yang akan menghukum setiap anak-anak panti, sebagai pengganti dirimu untuk menerima hukumanku" geram Nina, dengan menghadiahi Ayana sebuah tamparan diwajahnya.

"Kenapa Kakak selalu memaksa Ayana untuk menuruti kemauan Kakak, jika Kakak merasa kasihan dengan Kak dimas, lebih baik Kakak saja kembali dengan Kak Dimas, dan berhenti memaksa Ayana."

"Apa maksudmu Ayana. Aku mengatakan itu karena kau lebih pantas bersama Dimas, dan aku lebih pantas bersanding dengan Bryan, kamu mengerti Ayana!"

"Tapi aku tidak ingin, Kak. Jadi berhenti memaksaku, Kak."

"Apa kau bilang, berhenti memaksamu. Aku tidak akan memaksamu jika kau menghilang dari hidupku, Ayana. Kenapa kau tidak mati saja, aku tidak ingin memiliki saudara kembar, sepertimu!" dengan penuh emosi Nina menghajar Ayana, seolah merasa puas jika Ayana tersiksa.

"Kak, sakit! Baiklah Ayana akan ikuti permintaan Kak Nina," Ayana mengangguk, dengan Air mata yang membasahi wajahnya.

"Dengar, jangan pernah membantah perkataanku Ayana. Di hari ulang tahunku nanti, kau harus ikut bersama Dimas, aku tidak peduli kau suka atau tidak," sergah Nina dengan sedikit memaksa, menatap marah ke arah adiknya, yang saat ini kesakitan.

Dengan menahan nyeri akibat lemparan buku dan tamparan diwajahnya, Ayana mengangguk tanpa suara.

Setelah mengatakannya Nina keluar dari kamar Ayana dengan membanting keras pintu kamarnya.

Ayana menatap kepergian Kakaknya dengan mata memerah, masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Kakaknya kepadanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status