Share

Kebahagiaan Terbesar

Saat awan mendung menanti bantuan angin untuk menjatuhkan kumpulan air yang ditampung, aku hanya mampu memandanginya dengan takjub. Siklus hujan yang memang bisa dipelajari lewat sains, tapi juga lewat keagungan Tuhan.

Aku duduk di teras depan sambil melihat Zahira yang sedang belajar berjalan dengan Mbak Lita. Di usia tiga belas bulan, gadis kecilku sudah beranjak besar. Sudah bisa berjalan meskipun masih belum terlalu seimbang. Lima sampai sepuluh langkah dia berhasil, tapi kembali terjatuh setelahnya. Untungnya, dia tidak menangis dan justru tertawa lepas sambil sesekali menoleh ke arahku. Kehamilan yang sudah menginjak bulan delapan ini membuatku tidak bisa mengajari Zahira berjalan. Perut sudah mengganjal jika harus membungkuk.

"Saya bawakan apel, Mbak." Bu Padma meletakkan sepiring potongan buah apel di meja bundar sampingku duduk. Lantas, dia pun duduk di kursi seberang meja.

"Makasih, Bu. Malah ngerepotin," jawabku seraya menebar senyum.

"Mbak Zainab masih sungkan saja sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status