Harapan Untuk Jadi Nyonya Wardhana"Yasmine belum tahu, Bang. Ikutin dulu lah alurnya. Yasmine bisa memaafkan kesalahan lain tapi tidak untuk kasus ini dan ada kekerasan. Yasmine tidak bisa, Bang.""Jadi laki-laki itu pernah melakukan kekerasan sama kamu?!" cecar Erlangga dengan intonasi meninggi. "Pernah, Bang. Satu kali. Pas kejadian itu, Bang. Yasmine mintai cerai dan mau pergi dari rumah mertua Yasmine. Yakub emosi, dia nampar Yasmine.""Kenapa kamu gak cerita sama Abang hah?!"Yasmine hanya menundukkan pandangan matanya sambil meremas kain selimut. "Bang, udah. Sekarang kita fokus ke pemulihannya Yasmine dulu," lerai Bima berusaha menenangkan emosi Erlangga yang mulai meledak-ledak. Wajar jika Erlangga marah, adik kesayangannya dikasari oleh orang lain. Jangankan Erlangga, Bima saja kesal mendengar cerita Yasmine. "Yasmine belum makan kan? Aku pesenin makan ya?" tanya Bima. "Mau dipesenin apa? Enggak ada pantangan buat kamu kok. Mau makan apa? Sushi kesukaan kamu mau?"Yasmin
Saat sore hari, ketika Yakub pulang, yang pertama dicari adalah Yasmine. "Dek? Dek? Dimana?"Terlihat Tanti dan Dewi keluar dari kamar Dewi. "Mas, sudah pulang?" Dewi mengulurkan tangannya hendak menyalami Yakub tapi Yakub tak menanggapi. "Dek?" panggil Yakub pada Yasmine, mengabaikan Dewi dan Mamanya. "Yasmine!"Si mbok dari arah belakang mendatangi Yakub. "Tadi Nyonya Yasmine keluar.""Keluar? Kemana? Kok enggak pamit?""Ya mana dia pamit sih, Kub. Kamu cek deh, siapa tau barang-barang berharga kamu ada yang ilang. Soalnya tadi dia di kamar kamu, bawa-bawa dokumen.""Itu kamar aku dan Yasmine. Bukan cuma kamar aku," tegas Yakub sembari masuk lagi ke dalam kamarnya. Dia membiarkan pintu kamarnya terbuka. Tanti mengikuti Yakub sampai ke ambang pintu. Tanti melihat Yakub membuka lemari dan melihat-lihat pakaian serta dokumen penting lainnya. "Sial!" umpat Yakub saat menyadari dokumen milik Yasmine tidak ada semua. Salinan akte nikah juga tidak ada. Buku nikah milik Yasmine juga
Sebuah pesan masuk di ponsel Yakub. Dari nomor istrinya sendiri. [Aku makan di luar. Send pict]Begitu isi pesan Yasmine. Bukan pesannya yang membuat Yakub marah tapi gambar yang Yasmine kirim. Gambar Yasmine sedang makan bersama Bima dan entah siapa laki-laki di sebelah Yasmine karena wajahnya tak terlihat tapi tangannya menggenggam tangan Yasmine. "Breng**k! Bisa-bisa makan di luar bersama Bima! Benar dugaanku, mereka pasti ada hubungan di belakangku selama ini! Tidak, ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus menyeret Yasmine pulang!" geram Yakub dengan emosi sudah melebihi ubun-ubunnya sendiri. Giginya saling beradu menimbulkan suara gemeletuk. Belum lagi urat-urat yang menonjol di tangan saking kerasnya Yakub mencengkram kemudi mobil. Yakub melajukan mobilnya gila-gilaan menuju resto yang Yakub sangat hapal. Karena dulu itu tempat favorit Yakub ketika kencan dengan Yasmine. Dan sekarang Yasmine malah berkencan dengan Bima dan entah dengan siapa. "Awas Yasmine! Aku akan mengurungmu
"Kamu ada rencana apa?"Dewi berbisik kepada Tanti. Awalanya Tanti kaget dan terlihat marah tapi setelah itu Tanti mulai terlihat tersenyum. "Ide bagus. Kita akan laksanakan rencana kamu.""Untuk sementara, kita diem-diem aja ya, Ma. Pura-pura enggak tahu.""Iya, itu bagus."Dewi dan Tanti saling melempar senyum. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran dan hati mereka masing-masing. ***Esok hariBerita tentang keributan-keributan yang terjadi di restoran mulai bermunculan. Spekulasi dan omongan netijen jedir mulai berhamburan di seluruh media. Yakub yang saat itu tengah berada di apartemennya, begitu marah saat berita beredar. "Kurang ajar!"Telepon mulai masuk ke ponselnya. Banyak pihak yang menanyakan kebenarannya pada Yakub. Bahkan para pengusaha yang kerja sama dengan Yakub mulai bertanya-tanya tentang kebenarannya. "Kalo kayak gini, saham gue bisa turun! Gue harus secepatnya klarifikasi soal ini."Belum juga Yakub menyelesaikan masalah dengan Yasmine, ada lag
"Jadi bagaimana? Apa rencanamu selanjutnya?" tanya laki-laki itu kepada Dewi. Sebenarnya, Dewi sangat lelah akibat pertempuran panas mereka dalam kamar mandi. Matanya ingin terpejam tapi apalah daya jika laki-laki ini masih ingin mengobrol dengannya. "Berita tentang Yasmine jelas akan aku gunakan untuk menghancurkan hubungan Yasmine dengan Yakub. Tapi tidak dengan tanganku melainkan dengan tangan mertuaku yang bodoh. Jika mereka hancur lebih cepat, maka aku akan lebih mudah untuk menduduki posisi pengganti Yasmine. Jika anak ini lahir, maka aku akan merongrong semuanya perlahan.""Ide bagus. Tidak salah jika aku jatuh cinta padamu. Kamu memang sejajar denganku. Aku suka dengan idemu dan kerja kerasmu. Sama seperti kerja kerasmu di kamar mandi tadi."Dewi tersipu. Dia menyembunyikan wajahnya yang merah di balik selimut. "Lalu kita akan bagaimana nanti?""Setelah misimu berhasil, kita akan selamanya bersama," jawab laki-laki itu sambil mengecup kening Dewi. "Mau kemana?""Aku harus p
Yasmine dan Erlangga sama terkejutnya dengan tindakan Yakub. Yakub menodongkan senjata tepat pada dada kiri Erlangga. Senjata kecil tanpa suara juga tapi Erlangga jelas tahu bahwa senjata itu mampu menembus dada hingga punggungnya. "Yakub! Jangan gila!""Satu pergerakan dari kalian, aku pastikan peluru ini menembus orang yang kau sayangi Yasmine!" ancam Yakub tidak main-main. "Yas, masuk!" perintah Erlangga tanpa menunjukkan rasa takutnya. Yakub menarik pelatuk. Itu artinya jika Yasmine atau Erlangga bergerak maka peluru benar akan menembus dada Erlangga. Erlangga harus bergerak cerdik daripada terjadi sesuatu disini. "Kamu mau apa Yakub?" tanya Yasmine dengan mata yang sudah berkabut. "Pulang ikut aku sekarang maka Abangmu selamat."Mata Yasmine memicing. Dia dilema. "Dua detik untukmu berpikir, Yasmine," seru Yakub. Yakub tak mau memberi banyak waktu daripada Erlangga lepas dari tangannya. "Jangan dengarkan, Yas! Masuk! Abang tak apa!""Satu. Du…""Oke. Aku pulang. Lepaskan A
"Tidak bisa semudah itu memaafkanmu, Yakub. Kesalahanmu sudah sangat fatal," jawab Yasmine dengan tenang tapi wajahnya begitu tampak tegang dan kaku. Yasmine marah tapi tidak meledak-ledak. "Terlalu banyak dan terlalu fatal hingga tak ada celah kata maaf untukmu."Yasmine lalu kembali memakan nasi gorengnya meski tanpa minat. Dia tak peduli lagi dengan wajah Yakub saat ini. Tak peduli juga bagaimana jika nanti Yakub bereaksi berlebih pada Yasmine. Yasmine rasanya sudah enggan berada di sisi Yakub. Jika bukan karena ingin membongkar kedok Dewi, rasanya Yasmine sudah enggan untuk berada di sekitaran Yakub. Yasmine akhirnya menyerah untuk menikmati nasi goreng. Dia meletakkan begitu saja nasi gorengnya. Lalu menyingkir ke sofa. Yasmine memilih meringkuk disana ketimbang berada di sisi Yakub. Yakub menghampiri Yasmine. Perutnya yang tadinya lapar akhirnya dilupakan. Yakub harus bicara dengan Yasmine. Yakub berlutut di sofa, tak peduli jika Yasmine memunggunginya. "Yas, aku tahu ak
"Ka..mu…ma-u…ap-pa…?" lirih Yasmine ketakutan sambil memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya jelas bergetar hebat melihat Yusuf mengeluarkan senjata tajam dair laci. "Aku mau buktikan, Yas. Bahwa aku cinta sama kamu. Aku bakalan ukir nama kamu di kulitku pakai ini," tegas Yakub. Dia sudah menempelkan ujung pisau di kulit dadanya. Yasmine menggeleng. Dia tidak mampu berucap apapun apalagi ketika melihat ada darah yang mulai menetes dari dada Yakub. Yasmine berteriak ngeri melihat kegilaan Yakub di depan matanya. "STOOP! STOOOP! Tolooong…!" Yasmine sudah tak mampu melihat lebih jauh. Dia menyambar tangan Yakub dengan cepat hingga pisau terpelanting jatuh dan jauh, entah kemana, Yasmine tidak tahu. Yasmine meraih apapun yang ada di atas meja. Hanya ada tissue maka Yasmine gunakan itu untuk menekan luka Yakub. "Jangan gila!""Aku sudah gila sejak pertama kali bertemu denganmu, Yas. Segala cara aku lakukan agar kamu melihatku dan mencintaiku, Yas. Aku tidak bisa tanpamu, Yas. Aku beneran