Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 81. Apakah itu membuat aku menjadi simpananmu?

Share

Bab 81. Apakah itu membuat aku menjadi simpananmu?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-11-23 20:01:41

Thoriq dan Salma mengikuti langkah Arhand yang tergesa keluar ruangan, menyelinap di antara sisa tamu yang masih berdiri dengan berbagai ekspresi. Tatapan penuh tanya Salma mengarah pada punggung lelaki itu.

"Arhand, tunggu!" panggil Salma, setengah berlari untuk mengejarnya.

"Biarkan aku, Tante. Aku sudah cukup melihat permainan ini," jawab Arhand tanpa menoleh.

"Tidak bisa begini. Kamu tidak bisa pergi dengan membawa dendam. Ini keluarga kita juga yang sedang kacau. Setidaknya bicarakan ini dengan tenang," ujar Thoriq yang akhirnya berhasil menyamainya.

Arhand berhenti mendadak. Tubuhnya kaku, namun kepalan tangannya terlihat bergetar. "Keluarga? Apakah keluarga membiarkan kebohongan dan pengkhianatan seperti ini terjadi?" Suaranya rendah, namun penuh tekanan.

Salma melangkah maju, mencoba menyentuh lengan Arhand, tetapi dia menghindar. "Arhand, apa pun masalahnya, tidak ada gunanya kamu bertindak begini. Lagipula, kamu tahu sendiri-"

"Jangan harap aku, Mama, Papa, bahkan Oma Evran
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 82. Sebelum pernikahan.

    "Omah sudah dipastikan tidak akan datang, Alzam," ucap Salma dengan nada pasrah. Beberapa hari yang lalu, Thoriq dan dia ke Makasar, meminta maaf dan memberitahu kalau resepsi Alzam dilaksanakan Minggu besuk. Bukan kegembiraan karena jarang bertemu yang mereka dapat, justru pertengkaran hebat yang terjadi."Azlam sendiri yang minta tolong Arhand untuk mendekati Agna. Setelah mereka dekat, dia malah mengingkari janjinya," cetus Armand dengan geramnya. "dengan seenaknya dia mengajak Agna menikah.""Lani gadis yang baik, bisa-bisanya dia harus mengalami ini," tambah Oma Evran. "Aku tidak akan menganggap Alzam cucu sampai dia bisa adil dengan apa yang dialami Lani.""Pernikahan ini memang bukan seperti rencana kita, Mi, biar saja jika Oma tak datang, toh pernikahan ini tak pernting bagi Alzam." Ucapan Alzam membuayarkan lamunan Salma."Walau bukan begitu intinya, Zam. Intinya justru perniakahanmu ini telah menghancurkan keluarga kita.""Saya memang salah, Bi, mengajak Agna menikah. Se

    Last Updated : 2024-11-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 83. Pulanglah bersamaku.

    "Apa? Sejak kapan, Mbok? Sejak kapan Lani pergi?" tanyanya, dengan nada bergetar. "Sejak kemarin, Mas. Dia pamit, katanya mau tinggal di mess. Katanya, dia ngak mungkin tinggal di sin, sementara besuk Agna sudah di sini." Lani memang tidak pernah mendengar syarat Agna. "Mess? Kenapa Mbok nggak bilang dari tadi?"Mbok Sarem memandang Alzam penuh keraguan. "Saya pikir, Mas Alzam sudah tahu... Lani juga pesan supaya jangan bilang apa-apa ke Mas." "Dia telah mewujudkan kata-katanya dengan tinggal di sana, tidakkah dia tau aku telah menyiapkan rumah untuknya? Rumah itu memang baru selesai kemarin , Bi, jadi, aku pikir hari ini aku baru membawanya ke sana."Mbok Sarem tak menjawab. Alzam mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menahan amarah yang terus membakar dadanya. Dia segera berbalik, hendak menuju pintu."Mas Alzam," panggil Mbok Sarem. "Tolong... jangan gegabah. Kalau Mas buru-buru mendatanginya, apa kata-kata orang nanti yang belum tau hubungan Mas dengan Lani? Masalahnya bisa

    Last Updated : 2024-11-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 84. Tamu spesial di pernikahan Alzam.

    Pagi itu, mentari bersinar cerah, mengiringi prosesi sakral pernikahan Kapten Alzam Arrazi dengan Agna Pramundita. Deretan prajurit angkatan darat berseragam lengkap berbaris membentuk koridor kehormatan, masing-masing memegang pedang yang terangkat tinggi. Di ujung koridor, Alzam berdiri tegap dalam seragam dinas hijau tua, khas Angkatan Darat. Di sampingnya, Agna, bergaun dengan warna senada mewah dengan veil panjang, menggenggam buket bunga mawar putih. Alzam tersenyum, meski tatapannya seolah kosong, seperti mencari-cari sesuatu di kerumunan.Saat mereka melangkah bersama melewati barisan pedangpora, langkah Alzam terasa berat. Denting sepatu militernya menyatu dengan irama musik militer yang menggema di aula besar itu. Di balik senyuman formalnya, pikirannya kembali pada malam sebelumnya—tatapan Lani yang penuh luka, air mata yang tak berhenti mengalir di pipinya."Aku tak sanggup melihat air matamu, Lani," ucap Alzam waktu itu, memeluk tubuh Lani yang gemetar di dalam kamar saat

    Last Updated : 2024-11-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 85. Kehamilan Lani.

    Alzam duduk di pelaminan, matanya menerawang ke arah keramaian tamu yang mulai meninggalkan aula resepsi. Senyuman yang dipaksakan menghiasi wajahnya, sementara Agna, dengan raut yang sedikit kesal, menggandeng lengannya erat."Mas, ayo berdiri. Sekarang tinggal sesi foto kita. Harus terlihat sempurna."Fotografer pun menata mereka. "Senyum ya, Mas. Aku lihat dari tadi anda terlihat tidak rileks."Alzam mendongak, pandangannya kembali fokus. "Maaf," tolak Alzam saat fotografer itu menata mereka."Mas,..""Aku sudah lelah, Agna," jawabnya singkat, melepaskan tangan Agna yang masih menggenggam lengannya.Agna menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak agar tidak menarik perhatian tamu yang masih berada di sekitar mereka. "Kamu kenapa, sih? Jangan buat aku malu di depan semua orang, Mas," bisiknya tajam.Namun, Alzam hanya diam, pikirannya masih melayang pada Lani yang tadi pingsan. Salma dan Thoriq yang membopongnya keluar aula sudah pergi membawa Lani. Tapi bayangan Lani yang p

    Last Updated : 2024-11-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 86. Menunggu malam pertama.

    Alzam tak bisa menahan diri. Begitu mendengar kabar dari umminya, ia langsung memeluk Lani erat-erat, seperti ingin memastikan keberadaan wanita itu dan bayi yang ada di dalam kandungannya. Tangannya yang besar dan kokoh menggenggam wajah Lani, menatapnya penuh rasa haru. Menangkup wajah cantik di depannya dengan menciuminya."Lani... aku tak tahu harus berkata apa," ucap Alzam dengan suara bergetar. Terakhir, Ia mencium kening Lani dengan lembut, mengabaikan tatapan abi dan umminya yang masih berada di ruangan itu. "Terimakasih!"Lani tersenyum samar, matanya sedikit basah. "Mas, ..." Dia memang tidak mengira Alzam akan sebahagia itu. "Aku akan menjaga kalian, Lani. Kamu dan bayi kita ini." Alzam menunduk, perlahan mencium perut Lani yang masih rata."Alzam," tegur Thoriq dengan bersitatap dengan Salma yang juga menyunggingkan senyumnya, mengingatkan putranya bahwa mereka tidak sedang sendirian."Oh, maaf, Bi," ujar Alzam buru-buru, mundur sedikit dengan wajah yang sedikit memerah.

    Last Updated : 2024-11-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 87. Malam pertamamu yang membuatku sesak.

    Tapi ketika Alzam masuk kamar, Agna langsung sadar ada yang tidak beres. Wajah suaminya terlihat jauh, seperti tidak benar-benar berada di sana. Ia tidak memandanginya seperti seorang pengantin baru yang tak sabar menyentuh pasangannya."Mas," panggil Agna, mencoba menarik perhatiannya. "Aku sudah menunggu. Ayo, duduk di sini."Alzam menoleh sekilas, lalu mengangguk lemah. Ia berjalan mendekat, duduk di pinggir tempat tidur, namun tak menyentuh Agna sama sekali. Dia malah terkesan ingin pergi dari kamar itu."Agna,.." Alzam ingin mengungkapkan sesuatu, namun dia tak bisa mengutarakannya. Bahkan dia merasa risih saat Agna melepas jubahnya dan hanya memakai baju minim dengan dada yang terexpos."Kamu kenapa, sih?" tanya Agna, suaranya mulai kesal. "Aku sudah berdandan untukmu, tapi kamu malah begini. Apa aku kurang menarik untukmu?""Bukan itu," jawab Alzam singkat, tanpa menoleh. Ia menunduk, tangannya saling meremas, seolah sedang menahan sesuatu."Lalu apa? Apa ada yang kamu sembunyi

    Last Updated : 2024-11-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 88. Bukan tempatmu.

    Pagi itu, ketukan keras menggema di pintu rumah Alzam. Agna yang merasa malam pertamanya telah dirampas, berjalan dengan wajah penuh amarah menuju pintu. Ia menarik gagangnya dengan kasar, mendapati seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu dengan wajah gelap. Sementara Mbok Sarem yang tadi hendak ke dalam rumah alzam, mengurungkan niatnya ke sana dan berjalan ke rumah yang ditempati Lani kembali, lalu menggedor kamar Lani. Dia tau, semalam Alzam di sana karena dia mendapati Alzam yang bangun sebelum Subuh sudah melaksanakan tahajud di mushola kecil mereka.“Siapa Anda?” tanya Agna tajam. Menelisik pria berkulit gelap ituPria itu adalah Wagimin, ayah Lani. Tanpa basa-basi, ia melontarkan pertanyaan tajam, “Mana Alzam? Panggil dia keluar!”Agna mengerutkan kening, merasa diremehkan di rumahnya sendiri. “Siapa Anda, berani-beraninya berteriak di sini? Alzam suami saya. Dan saya tidak suka ada orang asing memanggilnya dengan tak sopan seperti ini," ucapnya dengan tatap menyelidik.

    Last Updated : 2024-11-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 89. Berharap keajaiban.

    Alzam mengulurkan tangan, menggenggam tangan Lani yang dingin. Mata mereka saling bertaut, seolah berbicara dalam diam. Lani menatap Alzam, menemukan sesuatu yang tidak pernah dia pahami sepenuhnya-penyesalan, ketakutan, dan pengharapan yang tak bisa terucap. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, namun dia menahannya agar tidak jatuh."Ayo pergi, Nak." Kembali Wagimin menandaskan perkataanya. Alzam makin menggenggam tangan Lani erat. Bahkan merengkuhnya. Hanya tatapan mata mereka yang bicara dalam batyang buram.Melihat itu, Agna yang berdiri di dekat pintu tak lagi bisa menahan diri. Dengan langkah tergesa, ia masuk ke dalam rumah dan membanting pintu keras-keras. Suara gemeretak itu menggema, membuat suasana di luar semakin mencekam. Semua mata kini tertuju pada Alzam dan Lani, yang masih berdiri dalam kebisuan yang menyakitkan."Pak Wagimin," Thoriq memecah keheningan dengan suara beratnya, "Mari kita bicarakan ini di rumah Lani. Lagipula sudah siang, keburu ada orang lewa

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status