Share

MATI RASA!

Author: Cahaya Senja
last update Last Updated: 2022-12-01 17:23:52

[Kenapa nggak dibalas, takut kamu, hah!]

Lagi, Mbak Sarah mengirimkan pesan.

[Yang terpenting aku nggak mengedepankan gaya, padahal keuangan menipis. Aku nggak ngutang sana sini buat ngecukupin biaya hidup sosialita. Satu lagi yang penting aku nggak open B*!]

Setelah membalas pesan Mbak Sarah, aku langsung memblokir kontaknya. Kalo terus menyimpan yang ada aku juga ikut-ikutan tak waras seperti dia.

Bukan tanpa sebab aku bersikap tak baik pada mereka. Selama ini aku berupaya menjaga sikap pada mereka.

Namun sepertinya, sopanku selama ini sama sekali tak bernilai di mata mereka.

Lelah.

Itu yang selama ini aku rasakan.

Aku berusaha berbakti pada suami dan juga keluarganya. Namun yang kuterima bukanlah yang diharapkan.

Aku tau, kadang keinginan memang tak sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi, bolehkah kali ini aku memberontak sekali saja. Rasanya sudah cukup aku bertahan demi utuhnya sebuah keluarga.

[Alya, jangan lupa untuk kembali pulang. Di mana pun kamu melangkah, ingat tetap aku tujuanmu.]

Pesan dari Mas Andi masuk ke ponsel.

Hanya kubaca, hatiku tak tergerak untuk membalas pesannya.

[Aku tau kamu masih kesal denganku, it's ok! No problem. Tapi tolong ingat ada aku yang menunggu kehadiranmu,] tulisnya lagi.

Aku menatap pesan itu berulang kali.

Bullshit! Pesan yang dikirimkan Mas Andi adalah kata-kata yang hanya terucap dari mulut bukan perasaan.

Andai waktu dapat kuputar, tak ingin aku berdiri di tengah-tengah orang yang tak pernah mengharapkanku.

Menyesal?

Tidak! Aku hanya bisa menghela napas dan mengembuskannya. Aku percaya tiap yang kulalui adalah sebuah pelajaran berharga. Sudah takdir yang harus kuakui bahwa itu adalah milik kuasa diriku. Jadi, tak akan ada kata menyesal.

Aku hanya berandai-andai, salah satunya andai dulu tak pernah menaruh pada lelaki yang tak tau bagaimana harusnya berlaku adil antara istri dan keluarga.

Aku mematikan data seluler, lalu memilih untuk merebahkan diri di kamar yang bernuansa hitam ini.

Aku menyukai warna hitam, bulan dan juga senja.

Jika ditanya mengapa?

Aku hanya bisa menjawab, mereka adalah teman di kala aku sendirian. Seperti senja yang akan pergi, tapi dia berjanji besok akan kembali lagi.

Aku tidak suka pelangi? Walaupun terlihat indah, tapi di dalamnya hanya ada kepuasaan sekejap. Buktinya, dia hanya datang saat ada tetesan air di udara. Dia tak pernah berjanji agar bisa muncul setiap saat.

Aku membuka tirai jendela, di sana nampak bulan separuh.

Kupandangi dengan seksama, lalu tersenyum.

"Bulan, terima kasih selalu ada. Tolong temani aku malam ini, rasanya hati ini sangat sakit." Kuremas dadaku pelan, ada sakit yang tak dapat tergambang. Ada luka yang tak nampak dan ada rasa yang perlahan mulai tiada.

Tok! Tok! Tok!

Bunyi ketukan pintu membuyarkan kesedihanku.

"Kak Alya," panggil Aini dari luar kamar.

"Masuk saja, Dek. Pintunya tidak dikunci," ucapku pada Aini.

Krieet!

Bunyi pintu dibuka.

"Mbak Alya belum tidur, sudah malam. Kata Ayah jangan begadang," ucap Aina lalu duduk di sebelahku.

"Belum bisa tidur, Dek. Kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanyaku padanya.

"Ada banyak hal yang ingin kuutarakan, Mbak." Aini menatapku sebentar.

"Kita dulu nggak secanggung ini ya, Kak. Semenjak Kakak menikah, Aini sudah jarang bertemu dengan Kak Alya," ucapnya pandangan Aini jauh menerawang.

"Aini selama ini menahan rindu dengan Kakak, Ayah juga." Tanpa sadar mataku berkaca-kaca.

"Bahkan sekadar menelepon pun sangat susah, Aini pikir Kakak sudah tak ingat lagi. Bahwa ada keluarga yang menunggu kehadiran Kakak," ujarnya lagi.

Aku hanya terdiam, mendengarkan keluh kesahnya yang tersimpan selama bertahun-tahun.

"Mungkin Kakak pikir dengan mengirimkan uang setiap bulannya, akan mengurangi rasa rindu Aini dan Ayah pada Kakak." Aini mulai terisak, aku sebisa mungkin untuk tidak menangis.

"Ayah setiap malam selalu bertanya, Nduk, kakakmu ndak pulang, ya. Kok Ayah rasanya rindu sekali."

"Kakak nggak tau, gimana rasanya Aini menangis setiap malam. Kita udah nggak punya Ibu, Kak, kita cuma punya Ayah, tapi Kakak seolah-olah nggak lagi tau bahwa kami masih ada." Aku langsung memeluk Aini, tubuhnya bergetar hebat.

"Aini selalu nangis lihat Ayah ngomong sendiri, natap foto ibu dan Kakak. Aini paham bahwa ayah sangat-sangat rindu dengan kalian," ucapnya sesegukkan.

"Maafin Kakak, Dek. Ada banyak alasan yang nggak bisa Kakak sampaikan, ada banyak hal yang harus kakak sembunyikan!"

"Kenapa?!" ucapnya dengan nada marah.

"Karena Kakak nggak mau merepotkan kalian, Kakak selama ini juga menahan rindu dengan kalian. Tapi kamu tau kan, Kakak udah punya suami. Dan surga Kakak ada pada suami Kakak," ucapku lembut.

"Walaupun begitu! Bukan berarti Bang Andi berhak menjauhkan Kakak dari keluarga sendiri!" ucapnya penuh penekanan.

"Kakak minta maaf, Dek! Kakak sadar selama ini orang yang benar-benar tulus menyayangi Kakak adalah keluarga sendiri." Aku memeluknya kembali.

Kami menangis bersama.

"Jangan kayak gitu lagi ya, Kak. Jangan pergi begitu lama, Aini nggak kuat nahan rindu. Sekarang cuma ada kita berdua yang bisa menjaga Ayah," ucapnya pelan tapi terasa menyayat.

"Iya, Sayang."

Lama kami menumpahkan rasa rindu, setelah merasa mengantuk. Aku dan Aini langsung tidur.

*

Pagi harinya saat terbangun aku tak sempat memeriksa ponsel. Selesai salat subuh, aku memasak untuk Ayah. Tentunya memasak makanan kesukaan Ayah bersama dengan Aini.

Setelah selesai, aku bergegas mandi.

Drrrt ... drrttt ... drrrt.

Bunyi ponsel mengalihkan kegiatanku.

Ada dua puluh delapan panggilan tak terjawab dari orang yang sama, yaitu Mas Andi.

Ada 13 pesan tak terbaca olehku.

[Selamat pagi, Dek!]

[Aku merindukanmu, tidakkah kamu merasakan rinduku!]

[Tolong jangan marah lama-lama aku tak kuat menahan rindu ini!]

[Dek!]

Dan masih banyak lagi pesannya yang membuat isi perut ingin ke luar.

Sudah kubilang, aku sudah mati rasa pada Mas Andi dan keluarganya. Jadi jangan harap aku akan luluh seperti dahulu lagi.

[Berhenti menggangguku! Ingat, sebentar lagi surat cerai aku meluncur ke rumahmu!] tulisku lalu bergegas mematikan ponsel.

Aku sengaja tak memblokir nomor Mas Andi, saat aku bahagia aku akan menampilkan kebahagiaanku.

Seandainya dia datang ke rumah meminta kembali, aku akan menolaknya. Hati ini bisa memaafkan, tapi jangan harap aku mudah melupakan segala perlakuan mereka padaku.

Mereka harus tau itu!

-

-

-

Next?

Terima kasih semuanya🥰🥰🥰. Jangan lupa subscribe, like, komen, ya. 🥰🥰🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   End!

    Andi datang ke rumahnya dengan wajah yang kusut."Andi ada apa?" tanya Sarah yang melihat wajah tak mengenakan yang ditampilkan Andi."Aku baru saja datang dari toko kue Alya. Mbak, kenapa kamu tak kapok-kapoknya datang untuk mengacaukan Alya. Kamu tau bukan, Alya sekarang sudah lebih bahagia. Andi bukannya apa-apa. Andi sekarang sudah sadar, seharusnya memang dari dulu mengikhlaskan Alya, mengapa begitu? Karena Andi baru mengetahui bahwa keluarga Andi adalah keluarga yang toxic. Harusnya Mbak Sarah sadar akan itu semua!" ucap Andi dengan tegas, dia memijit kepalanya yang terasa pusing."Mbak hanya tak senang melihat dia lebih bahagia dari kamu Andi, Mbak juga sudah terlanjur malu padanya. Apalagi sekarang Alya memiliki suami yang tampan bak seorang pangeran.""Jadi sebenarnya Mbak selama ini hanya iri kan pada Alya. Iri pada kehidupan Alya, sudahlah, Mbak. Meminta maaflah pada Alya, aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dan rencananya besok rumah ini akan kujual pada orang yang

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Pesan Berisi Ancaman!

    "Mbak, lihatlah, videomu yang sedang bertengkar tersebar di media sosial." Andi datang dengan wajah yang kusut. Rupanya kabar sang Kakak bertengkar dengan Alya sudah sampai ke telinganya.Bahkan dia melihat video itu sendiri. Matanya membulat sempurna kala Alya yang mempermalukan Kakak dan juga ibunya.Sarah yang melihat Andi datang dengan wajah kusut, mengubah ekspresinya menjadi terlihat menyedihkan."Mbak sakit hati, Dek. Padahal Mbak ke situ hanya ingin membeli kuenya, tapi dia malah mencaci maki, Mbak. Tak ada sambutan baik yang Mbak terima bersama Ibu." Sarah menangis terisak, tentunya itu hanya pura-pura. Semuanya dilakukan hanya untuk menarik empati dari Andi.Andi mengepalkan tangannya erat."Mentang-mentang sudah bukan menjadi istriku, dia semakin berani mempermalukan kalian. Harusnya dari awal kita tak perlu berbuat baik padanya. Rupanya selama ini rasa tulus cintaku dimanfaatkan oleh Alya untuk meluluhkan hati ini," ujar Andi yang terhasut dengan omongan sang Kakak. Matany

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Dendam

    "Ibu, pokoknya Sarah nggak bakalan diam aja, ya. Sarah udah dipermalukan di depan orang banyak, bahkan sampai ada yang menjadikan momen kejadian tadi. Mau taruh di mana muka Sarah, Bu," ujarku yang daritadi tak berhenti mondar-mandir sambil marah, jujur saja aku merasa sangat terhina di depan orang banyak tadi karena perlakuan mereka berdua. Alya benar-benar tak punya hati. Aku benci dia."Sudahlah, Sarah. Nanti akan kita pikirkan bagaimana caranya membalas perlakuan mereka yang udah bikin kamu malu. Kamu tenang saja, mungkin saat ini mereka masih bisa berbahagia, tapi tidak untuk nanti. Kamu tenang saja, Ibu juga sangat merasa malu karena perlakuan mereka tadi kepadamu." Ibu meminum kopi dalam gelasnya. Ia terlihat sangat tenang, seperti sudah ada sebuah rencana yang disusun oleh Ibu."Tapi, Bu, tetap saja Sarah tak bisa tenang. Bagaimana jika ada yang menyebarkan video itu. Iiiiiih! Sarah benar-benar kayak orang gila tau nggak sekarang, Bu. Tadi tuh pengen banget rasanya ngegampar mu

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Jangan Mendahului Takdirnya!

    "Sayang, sekarang udah sepi ini. Ayo pulang," ucap Nandar sambil memegang telapak tangan Alya."Iya, sebentar lagi, Mas. Aku beresin dulu ini," ucap Alya sambil melepas genggaman dari Nandar. Bergegas ia membereskan tempat kue dan membersihkan sisanya."Mas, Alya tiba-tiba pengen bikin makanan juga. Makanan yang cepat saji itu lho, siapa tau ada yang mau makan siang atau buat sarapan dan bawa pulang ke rumahnya, 'kan," ujar Alya pada Nandar."Mas mau ngelarang kamu kerja, tapi Mas juga nggak mungkin biarin kamu kesepian di rumah. Apapun yang kamu inginkan, pasti bakalan Mas turutin selagi itu bernilai baik," ujar Nandar pada Alya. Ia menatap Alya dengan penuh cinta."Alhamdulillah, kira-kira menurut, Mas, bagusnya mulai kapan aku membangun usahanya?" tanya Alya pada Nandar. Dulu, sebelum menikah tempatnya sharing adalah Bahrul dan juga Aini. Namun setelah menjadi istri seorang Nandar, maka Nandarlah tempat untuk ia menuangkan pendapat."Setelah kita pulang bulan madu," jawab Nandar sa

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Ngeselin tapi Bikin Sayang!

    "Ngeselin banget sih mereka, Kak, pengen Aini jambak-jambak aja tadi. Ada ya manusia kayak gitu hidup di dunia ini," omel Aini yang terus menerus. Tidak nyaring, hanya saja terlihat sekali geram di matanya."Ya ada, Dek, lah itu orangnya tadi baru aja kan bersikap kayak tadi. Udah nggak usah diambil hati, bikin nambah beban pikiran aja. Cukup didiemin aja dia mah orang kayak gitu, kalo kita ladenin apa bedanya kan sama dia," jawabku padanya. Terlihat sekali pancaran emosi dari mata adikku Aini."Iya juga sih, Kak, tapi tetap aja kalo nggak diladeni rasa dongkol dalam hati Aini tuh makin menggebu-gebu ngeladani manusia tak tahu malu seperti dia tuh. Kenapa dulu, ya, bisa-bisanya Kakak punya mertua dan kakak ipar seperti dia. Haduh! Untung saja Kakak sudah lepas dari benalu-benalu seperti mereka." Aini berucap sambil mengedikkan bahunya, seperti orang yang takut.Entahlah, jika aku bilang tak tahu, mustahil, karena dari awal sebelum nikah aku juga sudah tahu bahwa keluarga Andi sama seka

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Kurang Ajar!

    "Bu, aku dengar-dengar di daerah **** jl *** ada toko kue yang baru-baru buka lho, katanya kuenya enak. Aneka ragam kue dijual di toko itu, beli yuk," ucap Sarah pada IbunyaSaat ini aku dan Ibu sedang duduk bersantai di depan televisi, sedangkan adikku Andi berangkat bekerja. Karena dia sudah lama cuti."Emang beneran enak apa?" tanya sang Ibu yang mulai ikut andil dalam percakapan."Aku lihat sih di faceb**k dan juga W******p sih gitu, Bu, ini lho lihat. Sampe banyak banget Anggi teman aku beli," ujar Sarah lagi pada sang Ibu."Mana, coba Ibu lihat," jawab sang Ibu lalu duduk mendekati Sarah anaknya."Enak sih ini, apalagi kue ini lho, lama sekali Ibu nggak makannya. Ayolah kita beli di sana, pakai motor bisa kan kamu?" "Bisa dong, Bu, sebentar Sarah siap-siap dulu." Merek berdua lalu bersiap-siap untuk pergi ke toko yang sudah ditentukan.****"Benar ini tempatnya?" tanya Sang Ibu melihat toko yang ramai pengunjung."Dari alamat yang tertera sih, kayaknya benar ini Bu alamatnya," j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status