Share

Part 5

last update Huling Na-update: 2023-12-11 16:06:03

“Bukan main, Ibu Sutinah ini seakan-akan dia yang pandai bikin kue tapi ternyata cuma mantunya yang kerjain, mana sendirian lagi nggak dibantu, Nggak nyangka ya ibu mertuamu seperti itu.” Aku diam saja mendengarkan., tanganku masih sibuk dengan pesanan Bu Trisno.

Selama tiga jam Ibu Trisno menemani aku membuat kue, dia dengan ikhlas membantu menyusun kue dalam dandang kukusan juga mengangkatnya, kemudian membantuku menyusun kue yang sudah masak dalam keranjang. Selama itu pula dia mengajakku bercerita banyak hal. Bu Trisno sangat baik orangnya.

“Lain kali kalau Ibu ada hajatan, nanti biar Ibu langsung pesan sama kamu aja. Biar nanti ibu-ibu yang lainnya juga Saya kasih tau,” Dia lalu menyerahkan uang tiga ratus ribu kepadaku.

Aku bingung dan bertanya. “Ini buat apa, Bu,”

“Ini buat beli susu anak kamu, Arthur. Diterima aja ya, ini rejeki anakmu.” Katanya dan setelahnya ia menelpon anaknya untuk membawa kue bebongko ke dalam mobil. Aku sangat bersyukur pekerjaan menjadi cepat selesai karena dibantu oleh Bu Trisno.

***

“Mana istrimu, Dik!” Dari luar kamar kudengar suara teriakan ibu.

“Mayang, kamu dipanggil Ibu. Kayaknya marah tuh.” Wajah Mas Didik terlihat cemas. Dengan malas aku ke luar kamar dan menghampiri ibu mertuaku yang cerewet itu.

“Kamu itu ya, jadi orang nggak ada syukur-syukurnya, memangnya kurang apa Ibu kasih kamu uang lima puluh ribu itu Hahhh, masih lagi mulutmu tumpis bicara sama Ibu Trisno kalau kamu yang buat kuenya dan bukan ibu, itu maksudnya apa… mau cari muka kamu.” Bentak Ibu dengan berkacak pinggang, khasnya dia.

Ya Allah kapan bertobatnya ini orang tua. Seharusnya dia juga tahu sepandai-pandainya menyimpan rahasia busuknya pasti akan ketahuan juga.

“Aku nggak ada ngomong begitu sama Ibu Trisno soal itu, kebetulan memang beliau datang ke sini pas aku lagi buat kuenya. Dia menemani aku selama tiga jam sampai kue itu selesai. Makanya dia tau kalau aku yang buat kuenya dan bukan Ibu karena Ibu masih sibuk jalan kan?” Ibu langsung terdiam mendengar penjelasanku.

“Seharusnya kamu beralasan kalau adonan itu Ibu yang buat, terus kamu hanya bantu-bantu bungkus.” Ibu masih tak mau kalah meski suaranya sudah mulai melunak. Aku menghela napas panjang.

“Ibu … Ibu Trisno lihat aku membuat kue itu dari awal, jadi kenapa aku harus bilang yang nggak pernah terjadi, kok Ibu nyuruh aku untuk berbohong di depan orang yang jelas-jelas lihat prosesnya dari awal.” Ibu langsung melengos pergi.

Ia pasti tak terima dengan Bu Trisno yang mungkin sudah membongkar kedoknya. Dari kecil, orang tuaku selalu mengajarkan aku untuk selalu berkata jujur, tapi herannya malah dapat ibu mertua yang selalu drama dan banyak bohongnya. Dia sama sekali tidak ingat umur. Aku merasa hidup seperti di sinetron saja.

***

Baru saja aku selesai menidurkan Arthur, dan melanjutkan melipat pakaian. Tiba-tiba Iwan, adik Mas Didik yang terakhir masuk ke dalam kamar tanpa permisi dan tanpa melepaskan sepatunya.

Dengan cueknya dia membuka lemari dan memilih pakaian, setelah itu berlalu pergi.

Apa yang dia lakukan tentu saja membuatku kaget, Ku anggap apa yang ia lakukan benar-benar tidak sopan.

Masuk ke kamar kakaknya yang sudah menikah tanpa mengetuk pintu dan setelah itu mengambil pakaian Mas Didik di lemari tanpa permisi.

Parahnya, masuk ke dalam kamar masih memakai sepatu. Luar biasa kurang ajarnya.

Aku lantas menyusulnya, dia yang baru saja mau masuk ke dalam kamarnya langsung ku halangi. Dia nampak cuek.

“Iwan! Kamu kok tanpa permisi langsung masuk kamar dan ambil pakaian Mas Didik, Seharusnya sebagai orang dewasa yang sudah tamat sekolah seharusnya kamu ngerti tata karma, bukan main nyelonong aja seenaknya.” Ia melihatku dengan malas.

“Aku pinjam bentar bajunya Mas Didik, biasanya juga kami begitu. Kenapa sekarang baru protes.” Sahutnya dengan helaan napas kasar.

“Tapi baru kali ini Mbak melihatmu masuk kamar dan ambil baju Mas Didik tanpa permisi.”

“Ya itu karena Mbak nggak tau aja, semua orang di rumah ini juga punya kebiasaan begitu, Aku juga sering pinjam baju Mas Purwanto, Toh istrinya nggak pernah protes, Kok Mbak malah sewot.” Ia mulai meninggikan suaranya.

“Aku tidak mau tau kebiasaan apapun kalian bersaudara, tetap saja apa yang kamu lakukan itu tidak sopan, aku tidak mau ini terulang kembali.” Ia malah mengacuhkan ku.

“Ada apa ini ribu-ribut.” Ibu mertuaku datang.

“Ini loh, Bu. Mbak Mayang masa Iwan pinjam baju Mas Didik, dianya malah protes. Orang pinjam sebentar juga kok, bukannya Iwan minta juga.” Kata Iwan meminta pembelaan ibunya. Pandangan mata ibu beralih padaku.

“Mereka itu bersaudara biasa sudah saling pinjam barang, bukan cuma Iwan saja yang pinjam barang Mas Didiknya tapi Didik juga sering pinjam-pinjam barang adik-adiknya, aneh kamu ini sewotnya minta ampun.” Sahutnya dengan nada tinggi.

“Tapi, Bu … caranya itu yang tidak sopan, main masuk kamar tanpa permisi. Mana pakai sepatu langsung ke kamar, aku ini seperti benda mati yang tidak dihargai sama sekali. Minimal dia bisa mengetuk pintu bilang permisi.” Kataku tak mau kalah.

“Kamu itu benar-benar menantu tidak tau diri! Sudah dikasih tumpangan makan dan tidur di sini, bukannya bersyukur malah ngelunjak kamu! Kamu itu cuma numpang di sini jadi jangan sok ngatur kamu!” Darahku rasanya mendidih mendengar Ibu menekan kata-kata menumpang berulang kali.

“Lihat saja, Ibu akan kasih tau suamimu supaya ngajari istrinya yang tidak tau berterima kasih ini dengan baik. Supaya sadar diri kalau lagi menumpang di sini. Kamu Iwan! Ambil saja apapun kepunyaan Mas Didikmu, karena dia saudaramu dan jangan pedulikan orang asing yang berani-beraninya melarang apa yang mau kita lakukan di sini.” Hatiku benar-benar sakit mendengarnya.

Bapak dan Mas Didik yang baru saja datang dari kebun, segera menghampiri kami. Dan berusaha mendamaikan.

“Sudah … sudah, Bu. Nggak enak didengar tetangga. Apa Ibu nggak capek marah-marah terus ke pada menantumu.” Bapak berusaha menenangkan ibu.

“Tanya mantu kesayanganmu itu, apa masalahnya sampai Ibu tidak bisa kontrol emosi. Ini lohh Pak, Cuma gara-gara baju Didik dipinjam Iwan, dia langsung ngamuk kayak orang kurang sesajen gitu, sopan nggak itu namanya.” Ibu memang pintar sekali menyalahkan orang.

“Mayang nggak mungkin marah hanya karena baju ini dipinjam, dia marah pasti ada alasannya, sekarang jelaskan Mayang ada apa.” Baru saja aku akan membuka mulut menjelaskan.

“Itulah mangkanya menantu kesayangamu itu jadi besar kepala karena kamu sibuk membela dia terus, Pak. Lama-lama jadi kebiasaan. Sudahlah lama-lama ngomong sama kalian, malah tambah bikin pusing.” Selesai berucap, Ibu melengos pergi. Iwan pun menutup pintu kamar.

“Kalau hanya masalah baju yang dipinjam, kenapa harus dibesar-besarkan, Mayang, biarlah Iwan pinjam bajuku, toh aku juga biasa pinjam bajunya,” Mas Didik pun turut membela Iwan.

Aku hanya diam saja malas menanggapi. Dadaku rasanya sakit sekali. Nyeri. Mengingat kata-kata Ibu yang terus menyebut menumpang itu terngiang di telingaku berulang kali.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 95

    Part 95 Pov Mayang“Kasihan Farah, Mbak Mayang. Setelah Mamanya meninggal malah Ia ikut menyusul meninggal bunuh diri dengan memotong nadi tangannya karena tak tahan menerima hinaan dari anak-anak sekitar rumahnya kalau wajahnya rusak akibat terkena luka bakar waktu masih di rumah Ibu Sutinah, setelah itu dia diceraikan sama suaminya. Katanya Farah ketahuan menggadaikan rumah Ibu Sutinah dan sekarang Ibu Sutinah bersama Didik dan Pur katanya mengontrak rumah kecil di pinggiran kota, lengkap sudah penderitaan keluarga Ibu Sutinah akibat menantunya itu. Syukur saja Iwan sama Shinta tidak bernasib sama.” Bu Trisno menyampaikan kabar duka itu saat ia bertandang ke rumah untuk membicarakan persiapan pernikahan Syawal dan Emi yang akan digelar dua hari lagi.Mungkin ini terdengar gila tapi Allah SWT sudah mengatur semuanya, aku yang dulunya dizolimi oleh orang-orang yang pernah hadir dalam hidupku, satu persatu seakan mendapatkan karma atas apa yang sudah mereka lakukan. Farah yang begit

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 94

    Part 94 “Kalau tidak, berarti kalian harus mengosongkan rumah ini, karena Ibu Farah sudah menggadaikan rumah ini dengan memberikan sertifikat rumah pada bos kami. Dia juga sudah menerima uang dua ratus juta tiga bulan yang lalu.” Mataku melotot mendengarnya, masalah apalagi yang dilakukan oleh Farah kali ini. “Ya Allah, bagaimana sudah ini, Dik, Pur. Farah memang betul-betul keterlaluan menjadi menantu bisanya hanya menyusahkan saja. Huhuhuuu.” Ibu menangis sesenggukan begitu tahu rumah yang kami tempati sekarang sudah sepenuhnya dikuasai oleh rentenir.“Apa kalian punya bukti kalau Farah memang yang menggadaikan rumah ini pada bos kalian?” Dua orang penagih utang tersebut malah tertawa. Setelahnya salah satu memperlihatkan foto copy sertifikat dan tanda bukti tanda tangan Farah di sana menyetujui syarat-syarat pinjaman uang dengan jaminan sertifikat rumah.Aku, Pur juga Ibu sudah tidak bisa berbuat banyak. Kami benar-benar dipecundangi oleh Farah. Apalagi Purwanto, ia merasa ikut

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 93

    Part 93“Terus, bagaimana dengan Mas Didik? Apa Mbak memaafkannya juga?” Deggg. Nama itu lagi, rasanya seharian ini sudah beberapa kali teringat akan dirinya. Orang yang sudah mengisi hidupku dalam beberapa tahun ini, kalau ditanya apakah aku mencintainya? Ya aku sangat mencintainya, hanya begitu banyak luka yang ia torehkan ke padaku sehingga aku memilih sebisa mungkin pergi jauh dari kehidupannya, meski saat mediasi pada proses perceraian kami, ia kekeh tidak mau berpisah. Aku memutuskan menjauh agar dapat menjaga kewarasan hatiku. “Lho, Mbak malah melamun.” Aku tersenyum malu ketika Iwan memergoki aku sedang melamun karena pertanyaannya.“Aku juga sudah memaafkan Mas mu, bahkan Ibumu. Bagiku yang lalu biarlah menjadi pengalaman berharga saja. Oya kalian tadi ke sini aku pikir mau pesan sesuatu. Mau bolu atau malah rendang daging saja.” Ujarku cepat mengalihkan topik pembicaraan.Malas membahas hal yang lampau.“Oya hampir lupa, Shinta maunya Mbak Mayang buatkan nasi dengan daging

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 92

    Part 92 Pov Mayang Pagi sekali aku dan kedua adikku sudah mulai bersiap membuka toko, kegiatan kami setiap harinya seperti ini. Tiba-tiba saja mobil Syawal berhenti di halaman dan Emi yang semula ada di depan menggendong Arthur melihat pemandangan segera masuk. Aku tahu jika Emi masih menghindar berbicara dengan calon suaminya tersebut. Persoalan perempuan yang mengaku sebagai kekasih Syawal membuat hubungan adikku dengan Syawal seketika renggang. Emi sudah membatalkan pernikahan, hanya saja aku senang dengan kegigihan Syawal ingin meraih hati adikku kembali, kadang aku membayangkan jika saja Mas Didik berlaku begitu padaku, mungkin saja kami masih bersama sampai saat ini. Tapi, ya sudahlah semua hanya tinggal kenangan sekarang. Bahkan aku tinggal menunggu ketuk palu saja.“Kak, aku cuma mau bilang kalau perempuan yang mengaku kekasihku itu ditangkap semalam bersama orang yang menyuruhnya, sebetulnya semalam dia ditangkap karena petugas kepolisian sedang menggerebek tempat perjudia

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 91

    Part 91Kulihat handphone di tangan Purwanto, segera kuambil dengan cepat dan membuka layar lalu mencari kamera dan menghadapkan posisi kamera ke arah depan, persis ke wajahku. Begitu aku melihat penampakan wajahku, handphone Purwanto sampai terjatuh dari tanganku. Apa aku tak salah lihat?Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku. Wajahku sudah seperti monster yang menyeramkan. Bagaimana bisa Purwanto tak terkejut melihatku? Apa dia menahan tawa agar tak membuatku malu, bentuk mata yang kurasakan perih kelopaknya berkeriput sehingga bola mataku terlihat mau ke luar dari tempatnya. Selain itu wajahku menghitam dan mengerut di beberapa tempat, selain itu bentuk mulutku terasa miring dan tidak berada di tempat seharusnya. Aku berusaha mengingat dan mencerna apa yang sudah terjadi padaku, kenapa gara-gara api yang membakar rambut juga membuat kobaran api di wajahku membuat wajahku sulit dikenali lagi. Tamat riwayatku.Habis semua sudah kecantikan yang dulunya aku banggakan, aku melihat kembali

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 90

    Part 90 “Pernikahan siapa yang kamu maksud gagal?” aku sontak menoleh kaget. Purwanto persis di belakangku. Aku harus mencari jawaban segera atas pertanyaannya.“Tadi … itu si Mayang ke sini dan marah-marahin Ibu, katanya dia tak terima kalau sampai pernikahan Emi dengan Syawal sampai gagal, dia menuduh Ibu yang menggagalkan pernikahan adiknya itu. Kalau mau tahu pastinya tanya Ibu deh sana.” Purwanto masih diam di tempatnya terus menatapku penuh kecurigaan, bahkan ia kini memicingkan matanya.Purwanto langsung mengambil handphone dari tanganku dengan cepat, kemudian membaca layar di gawaiku. Di sana kutulis nama Syahrini, aku sengaja menulisnya dengan nama perempuan supaya suamiku bahkan orang di rumah ini tidak ada satupun yang curiga. Benar saja, setelahnya Purwanto mengembalikan handphone ke tanganku.“Ya sudah… aku pikir tadi apa, lagian berita tentang si Mayang itu nggak penting sama sekali.” Sebutnya, aku bisa bernapas lega begitu melihatnya menanggapi dengan santai apa yang k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status