"Berpisah?" tanya Mbak Sarah dengan wajah mengejek.
"Yakin kamu mau cerai dari Andi?" Tawa Mbak Sarah menggelegar memenuhi ruang tamu."Bisa apa kamu di luar sana, hah?" Mbak Sarah maju sambil menatap mendorong bahu Alya pelan."Di sini aja kamu nyusahin, nggak punya kerjaan. Di rumah santai berasa jadi nyonya, sok-sokan bilang mau pisah!" sentak Mbak Sarah pada Alya.Alya tertawa pelan. "Kau pikir saat aku berpisah dengan adikmu, aku akan hidup melarat di luaran sana, hah! Oh, mungkin kamu lupa, Mbak, aku masih punya orang tua yang sangat menyayangiku, lebih dari yang dilakukan adikmu. Bahkan sebelum adikmu ini hadir dalam hidupku, orang tuaku sudah menemani jatuh bangunnya diri ini saat ingin bangkit kembali!"Panjang lebar Alya menjawab ucapan Mbak Sarah."Kamu ...." Mbak Sarah ingin melayangkan tamparan. Namun tangannya langsung ditangkap oleh Alya."Cukup adikmu yang menamparku, jangan buat aku hilang kesabaran dan hilang rasa hormat terhadap keluarga kalian!" ujar Alya lalu menghempaskan tangan Mbak Sarah kasar."Dek!""Maksud kamu apa? Jangan dibesar-besarkan masalah begini, Al. Aku minta maaf karena tak sengaja menamparmu," ucapku hendak memegang tangannya. Akan tetapi langsung ditepis oleh Alya."Minta maaf?" Alya tertawa sebentar, tatapan matanya sudah tak teduh seperti dulu.Mengapa aku melihat Alyaku mulai berbeda."Gampang banget kamu ngomong, Mas. Kamu pikir dengan minta maaf bisa ngembaliin rasa percayaku sama kamu kayak dulu lagi?" ucapnya penuh penekanan."Asal kamu tau ya, Mas. Selama ini aku bertahan karena aku merasa bahwa aku mencintaimu. Namun, semakin ke sini kok rasanya perubahan dalam diri kamu semakin menjadi.""Semua kesalahan kamu anggap aku yang melakukan, kamu melarangku menghina keluargamu! Lalu apa kabar dengan mereka yang menyakitiku di belakangmu!" bentak Alya dengan nyaring.Sorot matanya menampilkan amarah yang tak terkendali."Heh! Jangan ngomong sembarangan kamu ya! Sejak kapan kami menyakitimu, hah!""Ibu lihatlah menantimu ini, semakin ke sini kok semakin ngelunjak. Keenakan kamu ya numpang hidup sama adikku, nggak tau diri banget jadi adik ipar!" bentak Mbak Sarah.Aku langsung memegang lengan Alya dan membawanya menjauh dari Ibu dan juga Mbak Sarah.*Di dalam kamar suasana serasa mencekam."Apa? Kamu mau nyalahin aku lagi?" tanya Alya dengan nada menantang."Dek! Tolong ngertiin posisi Mas, kamu tau kan, selama ini Mbak Sarah sangat berjasa dalam hidupku," ucapku padanya."Lalu, jika dia berjasa kamu harus menjadi kerbau yang dicucuk hidungnya, begitukah, Mas?""Dek!!""Lihatlah, bahkan sekarang kamu berani membentakku, Mas. Mana lemah lembutmu dulu, saat pertama kali datang melamarku. Kenapa kamu dan keluargamu berubah saat aku sudah menjadi menantu di keluarga ini, mana sikap manis kalian dulu, hah!" teriaknya nyaring."Alya! Cukup! Kamu pikir aku tak bisa marah denganmu, hah! Sikapmu sudah di luar batas kendali, Mbak Sarah dan Ibu wajar mereka marah. Mereka baru sampai dari kampung Mbak Sarah, datang ke sini niatnya ingin menyegarkan pikiran. Tapi lihat apa yang terjadi, kamu malah membuat perasaan mereka hancur berantakan!" bentakku pada Alya.Habis sudah kesabaranku padanya.."Apa kamu bilang?! Aku membuat perasaan mereka hancur, lalu kamu ke mana, hah?" tanya Alya sambil memukul dadaku."Ke mana kamu waktu istrimu ini dihina, dicaci maki di depan matamu. Ke mana, hah? Oh iya lupa, keluargamu kan punya hati tapi nggak punya nurani," ucapnya yang membuatku semakin emosi."Apa? Mau nampar lagi, tampar! Biar sekalian menambah bukti di pengadilan kalo kamu melakukan KDRT!" ucap Alya padaku.Tatapan mata kami berdua sama-sama tajam, mengisyaratkan emosi yang tak beraturan."Kalo kamu memang sudah tidak mencintaiku, buktikan! Buktikan padaku bahwa kamu memang sudah hilang rasa," ucapku menantangnya."Sakiti aku, Alya!" ucapku padanya.Alya menatapku, senyuman tipis ke luar dari bibirnya.Plak!!Tanpa diduga ia langsung melayangkan tamparan keras di pipi.Plak!!Sekali lagi, kedua pipiku ditamparnya dengan tanpa ampun."Bagaimana apa ini masih belum cukup?" tanya Alya padaku."Jika membunuh tidak berdosa dan tidak masuk penjara. Orang pertama yang akan kulenyapkan adalah kakak iparku," bisiknya di telinga. Namun membuatku membeku seketika.Ini ... ini bukan Alya yang kukenal."Tapi aku tidak bodoh, Mas. Bahkan kartu AS kakakmu berada padaku, aku bisa saja menghancurkan dia kapanpun yang kumau," ucapnya lagi penuh penekanan.Brugh!Aku terjatuh karena dorongan kuat yang diberikan, Alya."Aku bisa jadi jahat! Tergantung bagaimana cara kalian memperlakukanku."---Next?Terima kasih, bantu subscribe ya semuanya ❤️❤️❤️Andi datang ke rumahnya dengan wajah yang kusut."Andi ada apa?" tanya Sarah yang melihat wajah tak mengenakan yang ditampilkan Andi."Aku baru saja datang dari toko kue Alya. Mbak, kenapa kamu tak kapok-kapoknya datang untuk mengacaukan Alya. Kamu tau bukan, Alya sekarang sudah lebih bahagia. Andi bukannya apa-apa. Andi sekarang sudah sadar, seharusnya memang dari dulu mengikhlaskan Alya, mengapa begitu? Karena Andi baru mengetahui bahwa keluarga Andi adalah keluarga yang toxic. Harusnya Mbak Sarah sadar akan itu semua!" ucap Andi dengan tegas, dia memijit kepalanya yang terasa pusing."Mbak hanya tak senang melihat dia lebih bahagia dari kamu Andi, Mbak juga sudah terlanjur malu padanya. Apalagi sekarang Alya memiliki suami yang tampan bak seorang pangeran.""Jadi sebenarnya Mbak selama ini hanya iri kan pada Alya. Iri pada kehidupan Alya, sudahlah, Mbak. Meminta maaflah pada Alya, aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dan rencananya besok rumah ini akan kujual pada orang yang
"Mbak, lihatlah, videomu yang sedang bertengkar tersebar di media sosial." Andi datang dengan wajah yang kusut. Rupanya kabar sang Kakak bertengkar dengan Alya sudah sampai ke telinganya.Bahkan dia melihat video itu sendiri. Matanya membulat sempurna kala Alya yang mempermalukan Kakak dan juga ibunya.Sarah yang melihat Andi datang dengan wajah kusut, mengubah ekspresinya menjadi terlihat menyedihkan."Mbak sakit hati, Dek. Padahal Mbak ke situ hanya ingin membeli kuenya, tapi dia malah mencaci maki, Mbak. Tak ada sambutan baik yang Mbak terima bersama Ibu." Sarah menangis terisak, tentunya itu hanya pura-pura. Semuanya dilakukan hanya untuk menarik empati dari Andi.Andi mengepalkan tangannya erat."Mentang-mentang sudah bukan menjadi istriku, dia semakin berani mempermalukan kalian. Harusnya dari awal kita tak perlu berbuat baik padanya. Rupanya selama ini rasa tulus cintaku dimanfaatkan oleh Alya untuk meluluhkan hati ini," ujar Andi yang terhasut dengan omongan sang Kakak. Matany
"Ibu, pokoknya Sarah nggak bakalan diam aja, ya. Sarah udah dipermalukan di depan orang banyak, bahkan sampai ada yang menjadikan momen kejadian tadi. Mau taruh di mana muka Sarah, Bu," ujarku yang daritadi tak berhenti mondar-mandir sambil marah, jujur saja aku merasa sangat terhina di depan orang banyak tadi karena perlakuan mereka berdua. Alya benar-benar tak punya hati. Aku benci dia."Sudahlah, Sarah. Nanti akan kita pikirkan bagaimana caranya membalas perlakuan mereka yang udah bikin kamu malu. Kamu tenang saja, mungkin saat ini mereka masih bisa berbahagia, tapi tidak untuk nanti. Kamu tenang saja, Ibu juga sangat merasa malu karena perlakuan mereka tadi kepadamu." Ibu meminum kopi dalam gelasnya. Ia terlihat sangat tenang, seperti sudah ada sebuah rencana yang disusun oleh Ibu."Tapi, Bu, tetap saja Sarah tak bisa tenang. Bagaimana jika ada yang menyebarkan video itu. Iiiiiih! Sarah benar-benar kayak orang gila tau nggak sekarang, Bu. Tadi tuh pengen banget rasanya ngegampar mu
"Sayang, sekarang udah sepi ini. Ayo pulang," ucap Nandar sambil memegang telapak tangan Alya."Iya, sebentar lagi, Mas. Aku beresin dulu ini," ucap Alya sambil melepas genggaman dari Nandar. Bergegas ia membereskan tempat kue dan membersihkan sisanya."Mas, Alya tiba-tiba pengen bikin makanan juga. Makanan yang cepat saji itu lho, siapa tau ada yang mau makan siang atau buat sarapan dan bawa pulang ke rumahnya, 'kan," ujar Alya pada Nandar."Mas mau ngelarang kamu kerja, tapi Mas juga nggak mungkin biarin kamu kesepian di rumah. Apapun yang kamu inginkan, pasti bakalan Mas turutin selagi itu bernilai baik," ujar Nandar pada Alya. Ia menatap Alya dengan penuh cinta."Alhamdulillah, kira-kira menurut, Mas, bagusnya mulai kapan aku membangun usahanya?" tanya Alya pada Nandar. Dulu, sebelum menikah tempatnya sharing adalah Bahrul dan juga Aini. Namun setelah menjadi istri seorang Nandar, maka Nandarlah tempat untuk ia menuangkan pendapat."Setelah kita pulang bulan madu," jawab Nandar sa
"Ngeselin banget sih mereka, Kak, pengen Aini jambak-jambak aja tadi. Ada ya manusia kayak gitu hidup di dunia ini," omel Aini yang terus menerus. Tidak nyaring, hanya saja terlihat sekali geram di matanya."Ya ada, Dek, lah itu orangnya tadi baru aja kan bersikap kayak tadi. Udah nggak usah diambil hati, bikin nambah beban pikiran aja. Cukup didiemin aja dia mah orang kayak gitu, kalo kita ladenin apa bedanya kan sama dia," jawabku padanya. Terlihat sekali pancaran emosi dari mata adikku Aini."Iya juga sih, Kak, tapi tetap aja kalo nggak diladeni rasa dongkol dalam hati Aini tuh makin menggebu-gebu ngeladani manusia tak tahu malu seperti dia tuh. Kenapa dulu, ya, bisa-bisanya Kakak punya mertua dan kakak ipar seperti dia. Haduh! Untung saja Kakak sudah lepas dari benalu-benalu seperti mereka." Aini berucap sambil mengedikkan bahunya, seperti orang yang takut.Entahlah, jika aku bilang tak tahu, mustahil, karena dari awal sebelum nikah aku juga sudah tahu bahwa keluarga Andi sama seka
"Bu, aku dengar-dengar di daerah **** jl *** ada toko kue yang baru-baru buka lho, katanya kuenya enak. Aneka ragam kue dijual di toko itu, beli yuk," ucap Sarah pada IbunyaSaat ini aku dan Ibu sedang duduk bersantai di depan televisi, sedangkan adikku Andi berangkat bekerja. Karena dia sudah lama cuti."Emang beneran enak apa?" tanya sang Ibu yang mulai ikut andil dalam percakapan."Aku lihat sih di faceb**k dan juga W******p sih gitu, Bu, ini lho lihat. Sampe banyak banget Anggi teman aku beli," ujar Sarah lagi pada sang Ibu."Mana, coba Ibu lihat," jawab sang Ibu lalu duduk mendekati Sarah anaknya."Enak sih ini, apalagi kue ini lho, lama sekali Ibu nggak makannya. Ayolah kita beli di sana, pakai motor bisa kan kamu?" "Bisa dong, Bu, sebentar Sarah siap-siap dulu." Merek berdua lalu bersiap-siap untuk pergi ke toko yang sudah ditentukan.****"Benar ini tempatnya?" tanya Sang Ibu melihat toko yang ramai pengunjung."Dari alamat yang tertera sih, kayaknya benar ini Bu alamatnya," j