Share

Sikap Alya yang Egois!

Author: Cahaya Senja
last update Last Updated: 2022-12-01 17:20:58

"Aku bisa jadi jahat! Tergantung bagaimana cara orang memperlakukanku!"

"Aku pikir, cerita menantu yang tersakiti hanya ada di dalam novel. Namun faktanya, aku sendiri yang mengalaminya. Bahkan suamiku pun lebih membela keluarganya yang jelas-jelas salah!"

"Mereka tidak salah! Kamu yang bersalah Alya, andai saja sedikit saja kau turunkan egomu itu! Mungkin masalah ini tidak akan berkepanjangan!" bentakku pada Alya.

"Logikanya gini! Mengapa jika seorang menantu adalah laki-laki, ia begitu sangat disayangi oleh orang tua perempuan. Mereka diistimewakan seolah-olah adalah raja. Berbanding terbalik dari pihak perempuan, kebanyakan dari kami mendapatkan perlakuan yang tak senonoh, tak dapat diakui oleh akal!"

"Apa itu wajar, Mas!"

"Dari dulu aku sudah bilang, keluargamu sepertinya tak menyukaiku. Aku berusaha memberhentikan pernikahan kita, tapi tiba-tiba orang tuamu berubah manis. Hingga aku berpikir mereka bisa menerimaku yang piatu," ucapku padanya.

"Namun yang kudapatkan malah berbeda, semakin berjalannya hari. Sedikit demi sedikit, sikap keluargamu terlihat aslinya! Aku tak masalah mereka menyuruhku mencucikan baju mereka semua, bahkan sampai baju Abang iparmu aku yang mencucikan. Menyuruhku memasak untuk mereka, menyapu, mengepel. Aku tak masalah, Mas!" teriak Alya penuh emosi.

"Tapi ini masalah anak! Mereka selalu mengatakan aku mandul, mereka bilang aku tidak subur! Kamu tau bukan seberapa inginnya aku memiliki anak, apa kamu pikir aku yang tak ingin memiliki anak, hah?"

"Aku bahkan sudah memeriksa kesehatanku, dokter bilang baik-baik saja. Lalu, apakah saat tak punya anak adalah keinginanku! Mulut keluargamu sangat pedas, Mas! Sampai-sampai aku hanya bisa terdiam menangis merasakan tusukan-tusukan pedang yang tajam perlahan menembus jiwa," ujarnya memelan.

Aku terdiam, masih mencerna ucapannya.

Bukankah selama ini yang disampaikan Mbak Sarah berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan Alya.

"Tunggu dulu! Apa kau memfitnah keluargaku, bukankah selama aku bekerja, saat keluargaku datang malah kamu yang memperlakukan mereka seperti babu."

"Kata siapa kamu?" tanya Alya padaku.

"Mbak Sarah!"

"Lalu kamu percaya?" tanya Alya lagi.

"Tentu saja! Dia kakakku, dia sangat menyayangiku. Jadi apa alasanku tidak percaya padanya," sahutku menatap Alya tajam.

"Kalo begitu, bagaimana jika Mbak Sarah saja yang kau jadikan istri," ujarnya membuat amarahku memuncak.

"Alya! Gila kamu ya, Mbak Sarah kakakku. Bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu!"

"Sudahlah, Mas, kebenaran apapun yang terucap dari bibirku. Tetap akan menjadi debu di dalam pikiranmu. Aku ibaratnya kain lusuh yang kusam tak terawat, dilirik pun hanya sesaat. Aku lelah berdebat denganmu, jadi talak saja aku sekarang!"

"Istighfar kamu, Alya!" bentakku padanya.

"Kamu pikir pernikahan itu sebuah permainan! Untuk apa kita bertahan selama 4 tahun, jika ujung-ujungnya harus berpisah seperti ini. Sia-sia pernikahan ini kamu tau itu, hah!" tegasku penuh penekanan.

"Sia-sia, jadi menurutmu aku bertahan selama ini hanyalah sia-sia. Kamu sama saja seperti keluargamu!" Alya mendekati lemari pakaian, lalu mengambil tas dan memasukkan baju-bajunya.

Aku?

Aku hanya diam memperhatikan apa yang dia lakukan.

Aku akan membiarkan Alya pergi ke rumah orang tuanya. Ya, untuk menenangkan diri. Aku tau sekarang pikirannya sedang kacau, makanya dia tak bisa berpikir jernih.

Orang yang salah, emosi, maka ia akan melimpahkan kesalahannya pada orang lain.

Contohnya saja Alya ini, jelas-jelas dia yang keterlaluan dengan Mbak Sarah, tapi malah dia yang marah-marah tak jelas.

Hanya masalah kecil, merambatnya malah ke mana-mana. Jadi, biarkanlah ... biarkan dia mengambil keputusan untuk sementara waktu.

"Pulanglah ke rumah orang tuamu, instrospeksi dirimu dulu. Setelah kau tenang silakan kembali lagi ke rumah ini," ucapku lalu melangkah ke luar kamar.

*

"Nggak diajarin sopan santun itu cewek, Bu. Kesel banget Sarah sama dia." Saat melangkahkan kaki ke dapur kembali kudengar suara omelan Mbak Sarah.

"Sudahlah, Mbak. Wajar saja Alya begitu, Mbak bicaranya terlalu kasar pada Alya," ujarku muncul di belakang mereka.

"Hus, Andi. Kenapa kamu bilang gitu sama mbakmu, jangan terlalu dibela istrimu itu. Kalo kamu bela, itulah dia makin ngelunjak jadinya," ujar Ibu padaku.

"Bukan ngebela, Bu. Mbak Sarah tadi memang salah bicara, janganlah menyinggung soal anak di depan Alya." Aku berusaha berbicara selemah mungkin pada mereka berdua.

"Lho, tersinggung karena itu rupanya dia, Ndi. Lah, ngapain dia tersinggung, memang faktanya dia sampai sekarang nggak bisa kasih anak, kan. Mandul itu namanya," cerca Mbak Sarah.

Belum sempat aku menjawab, terdengar langkah kaki yang dihentak-hentakkan.

Rupanya Alya sudah selesai dengan kopernya.

Tanpa menoleh lagi, ia langsung membuka pintu rumah.

"Heh, Alya! Nggak sopan kamu ya sekarang!" bentak Mbak Sarah sambil berlari menghampiri Alya.

Aku mengembuskan napas, kapan selesainya kalo begini terus, pikirku.

"Aww, sakit!" terdengar teriakkan dari luar.

"Alya! Kamu apakan Mbak Sarah?" ujarku langsung melepas genggaman erat tangan Alya pada rambut Mbak Sarah.

"Menantu kurang ajar kamu ya!" Tangan ibu melayang di udara.

"Sudah kubilang, cukup suamiku yang menampar dan menyakitiku. Kalian, tidak pantas menyentuhku bahkan sampai membuat badan ini berbekas akibat luka!" ucap Alya penuh penekanan.

"Alya! Makin kurang ajar kamu ya!" geramku padanya.

"Tunggu surat dari pengadilan menghampirimu, setelah itu jangan harap aku akan sudi melihatmu lagi," ujar Alya penuh penekanan.

Ia menyeret kopernya, lalu sebuah motor datang menghampiri Alya.

"Alya! Kau harus ingat, aku membolehkanmu pergi agar kau bisa menenangkan pikiran! Sampai kapan pun tak akan ada kata pisah dan cerai dalam pernikahan kita!" Teriakanku mengiringi kepergian Alya.

Entah dia mendengar atau tidak! Intinya sampai kapanpun, tidak akan ada perceraian dalam pernikahan kami.

Alya terlalu egois, jika harus sampai menjurus ke hal lebih jauh. Dia pikir mempertahankan pernikahan empat tahun ini gampangkah.

Alya terlalu gegabah dalam mengambil keputusan, terlihat sekali sifatnya yang kekanak-kanakan.

-

-

-

Next?

Terima kasih sudah berkenan mampir🥰🥰 bantu subscribe yaa. Ditunggu like, komen, dan subscribenya. 🥰🥰🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
bagus jenggut aja biarr keras ,biar kapok ga semena mena lagi sm ipar.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   End!

    Andi datang ke rumahnya dengan wajah yang kusut."Andi ada apa?" tanya Sarah yang melihat wajah tak mengenakan yang ditampilkan Andi."Aku baru saja datang dari toko kue Alya. Mbak, kenapa kamu tak kapok-kapoknya datang untuk mengacaukan Alya. Kamu tau bukan, Alya sekarang sudah lebih bahagia. Andi bukannya apa-apa. Andi sekarang sudah sadar, seharusnya memang dari dulu mengikhlaskan Alya, mengapa begitu? Karena Andi baru mengetahui bahwa keluarga Andi adalah keluarga yang toxic. Harusnya Mbak Sarah sadar akan itu semua!" ucap Andi dengan tegas, dia memijit kepalanya yang terasa pusing."Mbak hanya tak senang melihat dia lebih bahagia dari kamu Andi, Mbak juga sudah terlanjur malu padanya. Apalagi sekarang Alya memiliki suami yang tampan bak seorang pangeran.""Jadi sebenarnya Mbak selama ini hanya iri kan pada Alya. Iri pada kehidupan Alya, sudahlah, Mbak. Meminta maaflah pada Alya, aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dan rencananya besok rumah ini akan kujual pada orang yang

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Pesan Berisi Ancaman!

    "Mbak, lihatlah, videomu yang sedang bertengkar tersebar di media sosial." Andi datang dengan wajah yang kusut. Rupanya kabar sang Kakak bertengkar dengan Alya sudah sampai ke telinganya.Bahkan dia melihat video itu sendiri. Matanya membulat sempurna kala Alya yang mempermalukan Kakak dan juga ibunya.Sarah yang melihat Andi datang dengan wajah kusut, mengubah ekspresinya menjadi terlihat menyedihkan."Mbak sakit hati, Dek. Padahal Mbak ke situ hanya ingin membeli kuenya, tapi dia malah mencaci maki, Mbak. Tak ada sambutan baik yang Mbak terima bersama Ibu." Sarah menangis terisak, tentunya itu hanya pura-pura. Semuanya dilakukan hanya untuk menarik empati dari Andi.Andi mengepalkan tangannya erat."Mentang-mentang sudah bukan menjadi istriku, dia semakin berani mempermalukan kalian. Harusnya dari awal kita tak perlu berbuat baik padanya. Rupanya selama ini rasa tulus cintaku dimanfaatkan oleh Alya untuk meluluhkan hati ini," ujar Andi yang terhasut dengan omongan sang Kakak. Matany

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Dendam

    "Ibu, pokoknya Sarah nggak bakalan diam aja, ya. Sarah udah dipermalukan di depan orang banyak, bahkan sampai ada yang menjadikan momen kejadian tadi. Mau taruh di mana muka Sarah, Bu," ujarku yang daritadi tak berhenti mondar-mandir sambil marah, jujur saja aku merasa sangat terhina di depan orang banyak tadi karena perlakuan mereka berdua. Alya benar-benar tak punya hati. Aku benci dia."Sudahlah, Sarah. Nanti akan kita pikirkan bagaimana caranya membalas perlakuan mereka yang udah bikin kamu malu. Kamu tenang saja, mungkin saat ini mereka masih bisa berbahagia, tapi tidak untuk nanti. Kamu tenang saja, Ibu juga sangat merasa malu karena perlakuan mereka tadi kepadamu." Ibu meminum kopi dalam gelasnya. Ia terlihat sangat tenang, seperti sudah ada sebuah rencana yang disusun oleh Ibu."Tapi, Bu, tetap saja Sarah tak bisa tenang. Bagaimana jika ada yang menyebarkan video itu. Iiiiiih! Sarah benar-benar kayak orang gila tau nggak sekarang, Bu. Tadi tuh pengen banget rasanya ngegampar mu

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Jangan Mendahului Takdirnya!

    "Sayang, sekarang udah sepi ini. Ayo pulang," ucap Nandar sambil memegang telapak tangan Alya."Iya, sebentar lagi, Mas. Aku beresin dulu ini," ucap Alya sambil melepas genggaman dari Nandar. Bergegas ia membereskan tempat kue dan membersihkan sisanya."Mas, Alya tiba-tiba pengen bikin makanan juga. Makanan yang cepat saji itu lho, siapa tau ada yang mau makan siang atau buat sarapan dan bawa pulang ke rumahnya, 'kan," ujar Alya pada Nandar."Mas mau ngelarang kamu kerja, tapi Mas juga nggak mungkin biarin kamu kesepian di rumah. Apapun yang kamu inginkan, pasti bakalan Mas turutin selagi itu bernilai baik," ujar Nandar pada Alya. Ia menatap Alya dengan penuh cinta."Alhamdulillah, kira-kira menurut, Mas, bagusnya mulai kapan aku membangun usahanya?" tanya Alya pada Nandar. Dulu, sebelum menikah tempatnya sharing adalah Bahrul dan juga Aini. Namun setelah menjadi istri seorang Nandar, maka Nandarlah tempat untuk ia menuangkan pendapat."Setelah kita pulang bulan madu," jawab Nandar sa

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Ngeselin tapi Bikin Sayang!

    "Ngeselin banget sih mereka, Kak, pengen Aini jambak-jambak aja tadi. Ada ya manusia kayak gitu hidup di dunia ini," omel Aini yang terus menerus. Tidak nyaring, hanya saja terlihat sekali geram di matanya."Ya ada, Dek, lah itu orangnya tadi baru aja kan bersikap kayak tadi. Udah nggak usah diambil hati, bikin nambah beban pikiran aja. Cukup didiemin aja dia mah orang kayak gitu, kalo kita ladenin apa bedanya kan sama dia," jawabku padanya. Terlihat sekali pancaran emosi dari mata adikku Aini."Iya juga sih, Kak, tapi tetap aja kalo nggak diladeni rasa dongkol dalam hati Aini tuh makin menggebu-gebu ngeladani manusia tak tahu malu seperti dia tuh. Kenapa dulu, ya, bisa-bisanya Kakak punya mertua dan kakak ipar seperti dia. Haduh! Untung saja Kakak sudah lepas dari benalu-benalu seperti mereka." Aini berucap sambil mengedikkan bahunya, seperti orang yang takut.Entahlah, jika aku bilang tak tahu, mustahil, karena dari awal sebelum nikah aku juga sudah tahu bahwa keluarga Andi sama seka

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG   Kurang Ajar!

    "Bu, aku dengar-dengar di daerah **** jl *** ada toko kue yang baru-baru buka lho, katanya kuenya enak. Aneka ragam kue dijual di toko itu, beli yuk," ucap Sarah pada IbunyaSaat ini aku dan Ibu sedang duduk bersantai di depan televisi, sedangkan adikku Andi berangkat bekerja. Karena dia sudah lama cuti."Emang beneran enak apa?" tanya sang Ibu yang mulai ikut andil dalam percakapan."Aku lihat sih di faceb**k dan juga W******p sih gitu, Bu, ini lho lihat. Sampe banyak banget Anggi teman aku beli," ujar Sarah lagi pada sang Ibu."Mana, coba Ibu lihat," jawab sang Ibu lalu duduk mendekati Sarah anaknya."Enak sih ini, apalagi kue ini lho, lama sekali Ibu nggak makannya. Ayolah kita beli di sana, pakai motor bisa kan kamu?" "Bisa dong, Bu, sebentar Sarah siap-siap dulu." Merek berdua lalu bersiap-siap untuk pergi ke toko yang sudah ditentukan.****"Benar ini tempatnya?" tanya Sang Ibu melihat toko yang ramai pengunjung."Dari alamat yang tertera sih, kayaknya benar ini Bu alamatnya," j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status