Elsa, 28 tahun seorang gadis muda yang berprofesi sebagai arsitek, dia bekerja pada perusahaan konstruksi dan konsultan bangunan. Pemilik perusahaan tempat Elsa bekerja adalah milik Rama yang bekerja sama dengan temannya. Rama, 39 tahun adalah wakil CEO sekaligus sebagai arsitek dan dosen untuk beberapa universitas Nasional. Elsa tinggal dan dibesarkan bersama Ayah angkatnya Frans, sahabat baik kedua orang tuanya. Elsa mengenal Rama karena pria itu adalah kakak sepupu dari mantan kekasihnya Ikbal yang mengkhianati nya karena menikah dengan sahabat baiknya. Rama banyak membantu Elsa dalam menghadapi semua masalah terutama saat-saat gadis itu disakiti oleh Ikbal. Apalagi kemudian Elsa juga bekerja pada Rama dan menjadi bawahan dari pria itu. Sebagai pria lajang yang berumur lebih dari cukup Rama di desak untuk segera menikah oleh ibunya, mantan dokter forensik yang pernah bekerja di kepolisian. Dokter Tri berusaha mencarikan dan mengenalkan banyak wanita pada putranya, tapi Rama selalu menghindar dari semua usaha Ibunya itu. Tapi dokter Tri tidak putus asa, apalagi saat tak sengaja dia mengenal Elsa yang kemudian menargetkan gadis itu akan jadi jodoh putranya. Tapi masa lalu Elsa membuat gadis itu tidak hanya dalam masalah juga bahaya yang mengancam jiwa dan keselamatan gadis itu. Ditambah upaya pembunuh dan juga penculikan terhadap Elsa karena menyangkut masa lalu yang tersembunyi mengenai pembunuhan ibunya. “Enak saja, mau bikin celaka calon menantu saya!” “Apa mereka tidak tahu, kalau aku ini selain dokter forensik juga mantan polisi!” “Elsa bakal menikah dengan Rama, dan itu harus terjadi!” Siapa yang berani melawan tekad yang nekat dari dokter Tri, tentu saja selain putranya yang pendiam dan selalu bersikap kaku.
View More14 tahun sebelumnya.....
Dokter itu terus memandangi wanita cantik yang terlihat sangat murung dan sedih sesekali wanita itu mengusap air matanya dan juga mengusap perutnya yang terlihat menonjol karena hamil."Nyonya, maaf apa Anda yakin tidak akan melakukan autopsi lebih lanjut?" tanya dokter itu."Tidak dok, saya yakin kalau kakak perempuan saya ini pasti mati karena bunuh diri," kata wanita itu terlihat sedih."Tapi Bu, ada kemungkinan.." dokter itu ingin melanjutkan kata-katanya."Tidak dok, saya kenal sekali dengan kakak saya ini pasti memang sudah keinginannya," kata wanita itu sesenggukan, "Saya juga sudah ikhlas."Akhirnya dokter itu menyerah dan memberikan sejumlah kertas pada wanita itu."Kalau begitu tolong tanda tangan di sini, persetujuan kalau keluarga memang menolak untuk melakukan autopsi lanjut," kata dokter itu dan wanita itu kemudian segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang di berikan kepadanya.#kasus ditutup#Wanita hamil itu berjalan keluar dari ruang autopsi dan berpapasan dengan seorang wanita berusia paruh baya yang terlihat dengan tergesa- gesa berjalan di lorong rumah sakit, menuju ruang autopsi.Wanita paruh baya melihat sekilas wanita hamil itu dan dia seperti mengenal wanita hamil itu, dia ingin menyapanya ketika melihat seorang dokter pria keluar dari ruangan itu juga."Malam dokter Tri, baru pulang dari tempat pembunuhan yang di dipinggir hutan itu ya?" sapa dokter pria itu dan dokter Tri menganggukkan kepalanya."Malam juga dokter Banu, iya benar Mayat wanita yang sudah beberapa hari mati," sapa wanita paruh baya itu yang dipanggil dokter Tri."Wanita tua atau muda, dok?" tanya dokter Banu lagi."kalau dilihat fisiknya tadi kurang lebih 30 tahun," jawab dokter Tri."Begitu ya," kata dokter Banu."Saya dengar juga ada mayat wanita yang ditemukan di sungai ya?" tanya dokter Tri balik."Iya dok, tapi sudah selesai tadi karena pihak keluarga tidak mau melanjutkan kasusnya dan untuk autopsi berikutnya," kata dokter Banu."Keluarganya wanita hamil yang tadi itu?" tanya dokter Tri dan dokter Banu hanya menganggukkan kepalanya."Kenapa tidak mau, kalau wanita itu korban pembunuhan bagaimana?" tanya dokter Tri."Kurang tahu dok, padahal ada kemungkinan itu memang kasus pembunuhan karena ada luka memar di kepala dan sepertinya dia sengaja ditenggelamkan," kata dokter Banu menerangkan."Kok begitu, harusnya dokter Banu bisa meyakinkan keluarganya untuk penyelidikan lebih lanjut," kata dokter Tri."Sudah dok, tapi keluarga nya bersikeras tak ingin melakukan itu, saya bisa apa? Saya ngak suka memaksa seperti dokter Tri," kata dokter Banu dengan nada menyindir.Dokter Tri hanya bisa mendengus mendengar sindiran itu."Sudah tugas kita itu dokter Banu, apa gunanya kita bekerja di kepolisian kalau tak mampu membantu masyarakat yang dalam masalah juga kesusahan?" kata dokter panjang lebar"Seharusnya dokter Banu itu...," belum selesai dokter Tri bicara terdengar suara di belakangnya."Ibu," seorang pria muda dengan tubuh tinggi dan tambun serta dengan wajah penuh jambang berkacamata memanggil dokter Tri." Kayaknya sudah dijemput sama anaknya dokter Tri," kata dokter Banu menunjuk pada pemuda yang berdiri di belakang dokter Tri.Dokter Tri berpaling dan memandang terkejut pada putranya."Astaga kok kamu kelihatan kucel dan butek amat! Kamu itu kuli apa pengawas bangunan sih?" kata dokter Tri melihat pada penampilan anaknya yang terlihat kotor penuh dengan debu dan juga sisa cat di bajunya." Pengawas Bu," sahut anaknya dengan wajah terlihat lelah juga mengantuk." Terus..?" kata dokter Tri merentangkan kedua tangannya melihat penampilan putranya, "Kamu lebih terlihat seperti buruh bangunan dari pada pengawas apalagi arsitek," kata ibunya terdengar seperti mengeluh."Selamat malam Om Banu," sapa pemuda itu pada rekan kerja ibunya, tidak menjawab pertanyaan ibunya."Selamat malam juga nak Rama, habis kerja keras juga nih? Balas dokter Banu menyapa."Iya Om, maklum owner-nya ingin Bangunannya cepat selesai, dan segera di tempati" jawab Rama."Itu bagus Rama, anak muda harus seperti itu bekerja keras buat masa depannya nanti," kata dokter Banu.Sementara dokter Tri hanya menjadi pendengar setia pembicaraan antara Rama dan dokter Banu, walaupun dia terlihat jengkel."Ya ampun Rama, kamu itu ditanya kok ngak jawab sih?" dokter Tri menyela dan terlihat kesal karena Rama mengabaikan pertanyaan."Ayo pulang Bu, aku capek banget," kata Rama Sambil melambaikan tangan pada dokter Banu, berbalik dan berjalan lebih dulu.Dokter Tri berjalan menyusul dan berjalan menyejajarkan langkah dengan putranya itu"Makanya, cepat cari istri biar ada yang urus kamu habis pulang kerja dan kalau lagi capek," kata dokter Tri dan anaknya terus diam sambil terus membiarkan ibunya bicara tanpa henti."Ibu tunggu di sini, aku ambil mobil dulu," kata Rama berjalan ke tempat parkir mobil.Dokter Tri menunggu Rama, dan dia melihat wanita hamil yang tadi keluar dari ruang autopsi dokter Banu yang sedang bicara dengan seorang pria dan terlihat wajah wanita itu marah.Sebuah mobil berhenti tepat di depan dokter Tri."Ayo Bu, naik," kata Rama, dokter Tri masih mengamati wanita hamil itu dengan penuh pertanyaan yang ada dalam kepalanya."Ayo Bu, cepat!" Rama terdengar tak sabar.Sebenarnya dia punya rasa penasaran yang tinggi tapi ketika putranya memanggil sekali lagi dia pun menghampirinya dan masuk ke dalam mobil sambil terus mengamati wanita hamil itu.Sementara wanita hamil itu bicara dengan emosi, pria yang ada di hadapannya Cuma bisa menunduk takut."Dasar bodoh hampir saja kita ketahuan, kau mau kita di penjara akibat kecerobohanmu itu?! Maki wanita itu."Maaf nyonya, saya kurang hati-hati," kata pria itu pelan."Untung dokter itu percaya, kalau tidak kamulah yang akan menanggung semua akibatnya!" ancam wanita itu, yang membuat pria itu terlihat semakin ketakutan."Sekarang juga antar mayat wanita Sialan itu ke alamat ini, dan ingat jangan mengatakan apa pun pada mereka kau mengerti," kata wanita hamil itu sambil menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat."Baik nyonya," sahut pria itu."Ingat, jangan sampai kau mengatakan apa pun, dan usahakan untuk tidak menimbulkan kecurigaan dan juga jejak," kata wanita itu, pria itu hanya bisa terus mengangguk."Iya nyonya," sahut pria itu lagi.Wanita hamil itupun memasuki mobil yang ada disampingnya, dan kemudian dia terlihat menarik napas dalam-dalam.Mobil berjalan dengan kencang dalam kegelapan terdengar tawa yang senang dari wanita itu."Malang sekali nasibmu Ratih, ternyata kau tidak hanya kehilangan suamimu tapi sekarang kau juga harus kehilangan nyawamu," wanita itu terlihat tersenyum senang."Ha ... ha ....!!"Sekarang akulah pemenang permainan ini, kuharap kau tenang di dalam neraka yang aku ciptakan untukmu disana dasar wanita bodoh!""BRUK ...BRUK ....!!! mobil yang dikendarai wanita itu tiba-tiba oleng dan mulai keluar pembatas jalan menabrak sesuatu yang keras.“Kita jalan-jalan yuk,” ajak Rama pada Elsa. “Mau jalan ke mana?” tanya Elsa. “Ngak tahu,” jawab Rama. “Ya sudah, kita pergi sekarang nanti kalau sudah di jalan baru kita putuskan mau ke mana,” ucap Elsa, “Abang tunggu di sini Elsa ganti baju dulu.” Elsa sangat senang akhirnya setelah berminggu-minggu tidak pergi ke mana pun, dia bisa menikmati untuk bisa pergi keluar. Rama mengajaknya pergi ke sebuah pameran yang ada di kota ini. “Kita jalan-jalan di sini,” ajak Rama sambil mengulurkan tangannya. Elsa menerima uluran tangan Rama dan pria itu menautkan jari-jari mereka seperti sepasang kekasih. Stand kuliner adalah yang banyak mereka datangi, apalagi Elsa sudah lama tidak memakan beberapa jajanan yang dia suka. “Coba ini Bang,” Elsa mengulurkan sendok yang berisi potongan kue ke dekat mulut Rama. Pria itu sedikit ragu untuk menerimanya, tapi akhirnya dia membuka mulut dan menerima suapan dari Elsa. Setelahnya Elsa pun menyuapkan potongan kue lain ke mulutnya dengan memakai
Rama melambaikan tangan ketika sudah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Bapaknya.“Kok kamu ngak bilang kalau mau pulang hari ini Ram?” tanya Ibu Tri melihat pada Rama yang duduk di kursi belakang.“Rencana sih dua hari lagi Bu, tapi begitu kerjanya selesai hari ini Rama langsung ke pikiran langsung mau pulang,” sahut Rama menjelaskan.“Mungkin feeling sama situasi di sini ya Ram?” tanya Ibu Tri lagi.“Ya,” sahut Rama singkat.“Untung tadi Elsa ngak marah, kamu itu hampir bikin ibu kehilangan calon mantu kesayangan,” sungut ibunya.“Ya kalau ngak Elsa ngak jadi, kan masih ada calon satunya,” ucap Bapaknya.“Calon yang mana maksud Bapak?” tanya Ibu Tri.“Itu cewek yang foto bareng Rama,” sahut Bapak Rama.“CK, cewek yang suka pakai baju seksi itu?” sahut Ibu Tri.Bapak Rama menganggukkan kepalanya,” Iya.”“Ngak mau, cewek ngak sopan begitu ngak pantes jadi calon mantuku,” sahut Ibu Tri ketus.“Ram, Ibu mau tanya...” perkataan Ibu Tri terhenti saat melihat Rama y
Rama berkali-kali melirik bergantian, pada Elsa yang duduk tak jauh darinya dan pada enam pasang mata yang ada di belakangnya.Rama tak berhenti mengusap wajah juga lehernya.Rasa kebas masih terasa di kaki juga badannya karena pekerjaan dan penerbangan yang dia lakukan dalam satu hari ini.Sementara Elsa yang duduk cukup jauh dari Rama hanya melirik pria itu dari sudut matanya sambil menundukkan wajah dengan jari yang terpilin di pangkuan.“kamu sudah sehat Sa?” Rama membuka pembicaraan.Elsa hanya menganggukkan kepalanya masih dengan menunduk.“Maaf tadi Abang ngak bermaksud...” ucapan Rama terhenti karena batuk yang coba di tahannya.Rama mengeluarkan sapu tangan dari arah kantong celananya.Elsa mengangkat wajahnya dan melihat kalau sapu tangan itu terlihat agak kotor.Gadis itu baru menyadari saat melihat wajah Rama secara dekat seperti ini.Wajahnya sangat terlihat kusam, lelah dan juga lingkar yang jelas tanda hitam di sekitar matanya.“Mau ke mana Sa?” tanya Rama s
Kemarahan Sumi dan juga Ibu Tri kepada Lukman juga Ikbal gara-gara membuat Elsa pingsan, membuat kedua pria itu diusir dan dilarang untuk datang.Elsa segera di bawa ke rumah sakit, takut sesuatu yang buruk terjadi karena gadis itu cukup lama pingsan.“Mas Ikbal lebih dulu yang memukul,” ucap Elsa lirih dengan wajah sedikit bengkak, saat dia sudah sadar.“Tapi tetap saja seharusnya mereka tidak berkelahi di dekatmu, keterlaluan!” omel Sumi, “Tuh Mba ajari keponakannya, kok bikin rusuh di rumah orang!”“Ck, tenang saja nanti Mbak bakal marahin dia nanti,” sahut Ibu Tri sambil mengambil telepon genggamnya dan tidak lama terdengar omelan panjang lebar darinya.“Bu, Elsa mau pulang saja ngak usah nginap di sini,” ujar Elsa pada Sumi.“Tapi Sa..”“Elsa takut tinggal di rumah sakit lagi,” sela Elsa.“Tunggu Daddymu dan Ayah datang ya, baru kita pulang,” sahut Sumi yang mengerti ketakutan Elsa.“Abang susah banget sih di hubungi,” Adit masuk dengan bersungut.“Mungkin Abang masih s
Ibu Tri merenggut saat mendengar tuduhan Sumi pada Rama. “Jangan asal bicara ya, cah gantengku itu tidak mungkin selingkuh,” bantah Ibu Tri sambil menatap Sumi tajam. “Lho Mbak ngak percaya, coba Adit mana foto Rama sama cewek seksi kemarin,” Sumi mengulurkan tangannya meminta agar Adit memberikan hape miliknya. Adit hanya mengaruk kepalanya, ini kalau sudah berurusan dengan Ibu-ibu yang suka ikut campur urusan anaknya. “Mana!” Sumi terlihat tak sabar. “Iya sebentar Bu,” ucap Adit sambil mengeluarkan hapenya dan memberikan pada ibunya. “Nah ini buktinya,” ujar Sumi sambil memperlihatkan hape adit pada Ibu Tri. Segera Ibu Tri melihat pada gambar yang ada di sana dan langsung mencebikan bibirnya. “Hanya gambar seperti itu tidak membuktikan kalau cah gantengku pacaran sama perempuan itu,” cibir Ibu Tri. “Lho ini kan jelas kalau Rama di sana sama perempuan lain, mereka pacaran,” tegas Sumi tak mau kalah. “Sumi coba perhatikan baik-baik,” Ibu Tri menunjuk gambar pada gawai itu, “
Elsa merenung, untuk apa dia begitu marah pada Rama tadi sampai harus menangis dan mengatakan pria itu jahat dan pembohong, sangat kekanak-kanakan.“Huf, Abang pasti marah sama aku,” pikir Elsa, “Aku marah-marah ngak jelas seperti tadi.”Dia memandang telepon genggamnya, melihat beberapa notifikasi pesan masuk.(“Sa, Abang minta maaf kalau ada salah sama kamu ya.”)(“Abang sibuk banget sampai sering lupa menghubungi kamu.”)(“Abang usahakan untuk segera menyelesaikan semua kerjaan di sini, biar bisa cepat pulang.”) (“Jangan marah ya Sa, Abang mohon sekali lagi minta maaf🙏🙏 kalau memang Abang ada salah.”)Elsa membaca pesan itu, sungguh hati gadis itu menjadi tidak nyaman dengan pesan yang di kirim Rama padanya.Permohonan maaf dari Rama untuk kesalahan yang sebenarnya tidak di lakukan pria itu.Padahal sah-sah saja kalau Rama berselfi atau swafoto dengan orang lain sekalipun itu dengan perempuan cantik seksi menggoda seperti Nindya.Untuk apa marah? Hak apa marah? Elsa
Baiklah! Baiklah! obrolan berlangsung panas, apalagi kalau para pria membicarakan soal wanita seksi.“Ck...ck...” terdengar decak kagum dari mulut Adit dan membuat Elsa kesal melihatnya.Adit yang baru datang ikut bergabung dengan Elsa, Alfa juga Steven.“Bodinya memang seksi abis,” Adit terus memandangi gambar dari ponsel Alfa, “Aku mau follow dia.”“Wuih, yang follow dia banyak sampai satu juta lebih,” Steven ikut membuka tautan media sosial.“Dia sudah follow back aku!” Adit terlihat kegirangan karena begitu cepat mendapat tanggapan.“Sama Dit!” seru Steven dan kembali tos para pria di lakukan.“Kerja di mana di Mas?” tanya Adit.“Oh itu, perusahaan besar,” sahut Alfa menyebutkan nama perusahaan itu.“Dia ini termasuk orang kepercayaan Pak Bram, waktu aku ikut rapat dengan bos waktu itu,” lanjut Alfa bercerita sambil mengunyah makanan.“Orangnya memegang asli cantik dan bodinya, beuh,” Alfa terus berceloteh mengacungkan dua jempol jarinya, “Semolohoy.”Tangan Alfa memben
Bunyi mesin EKG terdengar pelan, pria tua yang berbaring itu terlihat seperti tidur dengan tenang.Mesin bantu pernapasan terpasang dengan beberapa selang yang menempel di tubuhnya.“Bagaimana keadaan tuan Haris?” pria dengan berjas hitam itu memperhatikan Haris yang berbaring tanpa daya.“Kondisinya masih kritis, tapi sepertinya dia berusaha untuk bertahan,” ujar pria dengan menggunakan baju OK putih.“Aku rasa tuan Haris punya alasan untuk bertahan.”“Apa Anda tak menghubungi keluarganya, siapa tahu...”“Tidak, karena justru itu akan membuat nyawa tuan Haris dalam bahaya lagi.”“Tapi...”“Dia sudah memberi amanat, kecuali kalau dia sudah mati baru dia ingin ada keluarga yang berada di sampingnya.” “Itu aneh.”“Ya, tuan Haris memang aneh.”“Tapi saya akui, dia pria tua yang kuat walaupun nyaris saja suntikan itu mengenai jantung dan pembuluh darahnya.”“Itu benar.”“Apakah rekaman cctv yang saya berikan sudah ada titik terangnya?”“Belum, karena sepertinya orang ini p
Cafe itu masih sunyi, hanya beberapa pengunjung yang terlihat. Dua orang saling duduk berhadapan di pojok ruangan, sambil sesekali memperhatikan orang yang keluar masuk di cafe itu dan terlihat sedang terlibat pembicaraan serius. “Sebaiknya kau hentikan dulu rencanamu itu.” “Apa hentikan?” “Ya hentikan saja.” “Kau pikir aku akan hidup tenang selama keturunan Ratih masih hidup?” Terdengar helaan nafas panjang, “Kau bisa menundanya dulu.” “Aku sudah menyusun semuanya dan dalam waktu kami akan menjalankannya.” “Jangan sekarang, apa kau tahu polisi sudah melakukan penyelidikan dan beberapa orang sudah di curiga.” “Mungkin saja beberapa orang itu tidak termasuk aku.” “Jangan terlalu percaya diri, mungkin sekarang kau tidak termasuk yang di curiga tapi tidak mungkin semakin lama arahnya akan ke sana.” “Ha...ha...ha..! “Apa yang membuatmu tertawa? Apa kau pikir semua ini lucu?” terdengar nada tersinggung dari lawan bicaranya. “Lucu, sangat lucu.” “Bagian mana yang kau anggap lu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments