Kemarahan Sumi dan juga Ibu Tri kepada Lukman juga Ikbal gara-gara membuat Elsa pingsan, membuat kedua pria itu diusir dan dilarang untuk datang.Elsa segera di bawa ke rumah sakit, takut sesuatu yang buruk terjadi karena gadis itu cukup lama pingsan.“Mas Ikbal lebih dulu yang memukul,” ucap Elsa lirih dengan wajah sedikit bengkak, saat dia sudah sadar.“Tapi tetap saja seharusnya mereka tidak berkelahi di dekatmu, keterlaluan!” omel Sumi, “Tuh Mba ajari keponakannya, kok bikin rusuh di rumah orang!”“Ck, tenang saja nanti Mbak bakal marahin dia nanti,” sahut Ibu Tri sambil mengambil telepon genggamnya dan tidak lama terdengar omelan panjang lebar darinya.“Bu, Elsa mau pulang saja ngak usah nginap di sini,” ujar Elsa pada Sumi.“Tapi Sa..”“Elsa takut tinggal di rumah sakit lagi,” sela Elsa.“Tunggu Daddymu dan Ayah datang ya, baru kita pulang,” sahut Sumi yang mengerti ketakutan Elsa.“Abang susah banget sih di hubungi,” Adit masuk dengan bersungut.“Mungkin Abang masih s
Rama berkali-kali melirik bergantian, pada Elsa yang duduk tak jauh darinya dan pada enam pasang mata yang ada di belakangnya.Rama tak berhenti mengusap wajah juga lehernya.Rasa kebas masih terasa di kaki juga badannya karena pekerjaan dan penerbangan yang dia lakukan dalam satu hari ini.Sementara Elsa yang duduk cukup jauh dari Rama hanya melirik pria itu dari sudut matanya sambil menundukkan wajah dengan jari yang terpilin di pangkuan.“kamu sudah sehat Sa?” Rama membuka pembicaraan.Elsa hanya menganggukkan kepalanya masih dengan menunduk.“Maaf tadi Abang ngak bermaksud...” ucapan Rama terhenti karena batuk yang coba di tahannya.Rama mengeluarkan sapu tangan dari arah kantong celananya.Elsa mengangkat wajahnya dan melihat kalau sapu tangan itu terlihat agak kotor.Gadis itu baru menyadari saat melihat wajah Rama secara dekat seperti ini.Wajahnya sangat terlihat kusam, lelah dan juga lingkar yang jelas tanda hitam di sekitar matanya.“Mau ke mana Sa?” tanya Rama s
Rama melambaikan tangan ketika sudah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Bapaknya.“Kok kamu ngak bilang kalau mau pulang hari ini Ram?” tanya Ibu Tri melihat pada Rama yang duduk di kursi belakang.“Rencana sih dua hari lagi Bu, tapi begitu kerjanya selesai hari ini Rama langsung ke pikiran langsung mau pulang,” sahut Rama menjelaskan.“Mungkin feeling sama situasi di sini ya Ram?” tanya Ibu Tri lagi.“Ya,” sahut Rama singkat.“Untung tadi Elsa ngak marah, kamu itu hampir bikin ibu kehilangan calon mantu kesayangan,” sungut ibunya.“Ya kalau ngak Elsa ngak jadi, kan masih ada calon satunya,” ucap Bapaknya.“Calon yang mana maksud Bapak?” tanya Ibu Tri.“Itu cewek yang foto bareng Rama,” sahut Bapak Rama.“CK, cewek yang suka pakai baju seksi itu?” sahut Ibu Tri.Bapak Rama menganggukkan kepalanya,” Iya.”“Ngak mau, cewek ngak sopan begitu ngak pantes jadi calon mantuku,” sahut Ibu Tri ketus.“Ram, Ibu mau tanya...” perkataan Ibu Tri terhenti saat melihat Rama y
“Kita jalan-jalan yuk,” ajak Rama pada Elsa. “Mau jalan ke mana?” tanya Elsa. “Ngak tahu,” jawab Rama. “Ya sudah, kita pergi sekarang nanti kalau sudah di jalan baru kita putuskan mau ke mana,” ucap Elsa, “Abang tunggu di sini Elsa ganti baju dulu.” Elsa sangat senang akhirnya setelah berminggu-minggu tidak pergi ke mana pun, dia bisa menikmati untuk bisa pergi keluar. Rama mengajaknya pergi ke sebuah pameran yang ada di kota ini. “Kita jalan-jalan di sini,” ajak Rama sambil mengulurkan tangannya. Elsa menerima uluran tangan Rama dan pria itu menautkan jari-jari mereka seperti sepasang kekasih. Stand kuliner adalah yang banyak mereka datangi, apalagi Elsa sudah lama tidak memakan beberapa jajanan yang dia suka. “Coba ini Bang,” Elsa mengulurkan sendok yang berisi potongan kue ke dekat mulut Rama. Pria itu sedikit ragu untuk menerimanya, tapi akhirnya dia membuka mulut dan menerima suapan dari Elsa. Setelahnya Elsa pun menyuapkan potongan kue lain ke mulutnya dengan memakai
14 tahun sebelumnya.....Dokter itu terus memandangi wanita cantik yang terlihat sangat murung dan sedih sesekali wanita itu mengusap air matanya dan juga mengusap perutnya yang terlihat menonjol karena hamil."Nyonya, maaf apa Anda yakin tidak akan melakukan autopsi lebih lanjut?" tanya dokter itu."Tidak dok, saya yakin kalau kakak perempuan saya ini pasti mati karena bunuh diri," kata wanita itu terlihat sedih."Tapi Bu, ada kemungkinan.." dokter itu ingin melanjutkan kata-katanya."Tidak dok, saya kenal sekali dengan kakak saya ini pasti memang sudah keinginannya," kata wanita itu sesenggukan, "Saya juga sudah ikhlas."Akhirnya dokter itu menyerah dan memberikan sejumlah kertas pada wanita itu."Kalau begitu tolong tanda tangan di sini, persetujuan kalau keluarga memang menolak untuk melakukan autopsi lanjut," kata dokter itu dan wanita itu kemudian segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang di berikan kepadanya.#kasus ditutup#Wanita hamil itu berjalan keluar dari ruang
"Ting..!""Ting..!"Ting..!Beberapa notifikasi muncul di layar handphone yang terletak di sebelah tumpukan kertas gambar yang bergulung-gulung.Pria berkacamata yang terlihat serius dengan pekerjaannya langsung mengambil gawai itu dan membuka satu persatu pesan yang masuk.Beberapa gambar wanita cantik dengan berbagai gaya muncul, beserta beberapa keterangan berupa tulisan singkat di bawah gambar.Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, karena dia tahu siapa pengirim pesan itu.Dan Dia langsung mengabaikan pesan itu, kembali bekerja dan mulai meneliti tumpukan kertas gambar yang ada dihadapannya.Tak lama gawai itu berbunyi, melihat nama pemanggilnya membuat pria itu menarik napas kasar.Seandainya saja panggilan ini bisa di abaikan akan dia lakukan.Kalau perlu dia blokir sekalian, karena ini akan benar-benar mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.Tapi pada akhirnya dia menekan tombol hijau dan menempelkan gawai itu ke telinga."Halo Ibu."[ "Ya ampun cah g
Suasana ruang makan terdengar cukup ramai, mereka asyik saling berbincang. "Kak Elsa rencananya berapa lama tinggal di Jakarta?" tanya Adit sambil menyuap makanan ke mulutnya. "Selamanya," jawab Elsa. Tiba-tiba semua yang mendengar itu berhenti makan dan bicara. Elsa melihat ke semua orang yang ada di meja makan itu. "Yang serius Kak Elsa?" tanya Adit. "Serius Dek," kata Elsa. "Terus kerjaan kamu di Jerman bagaimana?" tanya Sumi. "Aku sudah resign, Bu," jawab Elsa. "Kamu ngak bercandakan Elsa?" tanya Frans sambil memandang Putrinya dengan penasaran. "Ngak Daddy, serius," kata Elsa dengan mengangkat dua jari membentuk huruf v. "Kamu punya masalah di sana, Sa?' tanya Bandi. Elsa menggelengkan kepalanya, "Ngak Yah, Elsa ngak punya masalah apa pun di sana." "Lalu kenapa?" tanya ibu Sumi penasaran. "Jangan bilang ada cowok berengsek seperti si iblis itu di sana?" Adit terdengar geram. Elsa sekali lagi mengelengkan kepalanya dan tersenyum. "Ngak ada Dek, Cuma Kak Elsa hanya i
Rama mengetuk-ngetuk meja restoran tempat dia duduk menunggu dengan tidak sabar, beberapa kali dia melihat pada HP-nya.Lebih dari 40 menit dia menunggu, tapi wanita yang dikatakan Ibunya akan datang belum juga kelihatan.Dia juga sudah menghabiskan dua cangkir kopi, sambil sesekali melihat pada gawainya untuk melihat beberapa pesan masuk.[ Cewek itu pakai baju biru, kulitnya putih badannya tinggi ][ Ibu sengaja ngak kirim fotonya biar kamu penasaran, tapi dia sudah tahu siapa kamu ][ Sudah Ibu kasih lihat foto kamu sama dia, cewek itu pasti suka sama kamu Karena kamu itu kan anak Ibu yang paling ganteng 😘]Pesan Ibunya terlalu berlebihan menurut Rama, dan hasilnya dia menjadi kesal sendiri karena menunggu.Beberapa kali dia melihat ke arah pintu masuk di restoran berharap ada wanita muda berbaju biru masuk.Dia hampir putus asa karena menunggu dan bermaksud pergi meninggalkan restoran saat melihat pintu restoran itu terbuka.Seorang gadis cantik dengan pakaian mididress