Sudah sampai sore hari tetapi es yang membeku di kastil mini milik mereka belum juga menghilang. Dan Samchong juga tidak keluar dari dalam kastil mini."Sebenarnya apa yang terjadi? Aku menghawatirkan keadaan mereka berdua," ujar Limdong."Iya, benar. Apakah kita masuk saja?" ucap Lee."Tidak, jangan dulu. Apa kalian meragukan kemampuan Guru kalian sendiri?" tanya Aying."Bukan begitu. Aku hanya khawatir saja," ucap Lee lagi."Sudahlah, percayakan saja pada Guru.""Apa yang harus kita lakukan sekarang? Tadinya sih aku berniat akan kembali berlatih," ucap Limdong."Kalau begitu ya latihan saja," Aying menjawab dengan ekspresi datar."Kalau begitu, sambil menunggu aku akan mencoba melanjutkan latihan saja. Mumpung langit belum gelap," ujar Lee. Kemudian Lee agak menjauh dan duduk untuk bermeditasi.Melihat Lee melakukan itu, Limdong akhirnya mengikutinya.'Baiklah, aku juga akan melanjutkannya. Lumayan, masih ada sekitar waktu dua jam lagi sebelum langit benar-benar menggelap,' gumam Lim
Sekitar satu jam kemudian, tiba-tiba suhu di sekitar kastil yang awalnya menurun menjadi meningkat dan terasa hangat.Tapi lama kelamaan, kehangatan itu berubah menjadi panas."Ada apa ini? Apa yang terjadi?" tanya Aying."Entahlah. Apakah terjadi sesuatu pada Lingling?" tanya Lee juga."Kalian coba lihatlah ke arah sana," ucap Yingar.Ketika Aying dan Lee menoleh, ternyata yang ditunjuk oleh Yingar adalah Limdong."Limdong?" ucap Aying dan Lee bersamaan."Coba perhatikan cahaya merah yang terpancar dari tubuhnya itu. Aku rasa hawa panas ini memang berasal dari dirinya," ujar Yingar. Nampaknya Yingar tidak merasa panik sedikitpun. Mungkin Yingar mengetahui sesuatu.Tanpa Limdong sadari, ketika ia berlatih di dimensi lain miliknya, aura kekuatan itu memancar keluar dari tubuhnya dan mengakibatkan naiknya suhu.Limdong ternyata sedang berlatih meningkatkan penyerapan energi alam. Kalau dilihat dari kondisi tubuhnya yang ada di dunia nyata, Limdong berhasil menyerap energi alam dengan san
Suasana makan malam hari ini sedikit berbeda. Biasanya mereka saat makan akan sambil berbincang obrolan-obrolan kecil. Namun malam ini, mereka lebih banyak diamnya.Lingling merasa risih karena sejak tadi teman-temannya sering menatap dirinya."Sebenarnya apa yang kalian lihat!?" Akhirnya Lingling kesal.Tapi tidak ada jawaban dari yang lainnya. Mereka kembali melanjutkan makan malam masing-masing.***Setelah selesai makan malam, seperti biasa mereka berkumpul di halaman depan kastil.Dan lagi-lagi mereka jadi lebih banyak diamnya."Apakah aku tidak diinginkan di sini?" tanya Lingling seraya menundukkan kepalanya."Bu-bukan begitu Lingling," jawab Aying."Kenapa kalian terlihat berbeda? Tidak seperti biasanya? Ketika aku datang, kalian jadi lebih banyak diamnya," ucap Aying."Justru kau lah yang terlihat berbeda, Lingling," jawab Limdong."Aku? Aku tidak berbeda kok. Apa ada yang aneh denganku? Katakanlah, Limdong...," ucap Lingling."Kau terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya, Li
Ketika tertidur, Lingling tengah bermimpi.Di dalam mimpi itu, Lingling seperti sedang berada di suatu tempat. Namun, tempat itu berantakan. Dan juga kalau diperhatikan lebih jelas lagi, tempat itu terlihat adanya bekas peperangan.Kobaran api di mana-mana, pohon-pohon besar banyak yang tumbang."Tempat apa ini?" ucap Lingling.Kemudian Lingling mencoba menelusuri tempat itu.Boom!Ada suara ledakan yang sangat keras. Lingling kemudian bergegas ke arah sumber suara.Lingling melihat ada beberapa orang yang sedang bertarung."Enyahlah kalian semua...!"Siuw..., Boom!Ketika Lingling memperhatikannya, Lingling melihat bahwa ada satu orang manusia yang sedang bertarung mati-matian melawan beberapa iblis.'Apakah itu iblis? Dan lagi..., siapa manusia itu?' gumam Lingling.Satu orang manusia melawan tiga iblis. Dan lagi, tiga iblis itu nampaknya sangatlah kuat.Namun, ketiga iblis itu tidaklah maju serempak. Hanya dua diantara mereka yang maju melawan manusia itu.Slash...!Boom!Pria itu m
"Ada apa? Apa kau hanya sebatas ini? Hem?" tanya pria itu. Ia sengaja menghentikan serangannya."Jangan remehkan aku!"Fujinma kembali meningkatkan kekuatannya. Kali ini, itu adalah perubahan terakhir pada tubuhnya. Dan bisa dikatakan ini adalah wujud dari kekuatan penuhnya. Tanduk dan ekornya memanjang, dan sayap hitamnya pun melebar. Aura hitam pekat yang sangat kuat menyelimuti tubuhnya seperti perisai."Ternyata masih bisa berubah lagi. Hem..., baiklah. Itu tetap saja tidak akan merubah keadaan. Kau akan tetap kalah." ujar pria itu.Mereka berdua maju bersamaan berniat akan beradu pukulan.Boom, boom, boom!Setiap pukulan mereka saling beradu, maka akan ada ledakan dahsyat di sekelilingnya.'Hebat sekali! Mereka sangat kuat! Baru kali ini aku melihat pertarungan sedahsyat ini.'gumam Lingling.Karena ini di dunia mimpi, kehadiran Lingling tidaklah terlihat oleh kedua orang yang sedang bertarung sengit itu.Bugh!Fujinma berhasil memukul pria itu. Pria itu sempat mundur beberapa lang
Lingling akhirnya memutuskan untuk mendekati kedua orang itu.Tapi, saat Lingling sudah berada di dekatnya, pria yang berhasil mengalahkan Fujinma melihat ke arah dirinya.Lingling yang terkejut tersentak kemudian kakinya tersandung oleh batu dan terjatuh."Argh...!"Gedebugh!Ternyata Lingling jatuh dari ranjang tempatnya tidur. Lingling pun akhirnya terbangun dari tidurnya.'Itu..., ternyata cuma mimpi. Hem..., tapi rasanya sangat nyata. Apa mimpiku tadi memiliki makna tertentu?' gumam Lingling.Lingling melihat ke arah jendela ternyata matahari sudah muncul.***Ketika mereka sarapan pagi, Lingling terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Ketiga temannya berpikir kalau Lingling sedang ada masalah."Lingling, ada apa? Kau terlihat sedang memikirkan sesuatu," tanya Limdong."Ah..., aku? Tidak, tidak ada apa-apa kok. Aku hanya masih kepikiran dengan mimpiku semalam," jawab Lingling."Apakah kau bermimpi tentang Limdong?" tanya Aying menggoda Lingling.Peletak!"Apa-apaan kau ini, ha
"Aying, Aying...! Tunggu aku."Lee ternyata sedari tadi masih mengejar Aying yang merajuk karena kepalanya dijitak oleh Limdong."Kenapa kau mengikuti aku? Pergi sana! Semua pria pasti sama saja!" ucap Aying."Hey, maafkan Limdong. Dia memang begitu. Dia pasti hanya bercanda. Bukankah kau harusnya paham dengan sikapnya? Berhentilah merajuk seperti ini," ucap Lee."Siapa juga yang merajuk? Hahaha...! Aku hanya sengaja mengerjaimu, hahaha...!" Ternyata Aying malah tertawa terbahak-bahak."Ah...? Syukurlah kalau kau tidak merajuk.""Tapi Lee, kenapa kau harus meminta maaf untuk Limdong? Yah..., walaupun aku tidak marah padanya, tapi kalau memang dia yang bersalah bukankah dia sendiri yang harus meminta maaf?" tanya Aying."Entahlah. Yang aku rasakan hanya perasaan khawatir padamu saja," jawab Lee."Apa yang kau khawatirkan padaku? Aku baik-baik saja.""Em..., anu..., itu..., entahlah." jawab Lee bingung."Apa kau menyukaiku, Lee?" tanya Aying. Aying mendekatkan wajahnya pada wajah Lee.De
Lingling dan Limdong kembali mencoba metode berlatih berpasangan setelah beristirahat sejenak."Ayo Lim, kita coba lagi. Kali ini, kita harus lebih fokus," ucap Lingling."Baik. Aku akan mencoba sekuat tenaga."Mereka duduk dan kembali menempelkan telapak tangan lalu saling menggenggam.Awalnya belum terjadi apa-apa. Namun, selang waktu lima menit kemudian tubuh mereka kembali terpental.Mereka berdua tidak banyak bicara. Terpental, berdiri lagi, terpental lagi, berdiri lagi. Semangat mereka tidak kendur walaupun sudah puluhan kali gagal.Karena ada suara dentuman beberapa kali, akibatnya suara itu terdengar oleh Lee dan juga Aying."Suara apa itu? Ayo kita lihat," ujar Lee."Iya, sedari tadi nampaknya berisik sekali. Apa itu ulah Limdong?" balas Aying."Entahlah, kita segera lihat saja."***Ketika sampai di sumber suara ledakan kecil itu, Lee dan Aying terperangah!Kebetulan yang mereka lihat ketika Limdong dan Lingling sedang duduk bersila dan bergenggaman tangan."Ini..., apakah me