Aku Ardan Aditama, aku seorang karyawan honerer di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di kotaku. Orangtuaku berasal dari keluarga mampu, tidak terlalu kaya juga sih. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara, dua kakakku perempuan semua dan sudah berkeluarga juga. Kakakku yang pertama seorang manager di sebuah perusahaan makanan, suaminya adalah kepala cabang sebuah bank. Sedangkan kakakku yang kedua adalah seorang pengusaha salon di kotaku dan suaminya juga seorang pengusaha minimarket. Papahku seorang pensiunan pegawai di Dinas Pemuda dan Olahraga sedangkan mamahku hanya ibu rumah tangga biasa. Kedua kakakku hidup kaya, punya pekerjaan sendiri, punya rumah besar, dan mobil mewah, ditambah mempunyai suami yang mapan pula. Aku pun juga ingin hidup enak seperti kakak-kakakku. Pada awal berpacaran dengan Keyla. Orang tuaku dan kedua kakakku menginginkanku menikah dengan wanita yang berprofesi sebagai pegawai negeri. Tapi aku sudah terlanjur cinta dengan Keyla yang pada waktu itu seorang guru honorer.
Aku meyakinkan mereka kalau Keyla itu wanita yang cerdas dan aku yakin bila nanti dia mengikuti CPNS pasti lulus. Akhirnya hati mereka luluh juga, tapi kedua orang tuaku meminta agar pesta akad dan resepsi pernikahanku di buat sederhana dengan mengundang keluarga, kerabat dan teman-teman terdekat saja. Ya mana ada sih orang tua yang mau rugi mempunyai calon menantu yang honerer juga. Jadi dengan dalih uangnya ditabung untuk bikin rumah, hah entah kapan orangtuaku mau membuat rumah untuk kami. Yang ada sih uangnya diberikan ke aku, terserah aja aku yang mengatur. Hehehe. Daripada untuk membuat rumah, lebih baik uangnya aku gunakan untuk jaga-jaga. Secara uang gajiku kan tidak mencukupi untuk kebutuhanku seperti membeli rokok, bensin, jajan, dan nongkrong bersama teman-temanku. Kebutuhan rumah tangga bagaimana dong? Ah masa bodo! Itu kan tugas Keyla. Suruh siapa dia mau menikah denganku yang sesama honorer. Gajinya semasa honorer saja sudah lebih besar daripada aku. Kuakui Keyla memang lebih rajin bekerja daripada aku.Apalagi tahun kemarin dia lulus mengikuti tes CPNS di kota kami. Dia berhasil menyingkirkan puluhan pesaing yang mengambil formasi yang sama dengannya. Nah kan kubilang juga apa! Keyla itu wanita cerdas tapi sayang mudah dibohongi suami dan bucinnya akut. Kalian tahu kan gaji PNS itu banyak? Ada gaji pokok, tunjangan, dan gaji ketiga belas. Nah kalau gaji pokoknya untuk membayar cicilan beli mobil kan tidak apa-apa. Masih ada aja sumber uang lain. Nanti kepangkas loh uang untuk belanja rumah tangga? Lah itu kan urusan dia, bukan urusanku. Urusanku aku mau punya mobil juga seperti kedua kakakku dan teman-teman di kantor. Rugi dong punya istri pegawai tapi tidak dimanfaatkan. Punya SK tapi untuk pajangan saja, apa gunanya tes masuk pegawai kalau SKnya tidak di sekolahkan di bank. Dengan segala bujuk rayuan gombal ala lelaki, aku berhasil membujuk Keyla untuk meminjam uang di bank. Uangnya untuk beli mobil merah favoritku. Hahaha. Mudah sekali memperdayai Keyla. Atas nama cinta akhirnya dia termakan rayuanku. Nah kalau punya mobil seperti ini kan asyik, terlihat sosialita di depan teman-temanku dan tentunya kedua kakaknya pun salut akan pencapaianku ini.Mempunyai mobil ternyata membuat pengeluaranku membengkak. Membeli bensin hingga berpuluh-puluh liter, belum lagi biaya perawatan dan servis mobil yang menguras kantong! Wah bisa-bisa simpanan uang dari mamah dan papah menipis karena gaji honorerku yang tidak seberapa. Keyla juga di rumah mulai berulah. Masak seadanya. Lauk tahu, tempe, dan ikan asin sudah menjadi makanan harian. Katanya alasan uang gajinya menipis. Kok jadi perempuan nggak pinter gitu sih. Kan dia bisa usaha tambahan kek atau mengajar les privat. Aku tidak melarang. Yang penting keuangan rumah tangga bisa terselamatkan. Kalau seperti ini kan aku juga kena imbas dan susahnya. Makan jadi seadanya. Duh dasar istri tidak pintar mengelola keuangan, jadi terseok-seok seperti ini kan jadinya ekonomi rumah tangga kami. Harusnya dia bisa berpikir dong, bagaimana cicilan bisa terbayar dan makan enak bisa jalan. Kalau kayak gini terus, aku mendingan makan tempat mamah aja. Toh setiap hari mamah selalu masak makanan enak. Mamahnya siapa dulu? Bisa memanjakan lidah dan perut keluarganya. Tidak seperti Keyla istri yang nggak becus. Awas aja nanti kalau aku cari istri lagi. Lagian juga sampai sekarang dia tidak bisa memberiku momongan! Alasannya sibuk-sibuk kerja terus. Bosan aku mendengarnya.* * * Siang ini aku memutuskan untuk singgah ke rumah mamahku. Mamahku pasti masak makanan enak yang menggugah selera. Sesampai rumah orang tuaku, aku segera memarkirkan mobilku di halaman. Dan aku pun menghampiri mamahku yang sedang sibuk menyiapkan makan siang. "Eh Ardan, anak kesayangan mamah, tumben kamu mampir di jam makan siang. Mana istrimu? Kok nggak kamu ajak sekalian?" tanya mamah dengan wajah sumringah. Aku pun agak gelagapan menjawab pertanyaan mamah. "Eh anu mah, Keyla masih sibuk dengan pekerjaan di kantornya. Wah mamah selalu masak makanan enak nih. Hehe.""Iya dong, namanya juga ibu rumah tangga. Masak ya jadi hobi dan prioritas. Yuk dimakan nak, nanti keburu dingin," sahut mama dengan tenang. Di meja makan terhidang berbagai macam makanan, ada sup ayam, ayam goreng, perkedel kentang, dan telur dadar. Makanan kesukaanku dan tentu saja aku makan dengan lahap seperti orang kelaparan yang belum makan berhari-hari. "Wah tumben kamu makannya banyak nak, emang Keyla nggak pernah masak kayak gini ya?" tanya mamah curiga. Waduh kayaknya mamah mulai curiga nih tentang kehidupan rumah tanggaku yang mulai sakit ini. Bagaimana ini? Apa aku harus jujur ke mamah. Tapi nanti mamah malah mengomel dan ujung-ujungnya melabrak Keyla. Ah itu urusan nanti. Oke deh kalau gitu, aku akan mengadu sama mamah ah biar Keyla dinasihati mamah. Biar tau dia gimana jadi istri yang benar kayak mamah.PoV KeylaHari ini juga setelah mendengar saran Mita untuk berjualan pulsa dan kuota, ketika istirahat siang nanti kami sepakat untuk menemui Soni. Soni yang tengah duduk-duduk di depan kantor tengah asyik memainkan gawainya. Entahlah dia sedang berbalas pesan dengan siapa. Dengan pacarnya mungkin. Kulihat dia sambil senyam-senyum memandangai layar gawainya. Lah kenapa aku jadi mikirin Soni chat dengan siapa? Itukan bukan urusanku. Kan wajar, toh dia masih bujangan. Mau chat sama siapa aja itu hak dia. Atau mungkin dia sedang main game? Tapi emang orang main game sambil senyum sih? Yang ada kan orang kalau lagi main game mukanya tegang. "Hei Soni, kamu sibuk nggak? Ini ada hal yang mau kita bicarakan sama kamu," tanya Mita dengan ramah. "Eh, nggak nih. Cuma lagi santai aja hehe. Oh iya ada apa nih?" jawab Soni dengan santai. "Ini Son, Keyla mau ikutan gabung bisnis kamu. Kamu kan jualan pulsa dan kuota. Siapa tahu dengan jadi reseller kamu, Keyla juga bisa menambah penghasilan," s
Pov KeylaPerkembangan bisnis pulsa dan kuota internetku alhamdulillah berjalan dengan lancar. Kecuali pulsa ada sedikit kendala, kadang teman-teman kantorku dan juga teman baiknya masih ada yang ngebon. Ya paling ada satu dua orang yang terlambat membayar. Aku maklumi. Aku juga tidak mungkin menagih utang mereka secara paksa. Mereka baik semau kepadaku. Bosku alias kepala divisi, ibu Elsa mempercayakan kepadaku untuk memegang dan mengelola keuangan yang akan direncanakan untuk pengelolaan tanaman apotik hidup di beberapa kelurahan di kotaku yang akan di kelola oleh ibu-ibu PKK. Wah aku sangat senang bisa terlibat kegiatan ini. Selain menambah pengetahuan, siapa tahu juga bisa menambah penghasilan. Kabarnya dari tanaman apotik hidup seperti jahe, kunyit, kencur, lengkuas dan lain-lain, para ibu akan membuat unit usaha kecil seperti membuat jamu tradisional. Nah ini bisa jadi ide untuk bisnisku selanjutnya. Ketika aku sedang mengetik beberapa laporan bulanan, bu Elsa ke mejaku. Aku ka
Beberapa hari kemudian, aku kaget bang Ardan memberikanku ganti uang kantor utuh sebesar yang dia ambil. Aku bingung dia dapat uang dari mana, toh selama ini kan gaji dia hanya cukup untuk kebutuhannya. Apa dia meminjam uang kepada kedua orangtuanya? "Dek, ini abang balikin ya uang yang sempet abang pinjam kemarin?" Kata bang Ardan sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat. "Ah bener ini bang," mataku berbinar menerima amplop coklat itu. Dalam hatiku akhirnya insyaf juga ini suamiku. Dapat hidayah dari mana ya dia? "Ya bener dong dek, kapan abang nggak nepatin janji ke adek," sahut bang Ardan santai banget. "Halah biasanya juga nggak pernah nepatin janji. Katanya mau bantuin aku membayar cicilan mobil. Ini udah beberapa bulan abang nggak pernah bantuin! Gimana adek mau percaya dengan abang!" Jawabku sengit. "Sabar dek, nggak usah diungkit-ungkit hal itu. Pusing kepala abang. Ini aja abang mutar otak tujuh keliling supaya mendapatkan uang ini.""Emang abang dapat uang darima
"Dan, itu mobil merah depan rumah punya siapa? Punya kantor, punyateman kamu, atau punya kamu?” tanya mamah beruntun. Sebenarnya sudahdua kali aku membawa mobil ini ke rumah mamah, tapi beliau hanya diam saja. Baru kali ini beliau bertanya. Mungkin beliau kepo karena ini kali ketiga, aku membawa mobil tersebut ke rumah mamah.“I-itu mobil Ardan mah,” jawabku gugup. Wah bakalan di introgasi mamah nih aku beli mobil ini pakai apa.“Loh memang kamu punya banyak uang nak? Bukannya uang yang mamah kasih untuk kamu dan Keyla sewaktu sesudah kalian nikah itu untuk membangun rumah itu kan nggak sampai seratus juta. Maksud mamah uang itu pasti kurang untuk membeli rumah. Nah tinggal kamu dan Keyla menambahkan dengan menyisihkan uang gaji kalian untuk membangun rumah. Terus uangnya kamu belikan mobil? Mana cukup? Apa Keyla punya tabungan untuk membeli mobil?” omel mamah panjang lebar.Aku hanya diam saja, karena bingung mau menjawab apa. Tapi kalau mamah sudah mengomel seperti ini artinya sudah
Namaku adalah Rosalinda. Mirip dengan nama tokoh wanita telenovela jadul tahun 90-an itu ya. Orang-orang memanggilku bu Ros. Suamiku bernama pak Iwan. Aku seorang ibu rumah tangga dan suamiku seorang pensiunan pegawai negeri. Walau hanya ibu rumah tangga, sebenarnya aku juga mempunyai usaha karet di desa asalku. Anak-anakku tidak ada yang tahu. Karena usaha karet tersebut untuk tabungan di masa tuaku bersama suamiku. Yang terpenting aku sudah merawat dan membiayai ketiga anakku hingga mereka sarjana dan mempunyai pekerjaan. Anak-anak perempuanku memiliki usaha sendiri dan sudah lumayan besar karena mereka tidak mau melamar pekerjaan, jadinya mereka kuberikan sejumlah uang modal untuk membuka usaha. Dan akhirnya mereka pun bersuamikan laki-laki yang sukses. Tapi aku heran dengan anak laki-lakiku satu-satunya, dia adalah Ardan, apa karena dia anak bungsu. Salahku dan suamiku juga sih terlalu memanjakannya, apa yang dia minta selalu kami turuti. Sejak zaman sekolah dia selalu malas bel
PoV Keyla Sehari sesudah kedatangan para penagih hutang tersebut. Aku lihat tidak ada tanda-tanda bang Ardan akan berbicara tentang soal dia berhutang kepada perusahaan pembiayaan. Aku hanya diam saja. Lagipula tekatku sudah bulat, bahwa aku tidak mau memberi tahu tentang kedatangan Badri dan Tio. Nanti malah tambah runyam. Malam hari ketika selesai makan malam, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah kami. Dan tak berapa lama rumah kami diketuk. Setelah kubuka ternyata kedua mertuaku lah yang datang. "Assalamualaikum apa kabar Key," mamah mertuaku mengucapkan salam. "Wa'alaikumussalam," jawabku dan bang Ardan serempak. "Eh mamah dan papah, silakan masuk. Apa kabar mah pah, udah lama banget kita nggak ketemu. Maaf kalau Keyla belum sempat mengunjungi mamah papah." Sapaku kepada mamah dan papah bang Ardan dengan ramah. Tapi ada perasaan tidak enak karena sudah beberapa bulan aku tidak mengunjungi mereka dikarenakan aku sekarang lebih disibukkan dalam urusan bisnisku. Aku s
PoV Keyla Hari ini pekerjaanku lumayan banyak, teman-temanku yang lain juga pada sibuk. Terlihat Soni mampir ke ruanganku, dia bertanya dan meminta bantuanku cara menyelesaikan laporan. Kulihat Mita senyum-senyumkepadaku. Entah apa maksudnya. Eh tapi aku malah deg degan dekat Soni, kulirik dia malah menatapku. Aku jadi ge-er nih. Ya beginilah diriku, istri yang kurang asupan gizi kasih sayang dari suami. Dan yang jomblo pun malah terlihat memberikan kode. Aku bisa apa dong? Lebih baik aku nikmatin aja yang ada sekarang. Dua jam kami berkutat dengan laporan akhirnya selesai juga. Kuserahkan laporan yang kami kerjakan kepada bos kami, bu Elsa. Beliau terlihat membolak-balikkan laporan dan tersenyum puas atas hasil kerja kami hari ini. Jam istirahat pun tiba. Soni terlihat menghampiriku. “Key, yuk makan di luar! Makasih ya tadi sudah membantuku mengerjakan laporanku,” kata Soni mengajakku makan siang. “Eh iya ayo. Sama-sama Son, nanti kalau aku ada kesulitan kan juga bisa minta bantu
PoV KeylaBenar-benar aku sakit hati atas perkataan bang Ardan, maksudku aku hanya ingin memberikan pelajaran pada bang Ardan agar bertanggung jawab pada utang-utangnya. Tapi dia malah mengataiku istri kurang ajar, tak tahu diri, masih kurang kah pengorbananku selama ini. Aku selama ini menopang kehidupan rumah tangga dengan uang gajiku, mulai dari masih menjadi honorer hingga sekarang menjadi pegawai negeri yang katanya banyak orang sudah mapan. Baru aku akan menikmati uang gajiku sendiri eh malah di suruh berutang untuk membeli mobil. Andaikan ibuku tahu permasalahan rumah tanggaku pasti beliau akan menyuruhku berpisah.Berpisah? Astaga baru terpikir di otakku. Kenapa aku tidak berpisah saja ya dari bang Ardan? Jujur aku sudah tidak tahan lagi dengan sikapnya, kalau soal tidak menafkahi okelah aku masih maklum. Gaji dia tidak seberapa. Tapi kalau sikapnya yang kurang bersyukur itu dan malah berbalik menghinaku, maaf saja aku sudah muak. Oke, pelan-pelan akan kuturuti maumu bang untuk