Wajah Rama terlihat gusar begitu keluar dari ruang kerja Danu, dia sudah bisa menebak apa yang akan di lakukan Ikbal. Adik sepupunya itu pasti akan mencoba berbagi cara untuk bisa kembali dekat dengan Elsa. Dengan alasan kalau dia kurang suka dengan rancangan yang ada, maka dia ingin mengubah beberapa bentuk bangunan gedung yang akan dibangun. Tapi Ikbal tetap ingin Elsa yang mengerjakan semua rancangan itu kembali, walaupun Danu menawarkan agar mengganti arsitek yang lain. Danu mengatakan pada Rama kalau Ikbal ingin melakukan pertemuan ulang dengan Elsa untuk membahas soal itu. “Kenapa harus di rubah lagi, bukankah dia sudah setuju dengan semua rancangan itu?” Rama terdengar kesal. “Apa ada yang terjadi saat pertemuan pertama kali pembahasan dengan kalian waktu itu?” tanya Danu heran melihat sikap Rama yang terlihat gusar Rama menarik napas panjang, kemarin dia sudah menceritakan hubungan Elsa dan Ikbal pada ibunya Walaupun terdapat begitu banyak pertanyaan yang tidak membuat
Rama dan Danu sedang terlibat pembicaraan serius mengenai urusan tentang Ikbal, setelah kejadian di restoran tempo hari membuat Danu ikut turun tangan.“Sudah aku pastikan rancangan itu tidak akan berubah,” kata Danu. “Bagaimana kau bisa melakukannya itu Danu?” “Kau pikir hanya kau saja yang punya kekuasaan?” “Apa maksudmu?” “Aku juga punya kekuatan untuk melengserkan seseorang!” bual Danu sombong. “Aku tidak tahu kau punya hal itu,” Rama mengerutkan dahinya dengan heran.“Jika kau punya koneksi yang kuat Kau pasti tahu cara melakukannya,” Danu tersenyum licik. “Bagaimana cara kau melakukannya?” “Tentu saja dengan pesona dan ketampananku.” “Aku rasa itu hanya bualanmu saja.” “Tapi paling tidak itu berhasil, dan membuat Ikbal tidak jadi mengubah rancangan itu.” “Bagus, aku tahu itu hanya alasan Ikbal untuk sering bertemu dengan Elsa.” sahut Rama sambil menghela nafasnya.“Aku rasa tentang permintaanmu kemarin untuk selalu ada yang mendampingi Elsa dalam setiap pe
Elsa di ajak Adit untuk bertemu di sebuah cafe setelah pulang bekerja. Sebenarnya Elsa sedang malas untuk pergi ke mana-mana setelah pulang bekerja, apalagi sejak kejadian siang tadi. Ditambah sikap Rama yang membuatnya kecewa karena tidak suka Elsa ingin mengenal keluarga pria itu. Ketika memasuki cafe Elsa melihat Adit sedang duduk bersama seseorang yang duduk membelakangi Elsa. “Kak Elsa,” Adit melambaikan tangannya dan Elsa segera menghampiri Adit. “Sorry Dit, Kak Elsa telat ya?” sapa Elsa. “Ngak juga kok kak, kita juga baru sampai tadi macet banget,” sahut Adit. “Oh ya Kak, kenalkan ini teman Adit,” kata Adit memperkenalkan pria yang duduk bersamanya. Ketika pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Elsa, pria itu menatap Elsa dengan terkejut. “Elsa,” Pria itu kemudian sadar dari rasa terkejutnya, membalas uluran tangan gadis itu. “Lukman.” Lukman tersenyum dan menggenggam tangan Elsa dengan pelan, “Cantik.” Terdengar gumaman pelan dari Lukman. “
Cafe itu masih sunyi hanya terlihat beberapa orang saja yang duduk santai, seorang wanita cantik terlihat tegang saat Bicara dengan pria yang ada di hadapannya. “Aku ingin kau menyelidiki seseorang untukku,” kata wanita itu sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “Pria atau wanita?” tanya pria yang ada di hadapan wanita itu. “Ini dia,” wanita itu memberikan selembar foto pada pria itu. Pria itu mengambilnya dan melihat foto itu, “Cantik.” “Tak perlu memujinya, aku hanya perlu kau segera menyelidikinya dan beritahu aku secepatnya tentang wanita ini.” “Aku ingin minta data lengkap tentang wanita ini kata pria itu.” “Ini semua data yang aku punya tentang dia,” wanita itu kembali menyerahkan secarik kertas. Pria itu menganggukkan kepalanya, “ Baiklah aku akan segera menyelidiki wanita ini.” “Bagus aku tunggu kabarmu. Paling tidak kau harus dapat usahkan secepatnya,” kata wanita itu kemudian berdiri dan pergi meninggalkan pria itu. Setelah berjalan keluar dari ca
Hari ini Elsa mengajak Keluarganya untuk pergi makan malam di restoran mewah untuk merayakan pertama kali dia menerima gaji. Elsa dan Frans pergi lebih dulu sementara Adit dan orang tuanya masih dalam perjalanan, gadis itu sudah memesan meja untuk mereka berlima. Saat tiba di pintu restoran Frans yang sedang menunggu Elsa memarkirkan mobilnya tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya. “Hai Frans Apa kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu ya?” sapa temannya. “Iya sudah lama sekali kita tidak bertemu Hendrik,” kemudian Frans dan Hendrik saling berpelukan. “Kamu sendirian ya Frans?” tanya Hendrik. “Oh tidak saya bersama dengan putri saya.” Tidak lama Elsa muncul, “Ini kenalkan Elsa, putriku.”Elsa mengulurkan tangannya dan mencium tangan Hendrik, “Salam kenal Om, nama saya Elsa.” Hendrik memperhatikan wajah gadis itu, “Wah anak kamu cantik juga ya Frans, sudah nikah belum?” Elsa tersenyum mendengar pertanyaan dari Hendrik, “Belum Om.” “Wah kalau begitu Kamu mau kan
Pria dengan tubuh besar seperti beruang, berjaket kulit lusuh berkali kali menarik napas berat. Dia melihat pada wanita tua bertubuh mungil yang ada di hadapannya, yang terlihat sedang membaca kertas yang ada ditangannya. Mungkin orang akan merasa segan dengan pria ini, tapi wanita di depannya ini justru disegani olehnya. “Apa saya boleh pergi sekarang dokter?” suara berat pria itu terdengar memecah kesunyian diantara mereka berdua. “Saya rasa Anda sudah puas dengan semua informasi yang saya berikan,” pria itu terdengar tak sabar, karena tak ada sahutan dari wanita yang di panggilnya dokter.“Tentu saja saya puas,” sahut wanita itu sambil melepaskan kacamatanya. “Kenapa Anda tak meminta yang lain saja yang melakukan penyelidikan untuk gadis itu?” “Tidak, aku tidak ingin yang lain melakukan itu karena aku tahu kau adalah yang terbaik juga tercepat dalam mencari informasi tentang ini,” wanita itu melambaikan kertas itu di hadapannya. “Tanpa saya pun Anda bisa melakukan it
Setelah kejadian dikantor Rama, Ikbal kembali ke kantornya tapi sampai di sana Ivy sudah menunggunya. Ivy melihat wajah Ikbal yang terlihat bengkak di bagian bibirnya langsung mendekati suaminya itu.“Ada apa dengan wajahmu Mas?” tanya Ivy yang berusaha memegang wajah Ikbal.Tapi Ikbal menepis tangan Ivy dan langsung duduk di kursi kerjanya.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ikbal.“Aku hanya mampir karena kebetulan lewat saja,” sahut Ivy.“Aku banyak pekerjaan, kamu pulang saja sana,” usir Ikbal terlihat acuh dan mulai memeriksa berkas yang ada di mejanya.Ivy memandang Ikbal dengan kecewa, bukan sambutan seperti ini yang ia harapkan saat datang mengunjungi suaminya dikantor siang ini.“Ada apa dengan wajahmu mas?” sekali lagi Ivy bertanya karena penasaran.“Dipukul Mas Rama,” kata Ikbal. “Kenapa dia memukulmu?” Ivy terkejut mendengar perkataan Ikbal tadi.“Urusan pribadi dan kamu ngak perlu tahu,” kata Ikbal tidak peduli dengan raut wajah kecewa Ivy.“Kenapa Mas R
Alfa dan Steven terus memandang Elsa dengan intens, mereka tak beranjak dari kursi yang ada di hadapan meja kerja gadis itu.“Jadi kemarin itu kenapa Sa?” Alfa mengedipkan sebelah matanya, “Kamu bertengkar sama cowok cakep kemarin karena dilarang dekat ya sama Pak Rama ?”“Pasti si bujang lapuk itu cemburu buta karena cewek cakep yang dia taksir banyak yang dekati?”Elsa hanya diam tak menggubris semua pertanyaan Alfa, dia memandang sekilas pada dua orang pria itu.Sementara Steven hanya jadi pendengar sahabatnya itu.“Aku yakin Sa, kalau tua bangka itu bakal bikin kamu ngak bisa dekat sama cowok lain, secara dia itu lagi usaha buat cari calon bini biar bisa mengakhiri status jomblo abadinya,” Alfa terlihat bersemangat untuk terus bicara, Steven hanya menggunakan kepalanya.“Mas Alfa ini sok tahu,” sahut Elsa.“Ya tahulah, dia itu memang lagi gencar-gencarnya usaha cari istri pasti malu sama umurnya yang sudah bangkotan,” sahut Alfa pasti.“Kamu tahu dari mana Fa?” tanya Stev