แชร์

Bab 6 : Luka Lama Yang Belum Sembuh

ผู้เขียน: Kiamood
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-24 09:22:30

" Pertemuan yang seharusnya tak terjadi, membawa kembali semua luka yang seharusnya telah mati."

Aku tak pernah menyangka bahwa hanya dengan satu tatapan… semuanya akan runtuh.

Keseimbangan rapuh antara aku dan Reyhan.

Ketenangan palsu yang selama ini kupelihara.

Dan… rasa yang selama ini berusaha kulenyapkan dari hatiku.

Hari itu, aku datang ke galeri seni atas undangan ibu Reyhan. Sebuah acara sosial untuk menggalang dana, katanya. Tapi aku tahu, ini lebih kepada “ajang pamer” keluarga mereka. Membuktikan bahwa menantu baru keluarga Dirgantara bisa tampil dengan anggun di tengah keramaian.

Aku sudah mengenakan gaun panjang berwarna gading, rambut disanggul rapi, dan senyum palsu yang kuasah semalaman di depan cermin.

Reyhan menggandeng tanganku erat. Seolah kami pasangan yang serasi.

Padahal aku masih mengingat dinginnya sikapnya semalam. Ketika dia pulang larut, tidak bicara sepatah kata pun, dan langsung masuk ke kamar sebelah. Rumah itu makin terasa seperti museum—penuh lukisan indah, tapi kosong makna.

“Bersikaplah manis,” bisiknya di telingaku sebelum kami melangkah masuk ke aula.

Aku mengangguk, walau ingin sekali melepaskan tangannya.

Acara berlangsung seperti biasa. Senyum basa-basi. Percakapan membosankan. Deretan lukisan mahal yang tak kupahami. Sampai seseorang menepuk bahuku dari belakang.

“Alia?”

Aku membeku.

Aku mengenal suara itu.

Suaranya berat, dalam, dan membuat napasku terhenti sesaat. Perlahan, aku menoleh. Dan di sanalah dia… berdiri, dengan tubuh yang lebih tegap dari yang kuingat. Rambut sedikit berantakan, dengan kemeja hitam dan celana jeans—berbeda jauh dari tamu lainnya yang berpenampilan formal.

Raka.

Pria yang dulu… pernah mengisi hatiku. Dan juga menghancurkannya.

Dunia seolah berhenti berputar. Suara musik, langkah kaki, dan gumaman tamu lain memudar. Yang kudengar hanyalah detak jantungku sendiri. Raka menatapku lama, seolah mencoba memastikan bahwa aku benar-benar nyata di hadapannya.

“Aku enggak salah lihat, kan? Ini benar-benar kamu, Alia,” ucapnya pelan, setengah tak percaya.

“Raka…” ucapku, hampir berbisik.

Reyhan yang sedari tadi berdiri di sampingku ikut menoleh. Tatapannya tajam seketika.

“Kamu siapa?” tanyanya dingin.

“Oh, maaf… aku teman lama Alia,” jawab Raka, tersenyum, tapi matanya menatap Reyhan dengan sorot tajam yang tak bisa kusebut ramah.

Reyhan menarik tubuhku lebih dekat kepadanya. Gerak refleks yang mungkin tak dia sadari, tapi cukup membuatku sesak.

“Kalau begitu, sebaiknya jangan ganggu kami. Istri saya tidak sedang reuni,” ucap Reyhan datar.

“Istri?” Raka tertawa kecil. “Wow… kamu cepat sekali, ya, Alia.”

Aku merasa pipiku panas. Banyak mata mulai menoleh ke arah kami. Aku harus mengakhiri ini.

“Raka, aku… kita bicara nanti saja,” kataku buru-buru. “Ini bukan waktu yang tepat.”

“Tentu,” katanya sambil menatapku dalam-dalam. “Tapi kau tahu aku tak akan menyerah semudah itu, kan?”

Seketika, perutku terasa mulas.

Setelah acara usai, aku dan Reyhan kembali ke mobil dengan diam membeku di antara kami. Hanya suara AC yang terdengar.

“Teman lama?” tanyanya akhirnya.

Aku menoleh, menatap ke luar jendela.

“Ya.”

“Teman seperti apa?”

“Dulu kami… dekat.”

Reyhan tidak berkata apa-apa lagi. Tapi aku bisa melihat tangannya mengepal di atas pahanya.

“Apa dia tahu tentang kontrak kita?” tanyanya kemudian.

Aku menatapnya, bingung.

“Kenapa kamu menanyakannya?”

“Karena dia menatapmu seperti seseorang yang masih menyimpan perasaan. Dan menatapku seolah aku pencuri.”

Aku menggigit bibir.

“Dia tidak tahu.”

“Pastikan tetap begitu.”

Kata-kata Reyhan seperti cambuk yang memecahkan pikiranku. Ini bukan tentang cemburu. Ini tentang menjaga rahasia. Reyhan takut kontrak pernikahan ini terbongkar. Bukan karena dia takut kehilanganku.

Lucu, ya?

Aku menutup mata, berusaha mengatur napas.

***

Malam itu, aku duduk di balkon kamarku, memeluk kaki dan menatap langit yang pekat. Aku membuka ponselku, membuka galeri lama yang kusimpan dalam folder tersembunyi. Foto-foto masa lalu bersama Raka. Tawa kami, momen-momen bodoh, dan juga tangisan di hari terakhir.

Raka meninggalkanku tanpa penjelasan. Tanpa kabar. Setelah dua tahun bersama, dia menghilang begitu saja.

Dan sekarang… dia muncul kembali, di saat hidupku sudah berantakan.

Aku menyesap teh hangat yang sudah mulai dingin. Pikiran berkecamuk. Jantungku berdetak tak beraturan.

Apakah perasaanku padanya masih ada?

Atau hanya luka lama yang belum sembuh?

Suaraku tercekat. Aku tidak tahu.

Pagi harinya, saat turun ke dapur, aku menemukan Reyhan sudah duduk dengan surat kabar terbuka. Kopinya hampir habis. Dia tampak seperti biasa—dingin, tenang, sulit ditebak.

“Kau tidak bisa menemui Raka lagi,” katanya, tanpa menoleh.

“Aku tidak berniat menemui dia,” jawabku.

Dia melipat koran, lalu menatapku lurus.

“Kalau dia mencoba menghubungimu, aku ingin kau lapor padaku.”

“Kau bertindak seolah aku ini tahanan.”

“Kau ini bagian dari keluargaku sekarang. Dan aku tidak ingin… sesuatu yang memalukan terjadi.”

Sesaat aku ingin membalas. Ingin mengatakan bahwa aku lebih dulu diseret ke dalam drama ini. Tapi aku tahan. Untuk apa?

Aku hanya mengangguk.

Namun takdir seolah suka bermain.

***

Dua hari kemudian, aku menerima pesan singkat dari nomor tak dikenal.

"Kita belum selesai, Alia. Setidaknya beri aku kesempatan bicara. Di taman kota. Sore ini. Aku tunggu."

–R

Aku membaca pesan itu berkali-kali. Jari-jariku gemetar. Aku ingin mengabaikannya. Tapi aku tahu… aku butuh jawaban. Tentang masa lalu. Tentang kenapa dia pergi. Dan… tentang kenapa dia muncul kembali sekarang.

Sore itu, aku berdiri di bawah pohon besar dekat air mancur taman. Raka muncul, mengenakan jaket denim dan sepatu sneakers. Seperti dulu. Tapi wajahnya kini lebih keras. Matanya lelah. Ada luka yang kurasa tak hanya milikku, tapi juga miliknya.

“Aku tahu aku enggak berhak muncul tiba-tiba,” katanya membuka percakapan. “Tapi… aku enggak bisa pura-pura enggak kaget lihat kamu menikah.”

“Aku juga kaget lihat kamu hidup-hidup setelah menghilang tanpa kabar.”

Raka menunduk.

“Aku punya alasan…”

“Aku enggak butuh alasan,” potongku. “Aku butuh penjelasan.”

Raka mendekat satu langkah. “Alia… aku—”

“Sudah terlambat,” kataku cepat, sebelum dia sempat membuka luka lebih dalam.

Tapi Raka mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah foto kecil yang sudah kusut. Aku mengenalnya. Itu foto kami berdua, yang kuanggap sudah lenyap saat dia pergi.

“Aku simpan ini… selama bertahun-tahun,” katanya lirih. “Aku enggak pernah berhenti mencarimu. Tapi aku harus menghilang karena sesuatu… yang lebih besar dari kita.”

Aku menatapnya lekat-lekat.

“Sesuatu seperti apa?”

Dia menatapku ragu.

“Ada hal… yang bahkan kamu belum tahu tentang Reyhan. Dan tentang kenapa kamu yang dipilih… bukan kakakmu.”

Jantungku berhenti berdetak seketika.

“Apa maksudmu?”

Raka melangkah lebih dekat.

“Kamu harus tahu, Alia. Semua ini bukan kebetulan. Bahkan… pernikahanmu. Dan kepergian kakakmu.”

Aku mundur satu langkah, tubuhku bergetar.

“Raka… jangan buat ini lebih rumit.”

Tapi dia menggeleng pelan.

“Aku enggak bisa diam lagi. Ada yang harus kamu tahu. Sebelum semuanya terlambat.”

Dan sebelum aku sempat bertanya lebih jauh…

Suara langkah cepat menghentikan kami. Aku menoleh.

Reyhan.

Berdiri di ujung jalan setapak taman, dengan wajah gelap dan rahang mengeras.

“Cukup.”

Suaranya seperti petir.

Aku terperangah. Raka berdiri tegak.

Dan di detik itu, aku tahu…

Aku bukan satu-satunya yang menyembunyikan kebenaran hari ini.

Tapi siapa yang paling berbahaya?

Aku belum tahu.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • ISTRI KONTRAK UNTUK TUNANGAN KAKAKKU   Bab 17 – Kamar di Lantai Atas

    Langkah kaki itu berhenti. Di atas sana, entah siapa yang sedang berdiri di ujung tangga. Aku tak bisa melihatnya jelas dari bawah. Tapi suara langkahnya… pelan, berat, seperti ragu. Tapi cukup keras untuk terdengar di malam yang nyaris senyap ini. Aku dan Reyhan saling pandang. “Siapa di atas?” tanyaku pelan. Reyhan langsung melangkah ke arah tangga, tapi aku menahan lengannya. “Jangan. Kalau itu… sesuatu yang kita belum siap hadapi…” “Kalau kita terus diam, justru bahayanya makin besar,” katanya tenang, tapi aku tahu dia juga tegang. Matanya menatap tajam ke atas, lalu dengan pelan, ia mulai menaiki anak tangga satu per satu. Aku mengikuti di belakangnya. Setiap kayu di bawah kaki kami berderit. Rumah ini sudah lama, dan setiap sudutnya seperti menyimpan rahasia yang sengaja dikunci rapat. Sampai akhirnya kami tiba di lantai atas. Tidak ada siapa-siapa. Lorong itu gelap. Hanya ada satu cahaya redup dari lampu kamar tamu yang dibiarkan menyala. Pintu-pintunya tertutup semu

  • ISTRI KONTRAK UNTUK TUNANGAN KAKAKKU   Bab 16 – Jejak yang Tak Pernah Hilang

    Pagi itu, aku dan Reyhan berjalan menyusuri sisi belakang rumah tua yang sudah lama tak dihuni. Tanahnya becek, dipenuhi ranting dan daun gugur. Tapi yang membuatku berhenti melangkah adalah jejak sepatu yang belum lama tercetak di tanah. “Ini bukan jejak kita,” gumamku pelan, sambil jongkok dan menyentuh bekas tapaknya. “Masih baru.” Reyhan ikut menunduk, wajahnya berubah serius. “Ada yang datang sebelum kita…” Kami saling pandang. Tidak ada yang bicara, tapi pikiran kami sama: kami diawasi. Tak jauh dari situ, di balik pagar kayu yang hampir roboh, aku menemukan sisa bungkus permen dan puntung rokok. Masih hangat saat disentuh. “Reyhan… kayaknya kita gak sendirian dari tadi,” kataku sambil melirik ke arah jendela dapur rumah tua itu. “Apa mungkin… ada yang ngikutin kita?” Reyhan mengangguk, rahangnya mengeras. “Aku curiga udah dari kemarin. Tapi ini bukti pertama.” Aku menggenggam lengannya. “Kalau gitu… sekarang kita harus cari tahu siapa.” Kami masuk kembali ke rumah, men

  • ISTRI KONTRAK UNTUK TUNANGAN KAKAKKU   Bab 15 – Luka yang Tak Bisa Sembuh

    Pagi itu aku duduk di meja makan sendirian. Teh di cangkirku sudah dingin, tapi belum juga kusentuh. Pikiran masih berputar pada kalimat Reyhan semalam. “Orang yang nggak boleh tahu kalau kalian berdua masih hidup…” Siapa yang dia maksud? Dan kenapa harus disembunyikan? Langkah kaki Reyhan terdengar dari arah dapur. Dia datang dengan wajah lelah, matanya sembab seperti baru begadang semalaman. “Alia,” ucapnya sambil duduk di seberangku. “Hari ini kita harus ke rumah lama Nadira.” Aku mengerutkan dahi. “Kenapa?” “Aku nemu sesuatu tadi malam. Dari Alya. Aku rasa… udah saatnya kamu tahu semua.” Aku terdiam. Banyak hal yang ingin kutanya, tapi aku tahan. Aku tahu, kalau aku desak, Reyhan bisa saja kembali menutup diri. “Rumahnya di mana?” tanyaku akhirnya. “Di pinggiran kota. Dulu mereka tinggal bareng di sana sebelum… semua ini mulai kacau.” *** Rumah itu sepi dan tua. Lokasinya agak tersembunyi, dikelilingi semak dan pohon yang sudah tak terurus. Reyhan berhenti di depan pag

  • ISTRI KONTRAK UNTUK TUNANGAN KAKAKKU   Bab 14 : Antara Aku ,Dia dan Luka Lama

    Suara langkah kaki itu—lembut, pelan, tapi pasti—membuat napasku tercekat. Dada ini sesak oleh ketegangan yang tak bisa kujelaskan. Aku belum siap. Tapi kapan aku pernah benar-benar siap menghadapi kenyataan? Pintu dapur terbuka perlahan. Dan di sana… Seorang perempuan berdiri. Rambut panjangnya tergerai kusut, wajahnya pucat namun cantik. Tatapannya seperti milikku—lelah, penuh tanya, tapi tetap berdiri dengan kepala tegak. Alya. Tubuhku seperti membeku. Kakakku… tunangan Reyhan yang dulu dikabarkan kabur di hari pertunangan. Dia, yang selama ini menjadi bayang-bayang gelap dalam pernikahanku yang aneh ini. “Kau…” suaraku tercekat. Alya menatapku. Lama. Seolah ingin memastikan aku nyata. “Kau mirip Ibu,” katanya pelan. Lalu bibirnya melengkung, bukan senyum, lebih seperti perih yang dipaksakan menjadi ramah. “Tapi kau juga mirip aku.” Reyhan berdiri di tengah kami. Terjebak di antara dua kenyataan yang tak bisa ia hindari. “Alya, ini bukan—” “Bukan waktunya?” potongku cepa

  • ISTRI KONTRAK UNTUK TUNANGAN KAKAKKU   bab 13 : Pintu yang tak pernah di buka

    Pertanyaan itu menusuk pikiranku seperti jarum-jarum kecil yang menembus pelan tapi pasti. Semakin aku memejamkan mata, semakin jelas wajah Alya berputar-putar di benakku. Senyumannya. Tatapan matanya. Cara ia bicara—lembut, namun tegas. Kakakku yang sempurna. Kakakku… yang kini menjadi teka-teki hidupku sendiri. Reyhan belum tidur. Aku bisa mendengar langkah kakinya mondar-mandir di ruang kerja, sesekali terdengar suara gelas diletakkan, atau pintu lemari terbuka dan tertutup. Ia bilang besok akan menjelaskan semuanya. Tentang Nadira. Tentang Alya. Tentang pernikahan yang gagal dan tentang masa lalu yang selalu mengendap di antara kami. Tapi aku mulai sadar… mungkin aku tak bisa hanya duduk dan menunggu penjelasan orang lain. Ada sesuatu dalam diriku yang mulai mendorong untuk mencari tahu sendiri. Bukan sebagai Alia si adik yang penurut, tapi sebagai seseorang yang selama ini dijadikan pion dalam permainan yang bahkan tidak kupahami aturannya. Besok, Reyhan akan membawaku ke t

  • ISTRI KONTRAK UNTUK TUNANGAN KAKAKKU   bab 12 : Di ambang Pertemuan

    "Alya menghubungimu?" tanyaku lirih, mataku terpaku pada layar ponsel Reyhan yang masih menampilkan nama itu—nama yang terus menghantuiku sejak hari pertama aku menginjak rumah ini. Reyhan tidak langsung menjawab. Ia menatapku sejenak, seolah menimbang apakah sudah waktunya aku tahu. Lalu ia mengangguk pelan. “Iya. Dan itu bukan pertama kalinya.” Aku tercekat. “Maksudmu… dia pernah menghubungimu sebelumnya?” Reyhan menurunkan ponselnya. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya bersandar di dinding, wajahnya penuh ketegangan. “Alya tidak benar-benar kabur, Alia. Dia… memilih pergi. Dan selama ini, dia memang menghindari semua orang—termasuk aku. Tapi beberapa minggu terakhir, dia mulai mengirim pesan.” Kakiku terasa lemas. Aku menjatuhkan diri di sofa, mencoba mencerna semuanya. “Kenapa kau tidak bilang sejak awal?” Pertanyaan itu menusuk pikiranku seperti jarum-jarum kecil yang menembus pelan tapi pasti. Semakin aku memejamkan mata, semakin jelas wajah Alya berputar-p

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status