Share

IZINKAN AKU MENDUA
IZINKAN AKU MENDUA
Penulis: Aina D

Bab 1. Kiriman Video

Kurebahkan tubuhku di ranjang pengantin setelah kelelahan karena seharian ini menyalami tamu undangan. Sedangkan Dewi, istri yang baru saja kunikahi tadi pagi masih berkumpul bersama keluarga besarnya di ruang tengah rumah mewah ini.

Kupejamkan mata sambil menikmati aroma  bunga melati yang menghiasi kamar Dewi yang juga menjadi kamar pengantin kami. Kuhela menghela nafas panjang-panjang sambil membayangkan semua peristiwa yang telah kulalui hingga berada di sini, di sebuah kota yang jauh keluargaku, kota tempat di mana aku ditugaskan.

Dewi Puspita Sari, gadis cantik molek yang baru saja kunikahi itu memang mempunyai kekurangan. Karena kekurangannya itulah ayahnya harus turun tangan langsung dalam mencarikan jodoh untuk putri tunggalnya, hingga akhirnya mempercayakan putri kesayangannya itu padaku. Aku tersenyum membayangkan bahwa ini akan menjadi malam pertamaku dengannya, gadis yang begitu lembut dan penurut. Setidaknya begitulah penilaianku terhadapnya sejak mengenalnya kurang lebih 3 bulan yang lalu.

Namun bayangan seseorang dengan 2 orang bocah lucu yang selalu menunggu kepulanganku mampu menghapus semua senyum di wajahku begitu saja. Ada rasa bersalah di dalam dadaku ketika wajah itu hadir menggantikan wajah Dewi dan indahnya malam pertama yang tadinya menari-nari di depan mataku. Dengan malas aku bangkit lalu mencari gawaiku yang tadi kuletakkan di dalam laci meja saat aku menjalani ritual akad nikah yang dirangkai dengan resepsi dengan panggung yang lumayan megah di pelataran rumah yang luas milik orangtua Dewi ini.

Kutekan tombol ON dan menyalakan ponselku yang memang sengaja ku-nonaktif-kan seharian ini. Beberapa pesan langsung masuk di Applikasi hijau ketika ponselku telah menyala dengan sempurna. Beberapa pesan dari grup kompi, lalu pesan dari nomor yang kusimpan dengan nama “My Wife” di ponselku.

Aku terkesiap ketika membuka pesan dari nomor itu, kakiku terasa lemas dan tak sanggup lagi menahan berat tubuhku ketika aku membuka beberapa foto yang dikirim olehnya. Foto-foto pernikahanku dengan Dewi!

[Ini kamu kan, Bang?]

[Ini beneran Abang?]

[Aku menunggu penjelasan Abang!]

[Aku nggak terima Abang mengkhianatiku!]

Aku semakin terhuyung dan jatuh terduduk di lantai kamar ketika membuka sebuah video. Video saat aku mengucapkan akad nikah tadi dan di dalam video itu terdengar sangat jelas suara dari Paman Dewi yang menjadi wali nikah tadi menyebut nama lengkapku ketika pria itu menjabat tanganku dengan pasti dan menyerahkan keponakannya untuk menjadi istriku.

[Tadinya aku berharap itu bukan Abang, tapi video ini sudah menjelaskan semuanya. Kenapa, Bang? Apa salahku? Apa yang kurang dari Hannan? Kenapa Abang tega mengkhianati pernikahan kita?]

Jantungku berdetak kencang. Maysa Hannan, istri yang telah memberiku dua orang anak ternyata telah mengetahui pernikahanku ini. Ia mengetahuinya bahkan di hari pertama aku menduakannya. Tapi dari mana Hannan memperoleh semua foto-foto dan video itu? Bahkan disaat aku belum menikmati malam pertamaku bersama wanita yang kini menjadi madunya.

“Mas, makan dulu, yuk.” Suara lembut itu menyapaku dengan senyum manisnya dari depan pintu kamar.

“I- iya, Wi. Sebentar lagi Mas nyusul ya. Mas mau ganti baju dulu,” jawabku.

“Loh, jadi Mas dari tadi di dalam kamar ngapain aja? Kok baru mau ganti baju sekarang?”

“Mas nungguin kamu dari tadi, jadi lupa ganti pakaian.” Aku menggodanya. Toh, ia hanya bisa mendengar suaraku dan tak bisa melihat ekspresi panik yang tergambar di wajahku setelah membaca pesan dari Sandra tadi.

“Ah, Mas Randy bisa aja. Ya udah, Dewi tunggu di meja makan ya,” ucapnya dengan wajah merah merona tersipu malu kemudian berlalu dari depan pintu kamar.

Ya, Dewi Puspita Sari, gadis yang baru saja kunikahi itu hanya bisa mendengar suaraku, tanpa bisa melihat wajahku. Karena ia adalah seorang gadis tuna netra!

***

Namaku Maysa Hannan. Ibu rumah tangga yang sehari-hari disibukkan mengurus 2 orang anak. Putraku yang pertama, Zaid Putra Maulana, sudah berusia 7 tahun dan kini duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Sedangkan putraku yang kedua, Zayn Putra Maulana baru berusia 2 tahun.

“Bun! Bunda!” Suara Zaid memanggil-manggilku ketika aku sedang memasak di dapur.

“Ada apa, Nak? Udah belajarnya?” tanyaku saat melihat putra sulungku itu menyodorkan ponsel padaku.

Zaid memang sedang mengikuti pembelajaran online menggunakan ponselku. Hal yang tengah dialami oleh semua murid di negara yang sedang dilanda pandemi ini.

“Belum selesai belajarnya, Bun. Tapi tadi ada yang kirim pesan ke HP Bunda.” Zaid berucap sambil menggeser-geser layar ponselku.

“Ini, Bun. Foto Ayah menikah,” lanjutnya sambil terkekeh geli.

Aku mengeryitkan keningku dan segera mengambil ponselku dari tangannya.

DEGG!!!

Jantungku serasa berhenti berdetak. Bukankah itu Bang Randy suamiku? Mengapa ia berbalut baju pengantin putih-putih dan berdiri berdampingan dengan seorang wanita yang juga memakai kebaya putih?

Lalu dengan tangan gemetar aku membuka beberapa foto lainnya. Tidak salah lagi, dari berbagai sudut pengambilan foto memang sangat jelas jika itu adalah Bang Randy, suamiku.

Baru saja aku hendak membalas pesan dari nomor yang tak kukenal itu, ketika sebuah video kembali terkirim lewat applikasi hijau di ponselku.

Video pernikahan suamiku! Dengan lantang lelaki yang sudah memberiku 2 orang putra itu mengucapkan ijab kabul pada seorang gadis yang terlihat duduk menunduk dengan khidmat di sampingnya.

“Bun ... Bunda kenapa?” tanya putra sulungku panik ketika melihatku luruh terjatuh ke lantai.

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tiara
bagus ceritanya ttg pernikahan
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
semoga samawa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status