ROSELA POV"Rusak remnya. Aku mau semua keluarga itu mati seperti kecelakaan."Kudengar Hamdan berbicara melalui telepon entah dengan siapa."Orang suruhanku akan mencoba melawan dari arah balik sehingga semua terjadi seperti kecelakaan," sambungnya menjelaskan."Kenapa kita harus membunuhnya, Mas? Apakah tak ada cara lain?" tanya Bella, istrinya yang baru saja datang menghampiri Hamdan."Aku tak ingin kembali miskin, Sayang. Aku ingin semua harta keluarga Rosela jatuh ke tanganku." Seringai di wajahnya membuatku menelan ludah dan pil pahit, tidak pernah menyangka."Akan tetapi kasihan Kinan masih kecil.""Justru karena dia ada aku harus menyingkirkan Ibu, Ayah dan juga dirinya."Aku benar-benar tak menyangka, anak yang telah kubesarkan berhati iblis."Terserah kamu saja lah, Mas.""Ya Allah, kenapa Hamdan tega punya niat jahat kepada kami?" Kupegang dada yang terasa sesak.Aku menangis di bawah tumbuhan rimbun di belakang rumah kami, pohon yang tidak terlalu tinggi. Pantas saja ia be
"Ya Allah, semoga engkau memberikan adik bayi di perut ibu, aku pernah mendengar ibu meminta dedek bayi, kabulkan doanya, ya Allah. Agar ibu lebih bahagia dan tidak sering menangis, aamiin."Aku melihat Hamdan tengah selesai shalat maqrib dan sedang berdo'a, tak terasa butiran air mataku menetes begitu saja. Alhamdulillah aku mendapat seorang malaikat yang berhati baik pikirku, tak rugi aku selalu mendisiplinkannya dan mengajari untuk selalu shalat tepat waktu."Hamdan sayang, ayo makan malam, Nak.""Iya, Ibu."Hamdan mengikutiku menuju dapur, di sana sudah ada Mas Andra yang menunggu kami.Hamdan tumbuh dengan cepat, dia tumbuh menjadi pemuda yang jujur, pandai dan penurut Mas Andre sangat menyayanginya, setelah lulus dari Luar Negri Mas Andra meminta Hamdan mengembangkan anak perusahaanya. Hamdan lulus lebih cepat karena memang otaknya ber IQ tinggi.Saat itu umurku sudah tak muda lagi, tetapi wajahku masih awet muda karena memang aku merawatnya demi Mas Andra. Aku belum dikaruniai
Lamunanku tentang Hamdan hilang bersama dengan tepukan halus di pundakku."Ada apa, Bu? Kenapa melamun?""Tidak apa-apa, Yah. Aku hanya teringat masa kecil Hamdan, sekarang ia sudah tumbuh dewasa padahal seperti baru kemarin aku melihatnya berdoa meminta adik bayi""Sudahlah, Bu. Jangan pikirkan apapun. Ayo istirahat besok kita akan berangkat pagi."Mas Andra merebahkan badannya di sampingku Aku memeluknya erat takut kehilangan dirinya, itu yang aku rasakan sekarang.....Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan rencana Hamdan yang hendak mencelakai kami kemarin.Aku mengirimkan pesan kepada tangan kanan suamiku untuk mengikuti kami ketika kami pergi ke rumah ibu."Baiklah Hamdan ibu akan mengikuti permainanmu."Aku menyiapkan segala keperluan kami, mas Andra memasukannya kedalam bagasi mobil, sementara Kinan sedang asyik bermain dengan simbok."Sudah siap, Bu? Ayo berangkat?""Ayo, Yah."Hatiku berdebar dengan kencang ketika mobil sudah mulai dijalankan oleh Mas Andra. Sepanjang per
"Hamdan, bawa mereka ke panti jompo. Jangan suruh Ibu sama Bapak mengurusnya," ucap Laras sedikit merajuk manja."Aku tak akan membawa mereka ke mana pun!" seru Hamdan menolak."Apa maksudmu, Hamdan? Siapa yang akan mengurus mereka.""Ya, jelas Bu Laras lah. Aku harus bekerja mengurus perusahaan.""Apa! Suruh istrimu!" Laras tak mau kalah."Tidak bisa dia sedang hamil."Dari balik pintu aku mendengar percakapan antara Laras dengan Hamdan. Hamdan meninggalkan Laras yang masih mengomel.Seharian aku dan Mas Andra dikurung di dalam kamar, bahkan makanan dan obat tak mereka sediakan. Hamdan sudah pulang ke rumahnya, aku tak melihat atau mendengar suara Laras atau Pak Broto, apa mungkin mereka sedang pergi.Hari sudah sore, aku dan Mas Hamdan belum makan sesuap nasi pun. Tadi pagi Hamdan hanya memberi kami roti dan susu. Aku kasihan melihat Mas Andra. Aku berniat pergi ke dapur untuk mencari makanan dan obatnya."Mas, aku akan ambilkan makanan dan obatmu."Mas Andra mengangguk.Aku mengend
Aku mencari seseorang yang dapat dipercaya untuk mengawasi Hamdan serta kematian adikku beserta keluarganya. Hingga aku tau dari cucu Nenek Amah yang biasa datang membersihkan Mas Andra bilang ia pernah melihat Pak Broto merusak rem mobil Rona hingga terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian Rona serta suami dan anaknya.Aku meminta cucu nenek amahmengawasi Hamdan."Nyonya, den Hamdan menyewa banyak orang, Dia juga mencari Pak Broto dan Bu Laras ."Lalu bagaimana hasilnya?""Belum ada yang bertemu, Nyonya.""Awasi terus dia."Hingga entah berapa tahun kami mencari Alfin tetapi belum ketemu, sampai suatu ketika Hamdan mengantarku ke makam Mas Andra. Ya, suamiku telah meninggal satu tahun yang lalu. Mas Andra memintaku memaafkan Hamdan dari sebuah surat yang ia tinggalkan.Makam Mas Andra berada di Jawa dekat dengan makam ibunya. Hamdan melihat Alfin tengah dikeroyok preman, ia berlari mengejarnya."Alfin!"Hamdan menyeret Alfin dari preman-preman tersebut, tetapi para preman justru
"Kamu itu hanya akan menjadi anjing suruhannya, tapi kamu hanya mendapat sebuah tulang. Kamu tak akan dapat apa-apa, Hamdan," ujar Bu Laras."Benar yang ibumu katakan, Hamdan." Ayah ikut membenarkan ucapan Bu Laras."Hamdan, kamu jangan bodoh! Apa kamu pikir jika Kinan sudah dewasa dia tidak akan menendangmu dari keluarga Rosela? Apalagi jika ia memiliki suami yang tak sepadan, dia pasti akan menghasut Kinan untuk menendangmu dari keluarganya dan kamu tak akan dapat apa-apa."Ibu Laras terus menasehatiku, aku yang mulai was-was dengan posisiku berfikir mungkin ada benarnya omongan Bu Laras ibu tiriku itu."Tapi mana mungkin, Bu? Kinan masih kecil.""Apa kamu tak ingat jika dulu Kinan baru lahir Pak Andra mengatakan Kinan adalah ahli waris satu-satunya.""Bagaimana Ibu bisa tahu?" tanyaku heran."Dulu Bapak dan Ibu memeriksakan kakakmu Hani yang tengah mengandung. Ibu tak sengaja mendengarnya dari balik pintu, dari situlah Ibu tahu bahwa itu kamu dan meminta bapak untuk bertemu denganm
"Lalu bagaimana dengan Mas Hamdan dan kedua orang tuanya, Bu?" tanyaku."Hamdan masih koma di rumah sakit, sementara Pak Broto dan Bu Laras, mereka menjadi buronan polisi.""Aku pikir Ibu sudah tiada atau melupakanku."Air Mataku kembali menetes. Berpuluh-puluh tahun aku menginginkan kehidupan layaknya anak-anak lain tetapi tak aku dapatkan."Bagaimana Ibu bisa melupakanmu Kinan, Ibu rela melakukan apapun untuk melindungimu."Ibu mengecup pucuk kepalaku."Dimana suamimu, Nak?""Aku seorang diri, Bu.""Apa maksudmu, Kinan?""Aku bercerai, suamiku diam-diam menikah dengan wanita lain karena ibunya memaksa.""Astagfirullah, Bagaimana seorang Ibu bisa menghancurkan rumah tangga anaknya?""Di mata ibunya harta yang utama, Bu. Meskipun aku sudah memiliki segalanya ia lebih menginginkan Bang Adnan menikah dengan wanita janda kaya. Aku hanya orang miskin, bodoh dan tak mengenal sekolah."Ibu memelukku, air matanya jatuh membasahi pipi yang sudah banyak kerutan."Maafkan Ibu, Kinan, karena Ibu
"Lalu bagaimana dengan Mas Hamdan dan kedua orang tuanya, Bu?" tanyaku."Hamdan masih koma di rumah sakit, sementara Pak Broto dan Bu Laras, mereka menjadi buronan polisi.""Aku pikir Ibu sudah tiada atau melupakanku."Air Mataku kembali menetes. Berpuluh-puluh tahun aku menginginkan kehidupan layaknya anak-anak lain tetapi tak aku dapatkan."Bagaimana Ibu bisa melupakanmu Kinan, Ibu rela melakukan apapun untuk melindungimu."Ibu mengecup pucuk kepalaku."Dimana suamimu, Nak?""Aku seorang diri, Bu.""Apa maksudmu, Kinan?""Aku bercerai, suamiku diam-diam menikah dengan wanita lain karena ibunya memaksa.""Astagfirullah, Bagaimana seorang Ibu bisa menghancurkan rumah tangga anaknya?""Di mata ibunya harta yang utama, Bu. Meskipun aku sudah memiliki segalanya ia lebih menginginkan Bang Adnan menikah dengan wanita janda kaya. Aku hanya orang miskin, bodoh dan tak mengenal sekolah."Ibu memelukku, air matanya jatuh membasahi pipi yang sudah banyak kerutan."Maafkan Ibu, Kinan, karena Ibu