Share

Nandar Pratama?

Aku memperhatikan lagi nama pemesan kue bolu gulung dan juga brownies dengan taburan kacang di atasnya.

Mengapa selera kuenya juga sama dengan Nandar yang dulu pernah aku kenal.

Aku memejamkan mata sebentar. Semoga saja bukan, aku tak ingin luka lama terulang kali, batinku menjerit.

"Dor!" Aku terkejut, ketika Aini mengagetkanku.

"Mbak, ngelamun mikirin apa sih?" tanyanya penasaran.

"Nggak papa kok, Dek. Ayoklah kita bikin adonan kuenya. Alhamdulillah ya, Dek, semakin hari semakin bertambah yang mesan kue kita," ucapku padanya.

"Iya, Mbak, alhamdulillah banget. Emang bener ya, rezeki mah nggak akan kemana. Seandainya berada di titik tersulit pun, kita masih diberikan nikmat sama Allah yang tiada tara. Contohnya, bernapas."

"Yap, kamu betul, Dek. Maka dari itu, syukuri untuk hari ini, bismillah untuk esok hari dan alhamdulilah untuk apapun yang terjadi," ujarku padanya.

"Pinter anak, Ayah. Siapa sih bapaknya?" ujar Ayah yang muncul tiba-tiba.

"Pak Rahul gitu lho, Aini sama Alya mah can
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status