Mengandung dua anak laki-laki sekaligus ternyata memang tidak mudah. Usia kandungan Alea sudah memasuki bulan ke delapan dan rasanya dia sudah tidak nyaman untuk duduk atau berbaring tanpa rasa sesak. Tapi Alea tetap menikmati setiap momen pertumbuhan putranya dan bersikeras untuk tetap melahirkan normal sampai cukup bulan. Untungnya Alea juga punya banyak keluarga yang mendukung. Bahkan istri bang Evan pernah mengandung tiga anak laki-laki sekaligus untuk anak pertama mereka, sama halnya Jemy yang malah sudah beberapa kali melahirkan anak kembar, Alea merasa tenang karena mendapat banyak nasehat dan berada di tengah semua orang yang mencintainya.
(Jemy dari ceritaku 'SURVIVAL LOVE' total ada 3 cerita sudah tamat. Bang Evan dari ceritaku DIPAKSA NIKAH semua masih satu sepupu dari keluarga Haris)
Troy juga sangat luar biasa dalam mengu
yuk vote dulu ya biar semangat lagi ^.^
Alea dan Troy langsung membawa kedua putra kembarnya untuk menemui bi Warni yang juga langsung menangis terharu hingga napasnya tersendat-sendat karena tidak menyangka masih diberi panjang umur untuk bisa melihat anak laki-laki bandel itu bisa menjadi seorang ayah. Bi Warni langsung membayangkan sedang sebahagia apa tuan Anmar ketika sekarang melihat putranya. "Lihat Bibi bukankah dia mirip denganku." Troy mendekatkan putranya dan bi Warni terus mengangguk-angguk belum bisa bicara sangking terharunya melihat bayi laki-laki tampan yang sangat beruntung. Bayi laki-laki yang sangat mirip Troy, anak laki-laki yang dulu sudah harus menjadi yatim piatu sejak masih semerah itu. Troy mengganjal bantal di belakang punggung bi Warni agar bisa duduk dan memangku kedua putranya sebentar s
SEASIONS 2 JUDUL: ISTRI PILIHAN CEO BAB 1 HIDUP BARU Alea Marisa Herlambang adalah gadis dua pulu tiga tahun yang besar di panti asuhan. Bayi perempuan yang pernah ditemukan oleh seorang petugas sapu jalan di sebuah halte bus itu kali ini sudah menjadi gadis cantik yang dicintai banyak orang, terutama para pengasuh dan adik-adiknya di panti. Alea memang masih tinggal di panti asuhan karena dia juga dipercaya bekerja di sanana untuk mengurus pembukuan yayasan. Sekarang Alea adalah mahasiswi semester akhir
"Alea tolong masukkan semua data dari map ini ke laporan bulan ini, nanti kukirim file-nya." Mbak Karina meletakkan dua map yang lumayan tebal dan sepertinya tidak akan habis sehari untuk Alea kerjakan, sementara yang kemarin dari bang Iwan saja belum Alea selesaikan. "Tidak harus buru-buru, aku butuh filenya akhir pekan ini." "Ya, mbak." Alea tersenyum. "Terimakasih, Alea." Walaupun memang tugas Alea untuk membantu semua orang di ruangan itu tapi mbak Karina tetap merasa tidak enak untuk menyuruh Alea menyelesaikan pekerjaan sebanyak itu. "Anakku yang paling kecil sedang demam dan rewel jadi banyak laporan yang belum bisa kukerjakan."
Karena ingin pulang lebih cepat untuk bisa mengerjakan sisa pekerjaan dari mbak Karina, hari ini Alea memesan ojek online. Alea buru-buru keluar dari lobi utama dan melihat ojek online yang dia pesan sudah menunggu di depan trotoar, Alea harus buru-buru karena tidak boleh lama-lama berhenti di sana. Alea segera memakai helm yang diberikan bapak ojek itu dan naik ke belakang boncengannya. Jalanan juga sedang ramai menjelang jam pulang kantor. Tidak tahu kenapa di sepanjang perjalanan pulang itu Alea jadi terus menoleh beberapa kali ke belakang, rasanya seperti sedang ada yang mengikutinya atau entah cuma perasaan Alea saja yang sedang berlebihan karena jantungnya yang juga terus berdegup kencang selama sisa harinya di kantor tadi. Sampai sekarangpun Alea masih merasa aneh jika berani memikirkannya, Alea menghela napas dan mengelus dadanya sendiri agar tetap sehat.
Setelah nyaris tidak bisa tidur semalaman akhirnya Alea bangun dengan kepala yang berdenyut-denyut, pipi yang terus merona dan dada ber debar-debar tidak sehat. Alea merasa benar-benar tidak sehat, secuil saja ingat tentang kejadia di dalam lift kemarin langsung membuat dunianya seperti kembali dijungkir balikkan lagi oleh bencana alam. Alea tidak berani memikirkannya apa lagi mengingat rasanya. Tubuhnya akan segera kembali merinding, merinding antara efek demam karena gejala flu dan kombinasi dari rasa seorang pria. Walaupun sudah sebesar ini, Alea memang sangat awam mengenai pria. Alea belum pernah dekat dengan pria manapun dari kebanyakan teman laki-laki di kampus juga akan segan untuk mendekatinya karena Alea yang terlalu rajin dan hanya sering terlihat membaca buku di waktu luang. Alea belum pernah bersentuhan dengan teman pria kecuali hanya berjabat tangan, itu pun tidak pernah sampai benar-benar menggenggam. Tiba-tiba sekarang han
Anmar Haris sedang memukuli samsak di ruang gim setelah tadi dia juga selesai mengelilingi lapangan beberapa kali sampai berkeringat. Napasnya sudah tersengal dan keringatnya bercucuran tapi rasanya dia masih belum ingin berhenti memukul. Beberapa kali dia hanya berhenti sejenak untuk memeriksa layar ponselnya dan tetap tidak dibalas. Kadang dia sendiri juga tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ia tunggu. Kembali lagi pada kata 'menunggu' dan tiba-tiba napasnya seolah terhenti sejenak. Gejala flunya sudah menghilang tapi kenapa sepertinya malah justru sedang muncul gejala yang lain. Dia segera berhenti untuk duduk sejenak dan menunggu sampai jantungnya normal kembali, memejamkan mata dan menghirup napas dalam-dalam, sepertinya ia memang harus bisa berpikir lebih jernih, ia butuh tempat yang lebih tenang. *****
Akhirnya Alea tetap pergi ke panti dengan menggunakan mobil bosnya yang benar-benar mau mengantarkan mereka. Karena pindah ke mobil orang anak mbak Karina yang paling kecil jadi rewel dan terus minta duduk di pangkuan bundanya. Jadilah mbak Karina duduk di belakang bersama ketiga putranya dan Alea duduk di kursi depan dengan dadanya yang tidak bisa berhenti ribut. Pria itu sangat dekat dan membuat Alea marasa seperti pengecut hanya untuk sekedar menoleh sedikit saja ke sampingnya. Perjalanan yang mendebarkan bagi Alea meskipun jalannya rata dan pak Anmar juga tidak mengemudi terlalu laju karena ingat sedang membawa anak-anak yang aktif bergerak. Beberapa kali mbak Karinan harus memperingatkan kedua putranya yang lebih kecil karena terus memainkan berbagai aksesoris di mobil mahal itu. Meskipun bosnya yang terlalu murah hati itu mengatakan tidak apa-apa tapi tetap saja takut kalau sampai
Alea kembali berdiri di dalam lift yang tertutup bersama Anmar Haris, pria yang selalu berlebihan untuk sekedar dia pikirkan. Entah hal gila apa yang membuat Alea tadi setuju untuk ikut masuk ke dalam lift bersamanya. Alea juga masih belum lupa sama sekali dengan kejadian di dalam lift tempo hari. Alea masih ingat seperti apa rasa dan tekstur dari bibir pria itu ketika tiba-tiba mendesak dan menggigitnya. Syaraf Alea kembali menegang tapi dia juga ingin membuktikan jika dirinya seharusnya bukan pengecut. "Aku sudah berjanji untuk menghormatimu, jangan takut padaku." Suara pria itu selalu terdengar agak serak dan berat layaknya pria dewasa akhir dua puluhan, tinggi tegap dan tampan. Sangat tampan hingga Alea tidak berani lama-lama memandangnya. "Ya," Alea mengangguk setelah menatapnya beberapa saat untuk meyakinkan dirinya tidak akan a