Share

Fitnah Rouku

Author: Nooraya
last update Last Updated: 2024-04-21 12:59:05

“Kak Rouku?”

“Apa yang kau sembunyikan?” tanya Rouku.

“Tidak ada,” jawab Bai Jia.

“Tunjukkan padaku!”

Rouku mengulurkan tangannya untuk meminta barang yang disembunyikan Bai Jia. Namun, Bai Jia justru memalingkan wajahnya.

“Tidak,” jawab Bai Jia tegas.

“Berani kau sekarang padaku?”—Rouku kesal mendapat perlawanan dari orang yang selama ini ia tindas—“sekarang sudah tidak ada kakek guru yang bisa menolongmu, jadi jangan macam-macam padaku! ... kemarikan!”

Rouku berusaha merampas pedang yang terbungkus pakaian Bai Jia itu, akan tetapi Bai Jia terus menghindarinya. Pada akhirnya pertarungan kecil pun tidak terelakkan.

Sejak pertarungan siang tadi Rouku penasaran dengan kemampuan Bai Jia sekarang. Berhubung ada kesempatan, Rouku ingin sekali mencoba mengujinya sendiri.

Meskipun yang dilakukan Bai Jia hanya menghindar, akan tetapi Rouku bisa merasakan perbedaan energi Bai Jia. Energi itu asing bagi Rouku.

“Bagaimana dia mendapatkan tenaga dalamnya ini?” batin Rouku.

Bai Jia yang terus menghindar itupun terkesan mempermainkan Rouku. Harga diri Rouku terasa seperti diinjak.

“Jangan hanya menghindar, brengsek!”

Kesal, Rouku akhirnya mengeluarkan salah satu jurus andalannya, yang mana hal itu dapat langsung melukai Bai Jia. Sebenarnya bukan Bai Jia tidak tahu Rouku menggunakan jurus dan bukan pula Bai Jia tidak bisa menghindar, akan tetapi dia tidak mau terus melawan Rouku.

Bai Jia memilih untuk mengalah. Dia masih belum tahu apa yang terjadi padanya, jadi dia tidak mau gegabah melakukan sesuatu.

Bai Jia menerima serangan Rouku. Dia terhempas ke belakang dan jatuh tergeletak di tanah.

UHUK!

“Sekali tidak berguna tetaplah tidak berguna,” cemooh Rouku, “jangan karena berhasil mengalahkan orang-orang Diyu tadi lantas kau besar kepala, Bai Jia! kau tetaplah pembawa sial bagi Perguruan Lotus Putih. Aku sangat menyayangkan keputusan kakek guru yang begitu bodoh telah mempertahankanmu.”

“Jaga bicaramu!”

“Kenapa? kau tidak terima?”

“Jaga kesopananmu, Kak! meskipun kakek guru sudah tiada, dia tetap guru yang harus kita hormati.”

“Jadi banyak bicara rupanya kau sekarang, bagaimana kalau kau pergi saja menyusul kakek guru? sehingga kau bisa terus bersembunyi di balik ketiaknya.”

Rouku kembali menyerang Bai Jia dengan jurus tenaga dalamnya. Sementara itu, Bai Jia dengan amarah yang tertahan menutup mata dan menggenggam erat pedang di tangannya yang masih terbungkus kain.

Bai Jia berpikir untuk menerima serangan itu. Mungkin kematiannya memanglah hal terbaik untuknya dan orang-orang di sekitarnya.

Hanya saja, ketika ia memejamkan mata, Bai Jia dapat melihat dengan jelas wajah Tao Jin di saat-saat terakhir sebelum meninggal. “Tidak bisa,” batin Bai Jia sambil kembali membuka mata, “aku tidak boleh mati sebelum melenyapkan orang yang membunuh kakek guru.”

Bai Jia mengangkat pedang dalam genggamannya dan menggunakannya untuk menangkis serangan jurus dari Rouku. Hal tersebut menjadikan tubuh Rouku terpental dan menabrak batu di belakangnya.

HUK!

Rouku batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Sementara itu, Yue Er, Jin Hao dan murid-murid lain mulai berdatangan. Suara ribut Rouku dan Bai Jia mengundang rasa penasaran mereka untuk melihat.

“Kak Rouku!”—Yue Er menghampiri Rouku.

Melihat Rouku mengalami luka dalam, Jin Hao lantas menatap Bai Jia dan bertanya kepadanya. “Apa yang baru saja terjadi? bagaimana Rouku bisa terluka?”

“Guru ...,”—Bai Jia bingung bagaimana harus memulai untuk menjelaskannya.

“Bai Jia, jawab dengan jujur! sebenarnya dari mana saja kamu seharian kemarin? dari mana kamu mendapat kekuatan iblis itu?”

“Apa? kekuatan iblis?” batin Bai Jia.

Bai Jia syok mendengarnya. Tentu saja dia tidak tahu menahu mengenai hal itu.

“Aku ... aku tidak tahu, guru.”

“Bohong! kau pasti sudah bersekongkol dengan para iblis Diyu itu,” tuduh Rouku, “buktinya, ke mana kau saat mereka menyerang perguruan? jika kau bisa mengalahkan mereka, seharusnya kau datang lebih awal, tapi kau justru datang setelah semuanya binasa.

“Kau tiba-tiba datang bak pahlawan dengan energi gelapmu itu. Kau pasti telah bersekongkol dengan mereka, itulah alasan mengapa jenderal iblis Diyu bisa kabur saat bertarung denganmu. Kau pasti sengaja membiarkannya.”

Bai Jia geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa kakak seperguruannya memiliki pemikiran jahat seperti itu.

“Tidak, semua itu tidak benar, aku punya alasan kenapa aku baru muncul tadi dan dengan keadaanku seperti ini.”

“Kalau begitu katakan!” perintah Jin Hao.

“Guru, aku akan menceritakan semuanya, tapi tolong percaya padaku!”

Jian Hao diam sejenak untuk berpikir. Lalu, tidak lama kemudian ... “Kalian kembalilah ke gua!” perintahnya pada Yue Er dan yang lain.

“Guru,”—Yue Er ingin menyampaikan pendapatnya.

“Yue Er, obati luka Rouku! aku akan kembali setelah selesai bicara dengan Bai Jia.”

Yue Er tidak diberi kesempatan untuk berpendapat. Jin Hao berjalan memasuki hutan meninggalkan Yue Er dengan diikuti oleh Bai Jia.

“Yue Er, aku tidak percaya pada Bai Jia, aku akan mengikuti mereka,” ucap Rouku.

“Tidak, Kak, kamu terluka, biarkan aku mengobatimu. Aku yakin tidak akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap Guru Jin Hao,”—Yue Er beralih berucap dalam batin—“aku percaya pada Bai Jia, dia tidak mungkin menyakiti Guru Hao.”

Sebenarnya Rouku bukan khawatir pada gurunya, akan tetapi khawatir Bai Jia akan bicara macam-macam pada sang guru, sekalipun dia tahu gurunya akan tetap berpihak padanya. Rouku, dia hanya sangat penasaran dengan isi perbincangan Bai Jia dan Jin Hao. Dia ingin tahu dari mana asal kekuatan Bai Jia.

Di saat Rouku masih harus bergelut dengan rasa ingin tahunya, di tengah hutan sana Bai Jia menunjukkan pedang temuannya kepada Jin Hao. Begitu kain pembungkus dibuka, kilauan besi pipih itu menusuk mata Jin Hao.

“Dari mana kamu mendapatkan pedang ini?” tanya Jin Hao sembari menghalau kilauan pedang tersebut.

“Ceritanya panjang, guru,” jawab Bai Jia, “tapi intinya saat perguruan diserang, saat itu aku tengah terbawa arus sungai yang meluap dan terdampar di sebuah gua. Di gua itulah aku menemukan pedang ini.”

Bai Jia menceritakan semua kronologi yang terjadi di gua kepada Jin Hao. Namun, rupanya Jin Hao mengabaikan cerita Bai Jia dan lebih tertarik untuk menatap pedang tersebut.

Seolah terhipnotis, Jin Hao berjalan mendekat dan berusaha meraih pedang itu. “Guru!” panggil Bai Jia saat menyadari ada yang tidak beres dari sang guru.

Berhasil, Jin Hao berhasil memegang pedang yang ada di tangan Bai Jia. Namun, tidak lama setelah itu sengatan listrik menjalar ke seluruh tubuh Jin Hao dan membuatnya berteriak sejadi-jadinya karena kesakitan.

Teriakan Jin Hao yang sangat keras itupun mengundang Yue Er dan Rouku untuk datang memeriksa. “Seharusnya kau percaya padaku Yue Er! tidak seharusnya kita biarkan Guru Hao hanya berdua bersama Bai Jia.”

Yue Er sama sekali tidak memberi tanggapan. Dia hanya fokus berlari karena ingin segera sampai ke tempat guru Hao-nya.

Hanya tersisa satu guru dari perguruan Lotus Putih dan itu adalah Jin Hao. Jika terjadi sesuatu pada Jin Hao, maka Yue Er lah yang akan menggantikan posisi pemimpin di klan mereka. Yue Er, dia belum siap.

-

-

-

“Guru!” teriak Yue Er histeris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-15 Semoga Hidup Baik

    Begitu masuk ke dalam air, Wen Lai tidak melihat Li Jun bersamanya. Dia tidak menemukan Li Jun ikut masuk ke dalam air.Mengetahui hal itu, Wen Lai pun langsung naik ke permukaan untuk mencarinya. Namun, begitu sampai di permukaan, dia justru terkejut karena yang ada di sekelilingnya kini sudah bukan lagi taman atau bangunan-bangunan di Sungai Jingsan. Sisi kanan dan kiri sungai sekarang ialah hutan-hutan lebat. “Ini ... di mana?”—Wen Lai bingung.“Pangeran!” Panggilan itu mengejutkan Wen Lai hingga membuatnya seketika menoleh ke sumber suara. Ternyata, orang-orang yang memanggilnya tadi adalah orang selatan yang merupakan pengikut keluarganya.“Pangeran! itu pangeran Wen Lai! cepat bantu pangeran naik!”“Aku tidak sedang bermimpi, aku sadar sepenuhnya, aku ... aku ada di Diyu?”Setelah kurang lebih dua minggu berada di dunia lain, pada akhirnya Wen Lai dapat kembali ke Diyu. Dia akhirnya dapat bernapas lega mengetahui ayah, anggota keluarganya, dan para pengikut setia mereka selama

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Kembali dengan Takdir Masing-masing

    Setelah kematian kakeknya, Li Jun beraktivitas sebagaimana biasanya. Pergi bekerja dan sekolah seperti sebelum-sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Wen Lai. Dia kembali bekerja di kedai nenek An yang baru saja selesai direnovasi. Hanya saja, meskipun demikian Wen Lai tetap dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di sorot mata Li Jun. Wen Lai tahu bahwa pemuda itu sebenarnya hanya sedang berusaha tegar di depannya. “Terima kasih untuk hari ini, Wen Lai!” ucap nenek An.“Aku juga berterima kasih, Nenek! ... kalau begitu, aku pulang dulu.”“Iya, hati-hati!”Hari pertama kedai mie nenek An buka, pelanggan sudah langsung banyak yang datang. Sehingga, sebelum matahari terbenam, mie mereka sudah habis dan Wen Lai bisa pulang lebih awal. Wen Lai senang melihat perubahan yang terjadi pada kedai nenek An. Kedai itu kini sudah jauh lebih bagus dan ramai dari pertama kali ia ke sana. Wen Lai bersyukur untuk itu.Karena pulang lebih awal, Wen Lai lantas memutuskan untuk pulang jalan

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-13 Melewatkan Kesempatan (Lagi)

    Setelah puas mencoba berbagai macam wahana permainan, akhirnya sebagai penutup liburan mereka, Li Jun membawa Wen Lai ke pantai. “Ini!”—Li Jun memberikan minuman kaleng kepada Wen Lai. Dia kemudian ikut duduk di atas pasir di samping Wen Lai. Mereka menikmati pemandangan matahari terbenam dalam diam.“Terima kasih, Li Jun!” ucap Wen Lai mengusir hening di antara keduanya. “Hem?”“Terima kasih sudah mengajakku berlibur! aku ... untuk sejenak merasa bebanku hilang,” jelas Wen Lai, “dunia tanpa perang dan perebutan tahta ternyata sangat menenangkan dan menyenangkan.”Li Jun tertawa kecil. “Sebenarnya, kesenangan yang baru kau rasakan hari ini hanyalah sebagian kecil dari kehidupan utuh di dunia. Tidak selamanya perang itu berwujud saling serang di medan perang dengan menggunakan pedang. Asal kau tahu, Wen Lai, sebenarnya peperangan di sini jauh lebih kejam dan kotor.”Wen Lai menatap Li Jun bingung. Dia mas

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-12 Mulai Nyaman

    Di sore ketika Li Jun masih mengantar makanan ke tempat pelanggan. Wen Lai tidak sengaja menjatuhkan gelas minuman bekas pelanggan.Hal itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam kedai, tidak terkecuali nenek An. Sang nenek yang awalnya sibuk di tempat memasak, karena panik akhirnya menghampiri Wen Lai. “Wen Lai, ada apa? kau baik-baik saja?” tanya nenek An.Wen Lai yang awalnya mematung menatap arah sungai akhirnya memutus pandangannya ketika mengetahui nenek An membantunya membersihkan pecahan kaca gelas. “Nenek, jangan! biar aku saja, jangan sampai tangan nenek terluka!”“Kau baik-baik saja, Wen Lai?” tanya nenek An lagi.“Iya, Nek, aku baik-baik saja, tadi tanganku sedikit licin.”Wen Lai membuat alasan sebisanya. Dia lantas memungut pecahan gelas sambil kembali melihat ke arah sungai.Cahaya itu masih keluar dari dalam sungai. Cahaya yang tadi membuatnya terkejut sampai tidak sengaja me

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-11 Inovasi

    “Jadi, uang yang kau gunakan untuk potong rambut adalah hasil dari kau bekerja di kedai mie?” tanya Li Jun yang kemudian diangguki oleh Wen Lai.“Kenapa?”“Apa?”“Potong rambut. Kenapa?”Pangeran Diyu itu menaikkan kedua bahunya—“Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin melakukannya,” jelasnya, “ternyata, ucapanmu tentang trend rambut pendek lebih bagus dan disukai itu benar, kata bibi di tempat potong rambut, aku semakin tampan dengan rambut pendek,” lanjut Wen Lai dengan senyuman senang penuh percaya diri.“Cih!” cibir Li Jun.Li Jun masih tidak percaya, hari ini Wen Lai cukup mengejutkannya. Di satu sisi dia senang Wen Lai tidak kesulitan berada di dunianya. Namun, di sisi lain, entah kenapa dia justru merasa khawatir.“Hah! kenapa aku jadi merasa menyesal sudah mengajarinya?” ucap Li Jun dalam hati.Li Jun mencoba abai pada perasaannya. Dia memakan mie yang dibawa oleh Wen Lai dari kedai Nenek An.Mata Li Jun melotot saat bumbu mie itu pertama kali menyapa lidahnya. “Woah!” seruny

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-10 Penampilan Baru

    Melihat toko penyedia jasa potong rambut, Wen Lai jadi berpikir untuk memotong rambutnya. Namun, setelah mengingat ucapan Li Jun bahwa segala sesuatu di dunia ini membutuhkan uang dan saat ini dia tidak memilikinya, Wen Lai akhirnya tidak jadi masuk ke ‘barber shop’.Tidak apa jadi pusat perhatian banyak orang. Pikirnya, dia juga tidak akan selamanya berada di dunia ini. “Apa yang kalian lakukan? ... tolong!”Teriakan dari seorang perempuan tua menyapa pendengaran Wen Lai. Seorang nenek sedang dirampok di salah satu gang sepi.Wen Lai tentu saja tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja di depan matanya. Merampok perempun tua adalah tindakan seorang pengecut. Jika ada orang yang hanya melihat dan membiarkan itu terjadi, maka dia lebih pengecut dari seorang pengecut. Wen Lai mengambil beberapa kerikil dari tepi jalan lalu melemparnya pada dua penjambret tersebut. Kerikil-kerikil itu mengenai kepala mereka dan membuat me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status