> “Aku hanya pengganti. Tapi kenapa hatiku tak bisa berdusta?” Amara tidak pernah membayangkan akan berdiri di pelaminan menggantikan kakaknya sendiri. Saat sang kakak kabur sebelum ijab kabul, keluarganya memaksa Amara untuk menyelamatkan nama baik mereka. Dan pria yang kini menjadi suaminya bukan orang asing—Reyhan Adinata, mantan tunangan sang kakak. Dingin, penuh luka, dan menyimpan dendam. Pernikahan ini hanya kontrak. Satu tahun. Tanpa cinta, tanpa perasaan. Tapi ketika masa lalu perlahan terkuak dan sang kakak tiba-tiba kembali, semuanya berubah. Reyhan menyimpan rahasia. Alia menyimpan luka. Dan Amara… terjebak di antara dua hati dan satu pernikahan yang tak pernah ia pilih. Apa jadinya jika cinta hadir di antara dusta dan dendam? Dan bagaimana jika satu-satunya jalan keluar… adalah terperangkap selamanya?
view moreDia menoleh sedikit. Senyum tipis tergurat di sudut bibirnya, tapi bukan senyum yang menenangkan. “Ke tempat semuanya dimulai. Dan berakhir.” Aku menelan ludah. Tanpa sadar, ponselku di saku bergetar pelan. Satu pesan masuk. Aku mengintip sekilas. Dari: Nomor Tidak Dikenal. "Jangan percaya Reyhan. Jika kamu ikut dengannya sekarang… kamu tidak akan kembali." Tanganku refleks meremas ponsel. Pesan itu masih terpampang di layar, membuat detak jantungku tak beraturan. Jangan percaya Reyhan. Jika kamu ikut dengannya sekarang… kamu tidak akan kembali. Siapa yang mengirim ini? Aku mengangkat kepala, menatap punggung Reyhan yang berjalan beberapa langkah di depan. Bahunya tegap, langkahnya mantap. Seolah tidak ada yang bisa menggoyahkan keyakinannya. Tapi pesan itu… menanam benih ketakutan dalam benakku. “Ayo,” katanya tanpa menoleh, suaranya tenang, tapi entah kenapa membuat bulu kudukku berdiri. Aku ingin bertanya. Ingin menuntut penjelasan. Tapi suara dalam kepalaku berb
Keesokan paginya, aku pura-pura tidur ketika Reyhan berangkat lebih pagi. Begitu suara mobilnya menjauh dan ketenangan rumah menyelimuti, aku langsung bangkit dari tempat tidur. Jantungku berdetak cepat saat langkahku menuju ruang kerjanya. Kali ini, aku tahu persis apa yang kucari. Lemari tengah. Tumpukan dokumen. Dan… sebuah map berwarna merah tua yang nyaris tersembunyi di dasar laci. Tanganku gemetar saat menariknya keluar. Map itu tampak usang, ada bekas sidik jari yang samar di permukaannya. Aku membuka penutupnya dengan perlahan, seakan takut isinya akan meledak kapan saja. Beberapa lembar dokumen pertama hanyalah surat-surat properti… sampai akhirnya aku menemukan selembar foto lama. Mataku membelalak. Itu foto Reyhan. Lebih muda. Mengenakan jas hitam, berdiri di samping seorang perempuan—bukan aku, jelas bukan aku. Perempuan itu mengenakan gaun putih sederhana, dengan senyum yang tampak seperti menyimpan sesuatu. Ada nama di belakang foto itu, ditulis tangan: "R & N –
Tapi siapa yang paling berbahaya? Aku belum tahu. Suara langkah Reyhan semakin dekat. Ketegangan di antara kami seolah mengental, menyesakkan dada. Raka tak mundur selangkah pun, bahkan menatap Reyhan dengan tatapan menantang, seolah tak takut pada sosok yang selama ini mendominasi segalanya. "Apa yang kau lakukan di sini?" suara Reyhan tajam, hampir seperti geraman. Raka tersenyum tipis. “Taman ini umum, bukan milikmu, Reyhan.” “Kalau begitu caramu menyapa istri orang di taman umum,” Reyhan bergerak lebih dekat, “aku sarankan kau pilih tempat lain untuk bernostalgia.” Aku menggigit bibir. Kata “istri” terdengar seperti penegasan yang disengaja, seolah ia ingin memastikan posisi dan kekuasaannya. Tapi entah mengapa, nada suaranya tak terdengar hanya soal status. Ada sesuatu yang lain. Luka? Cemburu? “Aku hanya ingin bicara dengan Alia,” jawab Raka pelan tapi jelas. “Itu salah?” "Ya, jika kau menyentuh masa lalunya yang ingin dia kubantu lupakan." Aku terkejut mendeng
" Pertemuan yang seharusnya tak terjadi, membawa kembali semua luka yang seharusnya telah mati." Aku tak pernah menyangka bahwa hanya dengan satu tatapan… semuanya akan runtuh. Keseimbangan rapuh antara aku dan Reyhan. Ketenangan palsu yang selama ini kupelihara. Dan… rasa yang selama ini berusaha kulenyapkan dari hatiku. Hari itu, aku datang ke galeri seni atas undangan ibu Reyhan. Sebuah acara sosial untuk menggalang dana, katanya. Tapi aku tahu, ini lebih kepada “ajang pamer” keluarga mereka. Membuktikan bahwa menantu baru keluarga Dirgantara bisa tampil dengan anggun di tengah keramaian. Aku sudah mengenakan gaun panjang berwarna gading, rambut disanggul rapi, dan senyum palsu yang kuasah semalaman di depan cermin. Reyhan menggandeng tanganku erat. Seolah kami pasangan yang serasi. Padahal aku masih mengingat dinginnya sikapnya semalam. Ketika dia pulang larut, tidak bicara sepatah kata pun, dan langsung masuk ke kamar sebelah. Rumah itu makin terasa seperti museum—penuh
Aku buru-buru menutup buku itu. “Aku hanya menulis… untuk menenangkan pikiran.”Dia berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang, menatap lantai.“Aku benci dibohongi,” gumamnya.Aku menelan ludah.“Dari kecil aku dikelilingi kebohongan. Ayahku membangun kerajaan bisnis ini dari rahasia kotor. Ibuku berpura-pura buta. Dan aku harus belajar menahan diri.”Suara Reyhan terdengar jujur. Tapi entah kenapa, aku justru merasa makin curiga.“Lalu kenapa kau menikahi Alya?” tanyaku pelan.Dia tertawa hambar. “Karena itu perintah ayahku. Menyatukan pengaruh dua keluarga. Tapi… setelah kenal Alya, aku sempat berpikir semuanya akan baik-baik saja.”Dia menatapku.“Sampai dia kabur. Dan kau… muncul.”“Aku tidak pernah minta menjadi penggantinya,” suaraku nyaris berbisik.“Tapi sekarang, aku tidak tahu siapa yang sedang aku hadapi. Alya? Diriku sendiri? Atau kau?”Aku terpaku. “Kenapa aku?”“Karena kau terlalu tenang. Seolah-olah kau tahu lebih dari yang seharusnya. Tentang kami. Tentang Alya. Tent
“Aku… melihat pintunya terbuka…”Dia langsung menutup kotak itu. “Itu adikku,” katanya, suaranya melembut.Aku menatapnya. “Apa yang terjadi padanya?”Dia tidak menjawab. Hanya berkata, “Jangan sentuh kotak itu lagi.”**Malam harinya, aku terbangun oleh suara di luar jendela balkon. Aku berdiri perlahan, menepi ke tirai, lalu mengintip.Reyhan. Di kebun belakang. Sedang menelepon seseorang.Suara pelan, tapi nadanya penuh tekanan.“Kita harus segera menemukannya. Alya tidak boleh muncul sebelum semuanya selesai.”Jantungku seakan berhenti berdetak.Dia mencari Alya? Tapi… kenapa? Dan apa maksud ‘tidak boleh muncul sebelum semuanya selesai’?Keringat dingin membasahi punggungku. Tanganku menggenggam tirai erat-erat.Apakah Reyhan tahu di mana Alya? Apakah… dia menyembunyikan sesuatu lebih besar dari yang bisa kubayangkan?Tapi sebelum aku bisa berpikir lebih jauh… Reyhan menoleh.Ke arah balkon.Ke arah tempatku berdiri diam seperti patung.Dan untuk pertama kalinya, aku melihat sesua
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments