PoV Faisal 2Dia adalah lelaki yang bersama mantan istriku di pengadilan waktu itu, dia yang membela mantan istriku sewaktu aku menghina Dira, dan bilang kalau dirinya adalah calon suami Dira."Hai, sepertinya saya pernah melihat kamu sebelumnya. Tapi di mana ya?" ucap lelaki itu menyapaku."Kita pernah bertemu di pengadilan tempo hari lalu," ucapku dengan mata melotot dan dia lekas mengingatnya."Oh kamu mantan suaminya Dira, sedang apa kamu berada di sini?" tanyanya dengan tersenyum kecil."Saya sekarang tinggal di apartemen ini, anda sendiri kenapa berada di sini? Sama ibu-ibu lagi!" sahutku mengejak."Saya ingin melihat-lihat apartemen saja, oh iya perkenalkan ini Ibu saya," sahutnya memperkenalkan ibu yang di sampingnya. Aku tertawa kecil, masa iya dia adalah ibu kandungnya. Aku sama sekali tidak memperca
Aku begitu terpaku dengan apa yang aku lihat sekarang, aku begitu syok dan histeris melihat Mas Faisal yang kini sudah berlumuran darah. Aku lekas menghampiri tempat kejadian perkara yang sudah terpasang garis polisi."Ibu siapa? Jangan masuk kedalam yang sudah terpasang garis polisi ini," sahut polisi melarang aku untuk menghampiri Mas Faisal."Saya Dira, mantan istri dari korban tabrakan ini. Kejadiannya seperti apa pak? kok bisa mantan suami saya kecelakaan seperti ini?" tanyaku penasaran pada polisi."Menurut saksi, ketika korban hendak berbelok kearah kanan tetapi dari arah kanan datang truk yang melaju dengan kencang, begitu juga dengan kendaraan yang di pakai korban dan korban tidak bisa mengusai kendaraan nya alhasil tabrakan pun terjadi," sahut Pak Polisi memberi tahu ku."Apakah korban selamat?""Alhamdul
"Apa maksud, Dokter? kenapa Dokter bicara seperti itu? bagaimana keadaannya Dok, Dokter ngasih tahu jangan setengah-setengah," sahutku kesal kepada Dokter.."Pasien Faisal telah melewati masa kritisnya dan sebentar lagi mudah-mudahan bangun, dia mengalami pendarahan yang cukup hebat. Akan tetapi kemungkinan kedua kaki pasien Faisal akan mengalami kelumpuhan secara total karena benturan keras sewaktu mengalami kecelakaan tersebut," tutur Dokter tegas menjelaskan kondisi Mas Faisal.Aku kaget dan kaku setelah mendengar ucapan Dokter.''Apa kakinya bisa sembuh, Dok? Apakah nantinya akan bisa berjalan kembali? Apakah kakinya akan di amputasi?" tanyaku memastikan."Mudah-mudahan ada keajaiban dari yang maha kuasa pasien Faisal akan sembuh, saya tidak mengamputasinya karena kakinya tidak terlalu parah, beliau hanya lumpuh total saja," jawabnya dengan penuh keyakinan.
"Tapi, Mama sama sekali tidak mengangkat panggilan telepon dariku, aku jadi khawatir sekali." kataku."Apa Mamamu sudah mengangkat telepon darimu, Dira?" tanya Mama menatap nanar ke arahku.Aku menggelengkan kepala pelan, "Nomer telepon Mama sama sekali tidak aktip," sahutku berterus terang."Lantas bagaimana cucu Mama? Kami sangat khawatir takut terjadi sesuatu!" mantan Mama mertua terlihat sangat risau."Iya Ma! Dira akan terus mencoba telepon orang tua Dira, Mama dan Papa tenang ya!" aku langsung menelepon kenomer ponsel Papa tapi nihil. Nomer ponsel Papa juga sama sekali tidak aktip.Aku sudah sangat bingung dengan hilangnya Mama dan Papa. Apa mungkin Mama dan Papa sudah pulang duluan yah? tapi kenapa Mama dan Papa malah meninggalkanku di rumah sakit."Bagaimana kalau kita tanya sama suster yang berjaga, m
Sesaat aku sedang menyusui bayiku, tiba-tiba terdengar bunyi telepon. Aku segera merogoh ponsel yang berada di dalam saku celana.Entah siapa yang menelepon mengganggu saja.Dan ternyata yang menelepon adalah Mas Pratama."Hallo Mas?" ucapku setelah panggilan telepon tersambung."Hallo Dira, apa kamu sudah pulang ke rumah?" tanya Mas Tama dari seberang telepon."Alhamdulillah sudah, Mas!" jawabku singkat."Alhamdulillah kalau begitu, apa Mas boleh ke rumahmu, Mas kebetulan bawa hadiah untuk bayimu? sekalian ingin melihat si kembar," tanya Mas Tama.Aku bergeming sejenak."Eum, boleh, Mas. ke rumah saja," sahutku membolehkan."Ya sudah sekarang mas ke sana, ya!" ucap Mas Tama dan sambungan telepon pun berakhir.
Bismilahi Rahmanii Rahimm.. Aku menutup mata dan aku lekas bicara"Aku bersedia, Ma. Aku mau, mudah-mudahan saja Mas Tama tidak seperti mantan suami, Dira," ucapku dengan penuh keyakinan"Alhamdulillah kalau begitu, Mama sangat senang mendengarnya," sahut Mama menimpali lalu tersenyum, "Mama percaya, Tama tidak akan seperti mantan suamimu," ucap Mama yakinSedetik kemudian, terdengar suara piring jatuh. Aku dan Mama terkejut mendengar suara dari arah belakang kami.Ternyata yang menjatuhkan itu, Mas Tama. Aku terkejut melihat dia yang sudah berada di belakang kami sambil menggendong bayi Rasya.Mas Tama langsung menghampiriku dan Mama, Mas Tama menatapku lekat-lekat ada raut kebahagian yang terpancar di wajahnya."Apa betul yang di ucapkan kamu, Dira?" tanyanya menatap mataku."Dar
PoV MAMA HESTI🍁Flash Back 🍁Hari sudah semakin senja, aku dan suamiku duduk di kursi depan rumah menikmati hari udara segar di sore hari, sembari meminum teh manis bersama suami tercinta.Aku dan suami menikmati sejuknya udara di sore hari ini dengan bersantai, Aku sangat senang sekali bisa terus bersama dengan suamiku----Mas Akmal. Ia begitu sangat mencintaiku. Padahal usia pernikahan sudah memasuki usia 29 tahun tapi kami saling menyayangi.Kami tinggal berdua di rumah ini tanpa adanya seorang anak atau cucu yang menghiasi rumah ini dengan keramainnya, aku hanya memiliki seorang satu putra ia bernama Faisal, lelaki yang sudah syah menjadi suami dari Dira Anggraeni.Sebentar lagi aku akan mempunyai cucu dari Faisal sebab sekarang Dira tengah hamil usia kandungan 6 bulan, tidak sabar rasanya ingin segera menimang cucu, begitu juga deng
POV MAMA HESTI 2Aku terduduk lemas, entah apa yang akan terjadi! Apa mungkin anakku bisa berjalan normal kembali? Aku sangat khawatir, takut anakku tidak bisa berjalan.Tiba-tiba, seseorang yang aku tunggu akhirnya datang? ia adalah suamiku--- Mas Akmal."Ada apa, Ma?" tanya Mas Akmal.Aku menatap sendu wajah suamiku, aku hanya menitikan air mata."Faisal barusan tersadar dan ia memberontak tidak menerima kenyataan kalau sekarang sudah lumpuh. Mama sangat kesihan melihat anak kita, Pah" ucapku memeluk erat tubuh Mas Akmal sambil berdurai air mata."Yang sabar, Mah! mudah-mudahan Faisal bisa menerima dengan ikhlas, Mama yang tenang Insya Allah ada keajaiban untuk Faisal bisa berjalan kembali," Jawab Mas Akmal, suamiku terus menenangkanku."Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak