Share

Apakah Dia Berubah

Penulis: anggikartika93
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-03 06:30:17

Untungnya hari ini hari Sabtu, karena kalau hari Sabtu dan Minggu kami libur. Lagi-lagi bang Ardan tidak tidur di rumah biarkan saja dia maunya apa. Aku sudah tidak peduli lagi. Hingga hari Minggu malam pun dia datang ke rumah, tapi kami berdua hanya diam saja. Buat apa bicara kalau hanya akhirnya bikin suasana tambah panas saja. 

"Dek, emmm ini ada uang lima ratus ribu dari mamah. Kata beliau ini buat bantuin bayar cicilan mobilku," ucap bang Ardan memulai pembicaraan. "Aku minta maaf ya tentang masalah beberapa hari lalu."

Aku yang mendengar sontak kaget. Ini orang kesambet apa, sampai rela meminta maaf padaku. Orang kayak bang Ardan kan masih menjunjung tinggi harga diri. Hedeh harga diri apaan? Wong nafkahin istri aja nggak pernah. Kalau nanti suatu saat aku sudah tidak tahan lagi dengan ulahnya yang tidak berubah itu. Jangan salahkan aku kalau nanti aku menggugatnya ke maja hijau. 

"Hmm gimana ya? Oke deh aku terima. Tapi abang harus berubah ya?" Kini aku berusaha memaafkan. Kalau masih mengulangi awas aja nanti kau Bang. Ups, kalau cuma masalah gini aja sih mungkin aku masih menimbang rasa. Tapi kalau pengkhianatan, tiada maaf bagimu. Akan kutarik fasilitas mobilmu itu. Tunggu tanggal mainnya. 

"Makasih ya dek," balas bang Ardan sambil memeluk dan mencium keningku. 

* * * 

Pagi hari, setelah kami sarapan. Kami bersiap-siap akan berangkat ke kantor. Tiba-tiba turun hujan, ya walaupun tidak terlalu deras. Tapi lumayan basah bila tidak pakai jas hujan. 

"Bang, antarin aku ya ke kantor. Kan hujannya lumayan deras ini," kataku meminta bang Ardan agar mengantarku ke kantor dengan mobilnya. Ya aku kan udah beberapa bulan ini nggak pernah merasakan jalan naik mobil. Punya mobil aku yang bayar, tapi aku tidak pernah diajaknya jalan-jalan. Bila hari libur alasannya mager lah, capek lah udah lima hari kerja. Eh malah mementingkan jalan-jalan dengan teman-temannya itu.

"Yah, gimana dong? Abang hampir telat nih. Mana ada rapat di kantor. Lagipula kantor kamu kan jauh. Bisa telat nanti abang menghadiri rapat. Kamu bisa kan pakai jas hujan. Untuk apa punya jas hujan kalau nggak pernah digunakan saat hari hujan gini. Percuma dong mahal-mahal beli. Kalau cuma untuk disimpan di jok motor," jelas bang Ardan panjang lebar. 

"Ih tega kamu bang. Masa cuma anterin aku aja ke kantor, kamu perhitungan gitu. Untuk apa juga aku beli'in kamu mobil kalau aku nggak menikmati." Aku sudah marah padanya yang terlampau perhitungan itu. 

"Udahlah dek, kamu ini pagi-pagi udah ngajak gelut. Bisa-bisa ambyar mood kerjaku." Bang Ardan langsung meninggalkanku tanpa rasa bersalah. Dia tak peduli denganku walau aku sudah memasang muka bete. 

Ya Tuhan, suami macam apa dia. Tega sekali dengan istrinya. Gimana nanti kalau kami punya anak. Mungkin dia akan lebih tidak peduli dengan anak-anak. Aku sudah pasrah dengan Tuhan mau memberi kami anak atau tidak. Itu hak prerogatif Tuhan. Walaupun kadang banyak yang nyinyir sana sini, pasalnya sudah dua tahun lebih kami menikah belum dikaruniai momongan. 

Akhirnya dengan membungkus baju dan sepatu kerjaku, aku pakai baju biasa dulu ke kantor. Kemudian aku pakai jas hujan. Sebenarnya aku bisa saja ke kantor memakai jasa taksi online. Tapi setelah dipikir-pikir sayang uangnya. Bisa untuk makan dua hari ke depan. Jadi aku ke kantor naik motorku dan pakai sendal jepit. 

Setelah setengah jam naik motor, tibalah aku di kantor. Aku menggigil kedinginan. Mita yang sudah sampai duluan di kantor iba melihatku. Aku langsung ke kamar mandi bertukar pakaian dan langsung ganti sepatu, untung bos belum datang. Tapi bosku orang yang baik dan pengertian. Hanya aku saja yang kurang enak bila aku datang lebih lambat dari bosku. 

"Key, kamu kenapa basah-basahan gini. Kan kemarin habis beli mobil. Kok si Ardan nggak nganterin kamu?" tanya Mita padaku terheran-heran. 

"Bang Ardan duluan ke kantor, katanya ada rapat penting," jawabku sekenanya. Aku malas menjawab pertanyaan Mita panjang lebar. Nanti jadinya malah merembet kemana-mana. 

"Tega amat sih jadi laki. Nggak kasian apa ama istrinya, udah hujan-hujanan, basah, dan kedinginan lagi. Dimana sih hati nuraninya. Kalau aku jadi kamu udah kubuang aja ke laut laki macam gitu, Key," sahut Mita dengan emosi. 

"Ya sabar dong Ta, aku juga pengen nendang dia. Tapi aku masih mengumpulkan bukti kuat. Aku kasihan juga pada ibuku, kalau beliau mendengar aku tiba-tiba cerai. Bisa serangan jantung nanti beliau. Pelan-pelan lah dulu Ta, aku mau mengikuti alur bang Ardan sampai dimana perlakuan dia padaku," kataku membela diri. Entahlah keberanian dari mana aku bisa berbicara seperti ini. 

"Kalau aku mah nggak bisa sabar-sabaran kayak kamu Key. Aku wanita yang pantang di hina."

"Iya Ta aku ngerti, tapi semua perlu waktu dan proses. Jangan gegabah, main nyosor aja."

Beberapa saat Mita terdiam dan memikirkan sesuatu. Entahlah apa yang dia pikirkan. 

"Gimana dengan jualan frozen food kamu Key? Apa sudah ada yang laku? Tapi bukan berarti aku menagih uang modal ya, aku hanya bertanya saja. Siapa tahu bisa memberimu semangat dan tips-tips berdagang," tanya Mita yang membuatku sulit menjawab. Kalau kujawab bisa-bisa emosinya makin tersulut lagi. 

"Emmm, baru dua atau tiga bungkus Ta yang laku, mungkin komplekku tidak seramai komplekmu. Atau aku sibuk dengan pekerjaan kantor jadi aku selama ini kurang promosi, hehe," jawabku sekenanya. Kalau kujawab jujur nanti Mita marah lagi. Aku akhirnya jadi bad mood mengerjakan tugas kantor. 

"Oh iya, nggak apa-apa Key. Namanya usaha perlu proses. Atau kamu juga nyambi jualan pulsa dan kuota internet seperti Soni. Jadi kamu tinggal mengantarkan ke toko kounter pulsa dan kuota internet yang memerlukan. Ya semacam distributor gitu."

Soni yang dimaksud adalah sesama rekan kantor kami seorang ASN juga tapi berbeda divisi denganku. Aku tidak terlalu akrab sih. Tapi sampai saat ini Soni belum menikah dan masih menjomblo. Kalau deket-deket dia jadi fitnah gimana? 

"T-Tapi kan Soni masih jomblo Ta. Entar kalo aku berbisnis dengan dia, apa nggak jadi fitnah?" tanyaku pada Mita ragu. 

"Ya ampun Key, masa cuma urusan bisnis jadi fitnah sih. Katanya mau nambah penghasilan dan melunasi utangmu? Udahlah tenang aja. Nanti aku temani kami deh berbicara dengan Soni."

"Iya deh."

Kok aku malah jadi deg-degan gini. Emang sih tampang Soni cakep dan orangnya juga baik. Tapi masa hari gini dia masih jomblo. Hmm, aku nggak percaya. Loh Keyla, gimana sih kamu malah mikirin cowok lain. Ingat kamu masih istri orang. Hihihi. Aku jadi terkikik geli. Apa salahnya toh membayangkan cowok lain, toh suami sendiri kurang bertanggung jawab padaku. 

* * * 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rita Maimunah
baik.. tp harus ada ketegasan dong
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
mrmuakkkan ceritanya yg bodoh selalu perempuan !!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Akhir Cerita

    Bu Arni memang tidak bisa berkata-kata lagi. Wanita paruh baya yang bertubuh subur ini tak bisa lagi membendung kepergian putra pertamanya itu. Hatinya terasa tercabik-cabik ketika melihat putranya memutuskan pergi bersama orang-orang yang dicintainya. "Sudahlah, Mi. Biarkan Soni pergi bersama istri dan anak-anaknya. Mereka adalah tanggung jawab Soni saat ini. Soni tidak bisa mementingkan kita lagi. Bukan tidak sayang kepada kita. Namun jelas saja dia takut berdosa kalau menelantarkan anak dan istrinya. Tolong jangan buat Soni memilih kita orangtuanya atau istrinya. Sungguh sampai mati pun pasti Soni tidak akan pernah bisa memilihnya. Semuanya ada porsinya masing-masing dan kini Soni sudah mempunyai prioritas," jelas Pak Sofyan memberi nasihat kepada istrinya dengan lembut. Dulu Pak Sofyan memang membela istrinya. Namun semenjak kepergian Keyla membawa serta anak-anaknya dan pengasuh anaknya, lelaki tua itu baru memahami masalah apa yang terjadi di antara anak, istri, dan menantunya

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Pindah rumah 2

    Kedua kuli angkut itu saling berpandangan, mereka tidak tau masalah apa yang terjadi antara Soni dan ibunya. Mereka hanya diam, tidak ada satupun yang berani menyahut. "Ngapain kalian mengangkat barang-barang anakku? Emangnya siapa yang menyuruh kalian?" hardik Bu Arni berang. Bu Arni benar-benar terkejut ketika di luar tadi ia melihat truk yang terparkir di depan rumahnya. Truk tersebut sudah hampir penuh dan tinggal barang yang besar saja lagi. Soni yang mendengar teriakan Maminya langsung turun dari lantai dua dan menemui Maminya. "Soni akan pindah dari rumah ini, Mi. Soni pengen hidup mandiri bersama istri dan anak-anak," jawab Soni dengan tegas. Bu Arni terkejut namun kemudian ia menatap sinis putranya. Wanita paruh baya itu yakin kalau sang menantu lah yang membujuk putranya untuk pindah dari rumahnya. Padahal ia berharap Soni bisa berpisah dari Keyla. Menurutnya sifat Keyla tidak seperti yang ia harapkan. Rencananya ia akan menjodohkan Soni dengan anak temannya. "Kan ruma

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Pindah rumah

    PoV AuthorSoni meminta Keyla untuk tinggal sementara di rumah Ibunya dulu sebelum ia menemukan rumah kontrakan untuk mereka berempat. Soni juga membicarakan hal ini kepada Ibu mertuanya. Bu Mona menyambut haru niat baik menantunya itu. "Alhamdulillah, kalau begitu. Ibu senang sekali mendengarnya, Son. Ibu akan dukung niat baik kamu," kata Bu Mona dengan mata berkaca-kaca. Keyla terharu mendengarkan ucapan Ibunya. Begitu juga dengan Soni. Pria itu meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kedua wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya itu. "Iya, Bu. Makasih banyak atas dukungannya. Soni meminta maaf kepada Keyla dan Ibu atas kesalahan Soni yang tidak tegas selama ini," jawab Soni dengan penuh penyesalan. "Iya, Nak. Kami sudah memaafkanmu. Yang penting jangan pernah diulangi lagi kesalahanmu. Ingat, sekarang kamu hidup dengan istri dan anak-anakmu. Bukan berarti Ibu menyuruh kamu melupakan kedua orangtuamu. Tetaplah berbuat baik kepada mereka, tetapi prioritaskan anak dan istri ka

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Menjemput Keyla 2

    PoV Soni Beberapa menit kami terdiam. Memang aku tau Bu Mona sulit menjawab pertanyaan dariku. Aku mengerti bukan berarti beliau menghalangiku bertemu dengan putri dan cucu-cucunya. Memang masalah yang kualami ini cukup pelik. Sehingga Bu Mona pun perlu waktu untuk berpikir. "Sebenarnya bukan ranah Ibu ikut campur dengan urusan kalian. Kalian sudah dewasa, sudah berumah tangga, dan mempunyai dua anak yang lucu. Ibu hanya ingin yang terbaik bagi putri tunggal Ibu dan cucu-cucu Ibu. Kamu tau? Sampai saat ini pun, Ibu enggak ada menanyakan soal masalah yang kalian hadapi kepada Keyla. Ibu tak mau pikiran Keyla terbebani karena pertanyaan dari Ibu," jawab Bu Mona yang sepertinya sudah berpikir dan mengatur kata-kata yang keluar dari mulutnya. Wanita paruh baya itu bukanlah tipe yang suka menyalahkan orang lain. Makanya beliau berkata juga tidak akan menyakiti perasaan orang lain apalagi perasaanku. Tidak seperti Mamiku yang asal nyablak saja. Tidak peduli bagaimana perasaan orang lain

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Menjemput Keyla

    PoV Soni "Mami jahat! Kenapa Mami menahan Soni untuk mengejar kepergian Keyla? Keyla itu istri Soni, Mi. Apalagi Soni juga sudah punya anak. Nanti dikira Ibunya Keyla, Soni lelaki yang enggak bertanggung jawab," kataku melampiaskan kekesalanku pada Mami. Sedari awal memang Mami tidak terlalu suka dengan Keyla. Malah belakangan ini terungkap kalau Mami dulu terpaksa menyetujui pernikahanku dengan Keyla karena aku sudah terlanjur cinta dengan wanita yang telah memberiku anak kembar itu. "Kamu itu gimana, Soni? Lagipula yang dikatakan adikmu itu benar! Dia telah melihat Keyla berselingkuh dengan mantan suaminya. Mau jadi apa keluarga kita kalau ada perempuan yang selingkuh? Keyla itu sama saja dengan menaruh kotoran di wajah Mami. Mau kamu pertahankan perempuan seperti dia? Padahal sudah Mami bilang jangan pernah menikah dengan janda. Tapi waktu itu kamu kekeuh ingin menikah dengannya karena kamu juga waktu itu sedang di mabuk cinta," sahut Mami yang marah. Ya Allah, kenapa jadi kaca

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Rujuk

    PoV ArdanAku begitu iba melihat wanita yang membawa seorang anak balita itu sedang mengamen. Siang hari cuacanya panas begini. Penampilannya begitu memprihatinkan. Bajunya sudah kubas, kumal, dan kotor. Kulit mereka juga gosong karena terbakar matahari, rambut mereka yang asalnya hitam kini memerah, dan tubuh mereka terlihat kurus. Ya Allah, malang nian nasib mereka. Kemudian kedua ibu dan anak itu menepi ke pinggir jalan dan kemudian mereka duduk bersandar di sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Wanita itu kemudian menyeka keringatnya yang menetes membasahi keningnya dengan kain gendongan anaknya. Sementara itu anaknya ia turunkan dari gendongan dan meminta botol dot yang berisi susu. Anak perempuan itu pun melahap susu di botol dot dengan lahap. Sepertinya ia sangat lapar dan haus. Maklum cuaca hari ini begitu panas dan terik dari biasanya. Aku pun menghampiri mereka. Aku kasihan sekali. Aku menyesal dulu karena mengusir wanita itu. Ya, wanita yang dulu pernah menemani hidupk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status