Selang beberapa menit kemudian, Alma sudah keluar dari kamar kos-annya dengan berpenampilan menarik dan rapi. Sehingga, Aldy yang melihatnya pun semakin tertarik pada gadis cantik itu.
Dengan tergesa-gesa, Alma pun langsung masuk ke dalam mobilnya Aldy agar tidak diketahui oleh orang banyak, terutama tetangga kosannya sendiri. Akan tetapi, walaupun menghampiri Aldy secara terburu-buru, beberapa orang melihatnya langsung jika Alma pergi dengan seseorang yang memakai mobil sedan berwarna merah.
"Kita mau kemana, Dy?" tanya Alma penasaran.
"Nanti juga kamu akan tahu," kata Aldy tersenyum manis.
"Ya sudah."
Alma kembali berdiam diri untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuat Aldy keheranan. Akan tetapi, Aldy sangat tahu betul sikap dan wataknya Alma itu seperti apa. Ia bahkan menebak-nebak masalah apa yang sedang dirundung Alma, sehingga gadis itu menjadi wanita yang tidak ceria lagi.
Ririn benar-benar tidak ada urat malunya. Ia terus mendesak Daffa agar dirinya ikut menumpang di mobilnya Daffa untuk menemui Alma. Padahal, Ririn juga tidak tahu Alma ada dimana, yang ada dalam pikirannya hanyalah bisa jalan bareng bersama orang yang sangat didambakannya itu.Berhubung Daffa seorang laki-laki yang sangat keras kepala dan tidak pernah menyukai wanita agresif, ia pun menolak ajakannya Ririn dengan begitu tegas dan sopan. Karena, bagi Daffa, dirinya tidak akan pernah peduli lagi pada perempuan manapun kecuali Alma. Sehingga, Ririn yang sudah berusaha total untuk mendekatinya pun dibuat kesal oleh dirinya."Sialan! Laki-laki ini benar-benar sulit untuk aku taklukkan!" kata Ririn dalam hatinya."Oh, terserah anda, Mas. Aku pastikan dia sedang bersama pria lain," kata Ririn menyeringai."Terima kasih atas infonya, Nona. Kalau begitu kami pamit dulu ya," kata Daffa dengan senyuman manisnya.
Alma tidak menyadari kalau Daffa juga ada di restoran itu. Ia asyik makan bersama dengan sahabatnya sendiri sambil bercanda ria dan saling mencurahkan segala kerinduannya. Dan ketika itu pula, panggilan Daffa yang menggelegar itu terdengar ke telinganya Alma. Seketika itu pula, Alma terkejut bukan kepalang."Daffa!" pekik Alma sembari membulatkan matanya."Sedang apa kamu di sini? Hah!" sentak Daffa yang membuat Alma semakin ketakutan.Aldy yang melihatnya pun serasa tidak mengenakan hati. Akan tetapi, ia menyadari kalau posisinya sedang berada dalam tidak aman. Meskipun ia tidak ikhlas jika sahabat kecilnya diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki."Kamu siapa? Datang-datang malah marah-marah, gak punya etika banget sih!" ucap Aldy kepada Daffa dengan tatapan yang sangat tajam."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, karena itu bukan urusan kamu! Paham?" kata Daffa yang sudah murka sampa
Dengan berat hati, Alma menuruti apa yang diinginkan oleh ibu kostnya itu. Ia sadar diri, jika ia memaksa untuk tetap tinggal di tempat itu, pasti urusannya tambah rumit lagi. Lebih baik ia mengalah daripada harus memelas yang bisa mengakibatkan harga dirinya jatuh.Dengan berurai air mata, Alma segera mengemasi barang-barangnya yang akan dibawa pergi. Entah harus kemana ia akan berteduh, sementara tempat kos-kosan ataupun rumah kontrakan di ibu kota pasti akan sulit untuk ia dapatkan.Dan apa yang dikatakan oleh mereka, Alma sudah menduganya jika mereka tahu dari orang terdekatnya. Karena, yang tahu kronologi di kosannya hanya lah Ririn seorang."Ya Tuhan, bagaimana bisa aku disebut pelakor, sementara aku saja tidak tahu statusnya Daffa bagaimana. Kenapa semua orang lebih percaya pada orang lain, ketimbang dengan ucapanku ini. Apa ini cara mereka untuk mengusirku dari sini? Sungguh hina sekali!" kata Alma d
Saat itu, Alma masih menemani para pria yang sedang berpesta minuman. Ia bahkan tidak mengetahui jika Aldy datang menghampirinya. Alma juga sedikit terlihat mabuk karena para pria itu terus-terusan meminta Alma untuk menemani dirinya meminum-minuman yang beralkohol. Bahkan tanpa Alma sadari, ada seseorang yang memasukan obat perangsang ke dalam gelasnya, ketika Alma sedang lengah."Alma!" panggil Aldy dengan mata yang tercengang.Rupanya Aldy nekad ingin bertemu dengan Alma karena sudah hampir beberapa hari ini, ia kesulitan untuk menemui Alma lagi. Bahkan ia tidak bisa menghubungi Alma karena nomornya sudah tidak aktif sama sekali.Saking nekadnya, ia menghampiri kos-kosannya yang dulu pernah Alma tempati, disitulah Aldy tahu, jika Alma bekerja di sebuah bar yang sama sekali belum pernah ia datangi. Orang-orang yang berada di kosannya pun memberitahukan jika Alma sudah tidak tinggal di kosanny
Sejenak Daffa terdiam, karena apa yang dikatakan oleh kedua Bodyguardnya itu ada benarnya juga. Sebab, Alma adalah tipe wanita yang pekerja keras, bagaimana bisa ia dikeluarkan dari pekerjaannya dengan begitu saja tanpa sepengetahuannya. Sementara, dirinya saja masih sangat membutuhkan pekerjaannya itu."Kalian tidak perlu khawatir, aku punya cara sendiri untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan Alma. Aku yakin, dia tidak akan pernah menolak dengan keputusanku ini," kata Daffa sembari mendekapkan tangan di dadanya."Baik lah, Bos. Semoga dengan keputusanmu itu, Alma tidak marah lagi sama kamu," kata Farhan yang masih fokus menyetir."Ya betul, mudah-mudahan ini jalan satu-satunya untuk memperbaiki hubungan kalian berdua, Bos," ucap Akmal dengan serius."Iya, makasih ya kalian berdua selalu mendukungku dan menyemangatiku. Entah apa jadinya jika aku tidak mendapatkan informasi mengenai Alma dari
Daffa hanya terdiam dan terus-terusan memijat pelipisnya dengan tangan kanannya. Sungguh, apa yang sedang dihadapinya itu sangat tidak diinginkannya. Ditambah lagi, posisinya sedang berada di muka umum, dan hal ini membuat hati Daffa semakin tidak menentu."Jawab Kak, jangan diam terus! Kakak selingkuh sama wanita jalang ini bukan?" cecar Kania dengan penuh amarah.Dan mendengar hal itu, Ririn tidak terima jika dirinya disebut wanita jalang oleh orang yang tidak dikenalnya itu. Bahkan rasa emosi mulai timbul dan meradang dengan begitu cepat sehingga ia pun mulai marah kepada Kania."Heh! Maksud kamu apa? Sembarangan saja kalau ngomong!" sentak Ririn dengan tegas."Memang itu kenyataannya kan? Kalian berdua enak-enaknya makan malam di sini, sementara kakakku masih terbaring lemah di rumah sakit. Masa iya kamu tidak tahu beritanya!" sentak Kania yang masih emosi."Tapi aku tidak—"
Tanpa berpikir panjang lagi, Aldy langsung masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak peduli pada wanita itu karena dirinya benar-benar tidak mengenalinya.Sedangkan Alma dan Daffa, sudah semakin jauh dari tempat itu dan tidak berpapasan dengan Ririn. Andai saja mereka bertemu, pasti urusannya tambah rumit.Selama dalam perjalanan, Daffa semakin erat menggenggam tangan Alma. Bahkan, sesekali ia menciumi punggung tangan Alma dengan begitu lembut. Sehingga, kedua bodyguard nya merasa tidak nyaman dan salah tingkah.Alma sedari tadi hanya berdiam diri saja, bukan karena tidak suka adanya Daffa. Melainkan, ia sedang menahan rasa yang sungguh sangat luar biasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ya, reaksi obat perangsang wanita yang ada di dalam tubuhnya semakin menjadi-jadi. Ia pun terus menempelkan tubuhnya ke arah Daffa agar dirinya semakin berdekatan dengan laki-laki tampan itu.Bahkan, Alma menyandarkan
Daffa sungguh tidak menyangka jika Alma masih dalam pengaruh obat perangsang itu. Entah apa yang harus ia lakukan, karena selama ini ia tidak pernah melakukan hubungan intim dengan menggunakan obat perangsang, walaupun itu dengan istrinya sendiri."Bantu aku, Daff. Ini benar-benar membuat aku tersiksa," lirih Alma."Oke-oke, kamu tenang saja, aku akan panggilkan dokter pribadiku ke sini," kata Daffa yang terlihat seperti cemas dan panik. Ia pun segera mengambil ponselnya di atas meja, untuk menghubungi temannya yang berprofesi sebagai dokter. Akan tetapi, Alma malah melarangnya dengan cepat."Daff, tunggu! Kemarilah!" teriak Alma dengan keras.Daffa pun menoleh ke arah belakang dan berkata, "Kenapa? Apa ada sesuatu?""Kemarilah, aku ingin bicara dulu sama kamu," kata Alma dengan manjanya.Tanpa berpikir panjang lagi, Daffa pun segera menghampiri Alma lagi. "Kenapa? Aku mau menel