ISTRI PERTAMA SUAMIKU 59 PoV LIVIA.Tiga bulan kemudian.Ini mungkin adalah pertemuan kami yang pertama. Pertemuan yang terjadi tanpa ada masalah, dendam dan juga benci. Widya masih di penjara sementara Renata, juga mendekam di penjara dalam keadaan cacat akibat kaki kirinya yang tertembak polisi kala itu mengalami infeksi hingga harus di amputasi. Cintya yang mengundang kami semua datang malam ini, menikmati makan malam yang disajikan oleh para asisten rumah tangga. Di kepala meja, Mas Dany duduk dengan tenang. Fisiknya telah kembali lagi seperti dulu, tidak lagi kurus dan kuyu. Kulitnya perlahan mulai cerah. Dia telah menerima posisi sementara di Beta sampai Cintya berusia dua puluh satu tahun dan berhak membuat keputusan sendiri. Sejauh ini Mas Dany menunjukkan bahwa dia benar-benar berubah. Dia menjalani tugasnya sebagai manajer dengan dedikasi tinggi, mengabaikan bisik bisik orang lain tentang dirinya. Dia juga mengurus Denish dengan sangat baik, kembali menjadi sahabat bagi an
ISTRI PERTAMA SUAMIKU(Duri dalam rumah tanggaku)"Mas, anter aku belanja nanti malam ya. Isi kulkas sudah mau habis." Mas Dany menoleh, memandangku dengan tatapan heran."Gak bisa Liv, malam ini kan jatah Mas ke rumah Laras."Aku cemberut. Meski sudah menduga jawabannya, tak urung hatiku terasa panas mendengar kalimat itu keluar dari mulut suamiku."Tapi isi kulkas habis. Aku mau masak apa besok?"Mas Dany kembali mengalihkan perhatiannya pada ponsel di tangan. Seakan apa yang aku bicarakan bukan lah hal yang penting."Besok beli di tukang sayur dulu. Atau kau bisa ke supermarket sendiri, atau ajak Mbak Inah besok, atau…""Mas!" Aku merebut ponsel yang sejak tadi menjadi fokus perhatiannya. Mas Dany kini menatapku."Mas kan tahu aku gak mau belanja sembarangan, apalagi di tukang sayur lewat. Aku harus belanja di supermarket yang sayurannya higienes. Lagian…""Lagian apa?""Mbak Laras, apa gak bisa ngasih kelonggaran sesekali? Dia kan sudah tua.""Livia!' suara Mas Dany meninggi."Lo
ISTRI PERTAMA SUAMIKU#2Di tengah perjalanan, setelah rasa kesal dan panikku mereda, barulah terasa perutku yang melilit. Sejak usai bercin-ta dengan Mas Dany tadi sore, aku memang belum sempat makan. Kuarahkan mobil ke sebuah restoran mewah yang sudah lama ingin kunjungi. Aku ingin tahu seperti apa menu makanan yang katanya berharga jutaan itu. Biarlah kali ini aku makan sendiri, lain kali aku akan mengajak Mas Dany. Hem, apa kata Cintya tadi? Mas Dany dan Mbak Laras sedang makan malam di restoran mewah? Aku juga bisa."Selamat malam Ibu. Silahkan." Seorang pelayan berseragam menyambutku sambil tersenyum manis bak gula."Meja private ya mbak." Ujarku sambil meneliti interior restoran yang sangat mewah. Kursi kursi dari kulit yang tampak lembut dan nyaman untuk diduduki, lukisan di temboknya dan musik romantis yang mengalun indah. Hem, apalagi bagian dalam di private room, pastilah lebih mewah lagi. Aku akan mencobanya jadi nanti bisa memberi tahu Mas Dany."Meja private sudah full
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 3Aku berguling ke samping dengan gelisah. Bidang kosong di sisi kasur sebelah kanan yang seharusnya ditempati Mas Dany membuatku kesal membayangkan suamiku mungkin kini tengah lelap dalam pelukan Mbak Laras. Mungkin saja mereka habis bercinta. Mas Dany, di usianya yang ke empat puluh lima, justru semakin matang dan perkasa. Perutku mulas membayangkan mereka berdua berpelukan tanpa busana.Aargghh!Aku menutup wajah dengan selimut. Dari kejauhan terdengar tiang listrik dipukul satu kali. Sudah jam satu malam. Kuraih ponsel, mencoba menghubungi Mas Dany. Aku mengabaikan pesannya agar tak menelepon saat dia di rumah Mbak Laras. Aku benar-benar butuh mendengar suaranya saat ini."Halo?" Ujarku saat teleponku tersambung. Aku duduk dengan hati senang. Mungkinkah Mas Dany juga merindukanku sehingga dia mengangkat teleponku selarut ini?Sepi. Tak ada sahutan. Lalu sayup sayup aku mendengar suara khas Mas Dany. Mendesah dan melenguh, lalu jerit tertahan ketika dia tiba d
ISTRI PERTAMA SUAMIKU #4(Duri dalam rumah tanggaku)#kbm_cerbungSore hari, begitu pintu depan kubuka, aku langsung menyerbu Mas Dany dengan ciu*an. Mas Dany sejenak gelagapan dan terhanyut. Namun ketika tanganku mulai membuka kancing jasnya, tiba-tiba dia menarik diri, memegang kedua tanganku."Sayang. Berhentilah.""Kenapa?" Suaraku serak oleh hasratku sendiri."Mas harus pulang.""Mas kan sudah pulang? Ini rumahmu, rumah istrimu."Mas Dany merangkum wajahku dengan kedua tangannya, memberi ciu*an ringan di bibir lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Diberikannya kotak kecil itu padaku. Meski sudah bisa menebak isinya, aku mau tak mau tetap terpesona menatap sebentuk cincin emas dengan setitik permata merah delima. "Hadiah untukmu, karena telah mau bersabar menunggu." Ujar Mas Dany sambil tersenyum dan memasangkan cincin itu di jariku.Mau tak mau aku luluh. Jariku yang putih dan jenjang tampak terlihat sangat cantik.Mas Dany meraih cardigan putih yang kusampirkan di ata
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 5"Loh, suamimu gak ikut Nduk?" Tanya Ibu begitu aku turun dari mobil. Aku hanya tersenyum, melirik ke kiri dan kanan, beberapa tetangga yang mengintip dan menatap ingin tahu melihatku datang mengendarai mobil yang cukup bagus bagi mereka. Livia si gadis kampung, sekarang sudah membawa mobil sendiri. Sayang aku tak berhasil membujuk Mas Dany untuk ikut. Dia tak cukup punya nyali untuk menolak keinginan Cintya agar tetap di rumah merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Benar-benar menyebalkan.Aku menurunkan oleh-oleh yang kubawa. Beberapa kotak bolu susu Amanda kesukaan Laila, adik bungsu kesayanganku yang baru kelas tiga SMP. Kata Ibu, Laila itu anak bonus jadi beda usianya jauh denganku. Kami hanya dua bersaudara karena dua kali kehamilan Ibu setelah kelahiranku, ibu mengalami keguguran. Setelah itu Ibu tak mau hamil lagi, katanya cukup aku saja anak Ibu. Ibu tak mau lagi merasakan sakitnya kehilangan anak yang bahkan belum pernah dilihat. Tapi ternyata
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 6Lima hari di kampung, aku akhirnya kembali ke rumah. Meski masih betah rasanya berkumpul dengan keluarga. Tapi aku harus segera pulang menyiapkan diri untuk giliranku esok hari. Tekadku untuk segera punya anak semakin besar. Di perjalanan, aku membeli sekilo tauge untuk kumakan. Kata orang-orang tauge bikin subur. Padahal sampai di rumah, aku kebingungan menatap gunungan tauge di atas meja dapur.Masih kuingat tatapan Ibu yang penuh tanya saat beliau mendengarku menyebut nama Mbak Laras. Aku langsung memutar otak. Jangan sampai Ibu tahu. Aku bahkan berdoa semoga Ayah, Ibu juga Laila tak pernah tahu apa yang kulakukan ini."Oh, Mbak Laras itu kakak iparku Bu. Dia sudah punya dua anak."Ibu menarik nafas lega."Oh begitu. Iya betul Nduk. Semoga kamu segera diberi momongan ya. Anak akan mengikat hati suami dan juga mengakrabkan mertua dan menantu." Ujar Ibu sambil tersenyum.Aku meringis dalam hati, lalu sejak itu mulai berhati-hati untuk tidak keceplosan menyebu
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 7Menatap foto itu, dan juga pesan dari Siska membuat perutku yang tadi terasa sudah membaik, kini kembali mulas. Mulas, mual bercampur jadi satu. Ditambah dadaku yang terasa sakit dan tenggorokan tercekat. Aku bersandar di pintu kamar mandi, lalu tertatih menuju tempat tidur dan merebahkan diri disana. Kuusap usap dadaku yang terasa sesak, lalu tanganku turun ke perut, dimana kini telah tumbuh buah cintaku dengan Mas Dany.Buah cinta? Benarkah cinta? Ataukah hanya nafsu saja?Tenggorokanku yang tersekat akhirnya mengeluarkan isakan tertahan, yang justru membuat dadaku terasa semakin sakit. Aku meringkuk di atas kasur. Oh, ternyata rasanya sesakit ini dikhianati. Apakah ini juga yang dirasakan Mbak Laras ketika tahu Mas Dany selingkuh denganku?"Mbak Livia…" Suara ketukan di pintu terdengar. Mbak Inah rupanya masih menunggu di depan pintu. Dia tentu mengkhawatirkan ku."Mbak Livia, gimana hasilnya? Mbak gak apa-apa?"Meski pintu tidak aku kunci, dia tak berani ma