Setahun kemudian, pembangunan hotel milik Abe telah rampung dan beroperasi. Kondisi hotel selalu ramai setiap akhir pekan karena banyaknya pengunjung yang berlibur ke daerah tersebut berkat alamnya yang masih sejuk dan jauh dari polusi. Perkebunan teh terbentang luas memanjakan mata dan bisa dilihat dari hotel tersebut serta taman bunga yang sengaja dirancang dan menyatu dengan hotel sebagai tempat rekreasi.
Di Jakarta, Abe tentu sibuk menjalankan usaha lain serta banyak berdiskusi dengan ibunya, Mariana, yang memiliki pengalaman jauh lebih mumpuni. Rencananya, Abe akan kembali membangun hotel di daerah Kalimantan, tapi lokasinya masih belum ditentukan karena masih melakukan beberapa survey di beberapa tempat, sehingga akhir-akhir ini Abe yang masih setia ditemani oleh Ayman mondar-mandir ke Kalimantan.Untuk hotel yang ada di Sukamekar di mana Ayumi berada, Abe sudah tak pernah berkunjung ke sana sekitar enam bulan lalu karena sibuk mengurus pekerjaan lain, dan hanya AymaMenunggu remaja itu kembali membeli jualan Ayumi, Ayman nampak senyum-senyum sendiri melihat hasil jepretan kamera handphone, di mana terlihat jelas wajah Ayumi yang akan dia jadikan kandidat calon istri untuk Abe. Tak berapa lama, remaja itu akhirnya kembali dengan kedua tangan berisi semua jenis dagangan yang Ayumi jual."Ini, Om, pesanannya!" seru remaja tersebut sambil menyodorkan dua kantong plastik yang ada di tangannya."Widiiiih! Mantap benerrrr!" seru Ayman senang menerimanya dengan senyum cerah."Terus punyamu mana?" kata Ayman bingung."Lagi dibuatin sama Kak Ayu, yang penting punya Om duluan," sahutnya jujur."O, gitu. Terus namamu siapa?" kata Ayman lagi."Nama saya Guntur, Om!" sahutnya cepat sambil memamerkan gigi putihnya."Nama saya Ayman. Terima kasih, ya, Gun. Saya pergi dulu dan kapan-kapan kita ngopi bareng, ya!" ucap Ayman sebelum pamit."Beres, Om. Terima kasih traktirannya. Hati-hati!" ucap Guntur yang diangguki Ayman s
Dua jam sudah berlalu, Mariana sudah bersiap untuk segera berangkat. Wajah penuh senyum terus terukir bersama langkahnya keluar kamar dan menuruni anak tangga untuk segera bertemu Ayman yang rupanya sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton tv. Ketika mata Ayman mendapati Mariana sudah rapi, sebuah senyum kebahagiaan terbit di wajah Ayman."Ayo, Man. Tante sudah siap nih!" ajak Mariana mengulas senyum."Ok, Tan. Acara lamaran siap dilaksanakan!" sahut Ayman penuh antusias.Mbok Inem yang sedang lewat ruangan tersebut hanya memandang tak paham apa yang akan dilakukan majikanannya, hingga Mariana bersuara kepadanya."Mbok, saya pergi dulu, ya. Doakan urusan kali ini sukses!" seru Mariana memohon doa restu."Ibu mau ke mana?" sahut Mbok Inem bingung."Saya mau melamar anak gadis di desa ini untuk Abe. Doakan, ya, Mbok. Semoga tak ditolak!" kata Mariana sumringah dan berharap doa."Yang benar, Bu? Ya Allah semoga diterima lamarannya, ya. Mb
Dengan ringannya sebuah tamparan dilayangkan oleh Yulia setelah mendengarkan pengakuan Ayman barusan. Benar, Yulia menampar pipi Ayman dengan keras, hingga nampak sudut bibirnya mengelurkan bercak darah. Yulia berdiri menatap tajam Ayman yang diam membisu kini. Sedangkan Ayumi menutup mulutnya karena kaget dengan apa yang dilakukan oleh ibunya."Bisa-bisanya kamu lakukan itu pada anakku! Apa kamu tak punya hati, huh?" bentak Yulia masih menatap tajam Ayman yang kini tertunduk sambil memegang pipinya karena terasa panas."Apa salah anakku sampai kalian tega melakukan hal itu? Setelah masa depannya hancur, kalian dengan teganya membuang dia di perkebunan seperti itu. Jelaskan apa salah anakku sekarang!" bentak Yulia masih berdiri dan menunjuk pada wajah Ayman yang masih tertunduk tanpa kata.Baik Mariana dan Ayumi tak mampu berkata karena ikut kaget melihat reaksi Yulia mendengar pengakuan Ayman serta tak terima. Perlahan tangan Ayumi meraih lengan Yulia dan menariknya
Setelah mengganti pakaian dan mengenakan parfume yang memanjakan hidung, sekitar jam 9 Abe bertolak ke bandara untuk menjemput Mariana. Menunggu sambil minum kopi di sebuah resto kecil di bandara, Mariana pun tiba dan bertemu dengan Abe yang sudah menunggu dengan setia."Hallo, anak Mamaaaa!" katanya berjalan menghampiri dan langsung memeluk Abe yang mengulas senyum iritnya."Ayman mana, Ma? Tak ikut pulang?" tanya Abe karena tak melihat sepupu begajulannya itu."Dia pulang besok karena masih ada yang harus dia kerjakan!" jawab Mariana yang hanya diangguki oleh Abe.Sejujurnya, Ayman diperintahkan oleh Mariana untuk tetap mengawasi Ayumi dan ibunya agar tak kekurangan apa pun di desa. Selain itu, Ayman akan menunggu perintah dari Mariana untuk mempersiapkan segala sesuatunya kelak menyangkut pernikahan yang rencananya akan digelar di desa, tapi untuk tempatnya masih menunggu jawaban dari pihak Ayumi."Ya sudah, yuk, kita pulang! Mama capek ingin cepat mandi
"Karena kamu sudah dapat enak dari Ayumi!" ucap Mariana akhirnya dengan suara kencang dan tegas sambil bersilang tangan di dada. Abe bergeming, kedua pangkal alisnya berkerut dengan mata memicing menatap Mariana terus menerus."Dapat enak apaan sih, Ma?" sahut Abe terdengar datar dengan raut bingungnya."Mama tanya, enak gak berhubungan badan sama Ayumi?" tanya Mariana dengan nada menyelidik."Hah?" gumam Abe dengan wajah bodoh serta mulut menganga."Enak gak?" ulang Mariana menatap kesal pada Abe yang mendadak lemot."Maksud Mama apaan sih? Bingung Abe!" kesal Abe yang sudah lelah meladeni Mariana karena tak jelas sejak semalam."Jawab saja cepat. Enak gak?" cicit Mariana lagi dengan mata galaknya."Mana tahu, Ma. Abe ketemu dia saja belum pernah, apalagi sentuh dia. Ada-ada saja pertanyaannya nih, Mama!" oceh Abe kesal sambil memutar bola mata malas dan menyandarkan punggungnya. Mariana terdiam dan berpikir. Dia lupa satu hal kalau Abe melakukann
Di desa Sukamekar, Ayman baru saja selesai mandi setelah melihat mesin mobil di pelataran rumah. Rencananya, Ayman akan berkunjung ke rumah Ayumi untuk sekedar berkunjung dan mencicipi masakan Ayumi yang super enak. Tugas dari Mariana untuk mempersiapkan rencana pernikahan sudah dijalankan dan hanya tinggal fitting baju untuk akad yang sudah dipilihkan Mariana dan akan tiba esok hari. Wajah Ayman begitu sumringah karena beban berat yang dipikul selama setahun laksana sebuah bisul akhirnya pecah juga. Langkahnya santai menuruni anak tangga sambil bersiul menandakan jika hatinya sedang bahagia. Namun, baru saja beberapa langkah menuju ruang tamu, tiba-tiba sebuah pukulan kuat mendarat di pipi Ayman yang langsung membuatnya tersungkur.'Brak'Tubuh Ayman terhuyung menghantam meja dan tergeletak di lantai. Tampak Ayman meringis menahan sakit pada wajahnya yamg sudah memar dan mengeluarkan bercak darah. Belum sempat bangun, tiba-tiba kerah bajunya ditarik kuat oleh sosok pria y
Hari berganti hari, kini tibalah hari di mana Abe akan melakukan ijab qabul dan menjadikan Ayumi istri yang halal baginya. Baik Abe dan Ayumi sudah rapi dengan baju pengantin yang sudah disiapkan khusus oleh Mariana menggunakan jasa perancang busana pengantin terkenal. Coraknya sangat sederhana, tapi denga harga fantastis tentunya. Saat ini, Abe sudah duduk tegap di depan penghulu serta para saksi yang akan mengabadikan momen berharga pada setiap pasangan yang melangsungkan pernikahan. Wajah Abe yang begitu tampan terlihat sangat tenang dan tak ada gurat gugup yang biasanya melanda pengantin pria, hingga suara tegas Abe terdengar begitu jelas ketika mengucapkan ijab qabul."SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINYA, AYUMI CAHYANI BINTI ALMARHUM BUDIMAN DENGAN MAS KAWIN SEPERANGKAT ALAT SHOLAT DIBAYAR TUNAI."Para saksi saling bertukar pandang, hingga beberapa detik kemudian suara yang membawa angin segar akhirnya terucap."SAH!"Seruan para saksi pertanda ikrar tersebu
Sholat bersama pasangan pengantin baru telah usai dilaksanakan. Ayumi sedang melipat mukena dan sajadah, lalu meletakkannya di meja dekat ranjang. Sedangkan Abe berjalan menghampiri nakas dan meraih handphone yang sedang diisi daya, lalu melepasnya. Tak ada pembicaraan apa pun yang terjadi antara keduanya, seolah tak ada kehidupan di kamar besar itu. Abe terlihat biasa saja dan ketika bertemu pandang dengan Ayumi pun seolah tak melihat apa-apa. Ayumi berdiri memperhatikan Abe dan sungkan pula untuk bertanya. Namun, walaupun hatinya berat, akhirnya Ayumi memutuskan untuk berbicara pada suaminya tersebut."Kak!" seru Ayumi."Tidurlah. Aku akan menyusul setelah menyelesaikan pekerjaanku yang terabaikan karena pernikahan aneh ini!" sahut Abe tanpa menatap Ayumi yang terluka dengan ucapannya dan meninggalkan dia menuju sofa.Ayumi bergeming dengan wajahnya yang berubah sendu. Tangannya menyentuh dada yang mendadak sakit. Sakit karena ucapan seorang suami yang untuk pertama