Accueil / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 5. Penghinaan di Malam Pertama

Share

Bab 5. Penghinaan di Malam Pertama

Auteur: Te Anastasia
last update Dernière mise à jour: 2024-11-28 11:20:12

Dua hari berlalu dengan cepat. Aleena masih berada di kediaman Keluarga Benedict dan tidak pergi ke mana pun. Apalagi, sekarang Aleena telah memiliki status baru, yaitu menjadi istri kedua Asher. 

Malam ini, gadis bertubuh kurus itu duduk di tepi ranjang dengan balutan dress berwarna biru muda. Aleena tampak cemas dan kalut. 

Dalam waktu yang begitu singkat, Aleena dan Asher resmi menikah. Meskipun pernikahan itu hanya untuk sementara waktu saja, dan juga berjalan demi keuntungan masing-masing.

"Nona Aleena..." 

Suara Bibi Julien berhasil membuyarkan lamunan Aleena, gadis itu menoleh cepat ke arah pintu dan berdiri dari duduknya. 

"Iya, Bi? Ada apa?" tanya Aleena menatapnya. 

"Ini gaun tidur tidur yang Nyonya Marsha siapkan untuk Nona Aleena pakai malam ini," ujar Bibi Julien meletakkan gaun tidur satin berwarna merah di atas ranjang. 

Wajah Aleena mendadak pucat. Rasa takut menyelimutinya dengan cepat.

Ia tidak bisa membayangkan seperti apa malam pertama itu?

"A-apa Nyonya Marsha sedang di rumahnya, Bi?" tanya Aleena. 

"Nyonya Marsha ada di bawah bersama Tuan Asher." 

Aleena mengembuskan napasnya pelan. "Aku ingin menemui Nyonya Marsha sebentar, Bi." 

"Baik Nyonya, mari..." 

Mereka berdua keluar dari dalam kamar, Aleena berjalan di selasar lantai dua menuju anak tangga. 

Namun, di sana Aleena menghentikan langkahnya saat mendengar percakapan Asher dan Marsha di lantai satu. 

"Sayang, apa kau yakin akan baik-baik saja?" ujar Asher mencekal pundak Marsha dengan tatapan penuh kasih sayang. "Ayo kita pulang ke rumah." 

"Tidak, Sayang," Marsha melepaskan tangan Asher dengan pelan. 

Wanita cantik itu tersenyum menangkup kedua pipi Asher. 

"Sekarang, habiskan malam ini dengan Aleena. Semakin cepat semakin baik. Jangan cemaskan aku." 

"Aku tidak setega itu padamu, Marsha." Asher berusaha menolak. 

"Kumohon, Asher…," Marsha menangkup kedua pipi Asher. "Aku akan menunggumu di rumah sampai kau selesai, hmm?" 

Asher berdecak kesal, menyesal ia pernah berkata akan menuruti semua hal yang istrinya inginkan, bila pada akhirnya Marsha menginginkan hal di luar dugaannya. 

Sedangkan Aleena, gadis itu diam terpaku mendengar perbincangan Asher dan Marsha tanpa sengaja. Melihat Marsha sampai memohon pada Asher, di situlah pintu hati Aleena terketuk. 

Ia tidak boleh membuat Marsha kecewa padanya. Aleena harus melakukan tugasnya dengan baik. 

"Aleena?" 

Tubuh Aleena tersentak pelan mendengar suara Marsha. 

"Nyonya Marsha, sa-saya tidak bermaksud menguping pembicaraan Tuan dan Nyonya. Sa-saya tadinya hanya ingin menemui Nyonya," ujar Aleena melirik takut ke arah Asher. 

Laki-laki itu berdiri dengan sorot mata dingin dan berlalu melangkah menuju lantai dua. 

Marsha menghampirinya. "Jangan takut, Aleena. Asher tidak menyeramkan, dia pasti akan memperlakukanmu dengan baik malam ini, percayalah padaku," ujarnya menyakinkan. 

Aleena tertunduk sedih. "Tapi, saya ingin meminta maaf pada Nyonya. Saya berjanji saya tidak akan membuat Nyonya kecewa." 

"Aku percaya padamu." Marsha tersenyum tipis. "Sekarang, segeralah ke kamar. Asher sudah menunggumu. Dan ingat, jaga perasaanmu pada suamiku, kau mengerti?"

"Saya mengerti, Nyonya." 

Marsha pun berlalu meninggalkan tempat itu dan menutup pintu utama paviliun. 

Sementara Aleena berjalan kembali masuk ke dalam kamar. Ia tidak menemukan Asher di sana, namun dia mendengar suara air di dalam kamar mandi. 

Aleena menatap gaun tidur di atas ranjang dan meraihnya. Gaun tipis itu membuat Aleena merinding. Selama ini, ia tidak pernah menunjukkan lekuk tubuhnya pada siapapun, lalu bagaimana bisa ia akan memakai gaun setipis itu?

Saat dalam kegalauan, tiba-tiba Alena tersentak saat ia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, di sana Asher berdiri menatapnya tanpa ekspresi. 

Asher mendekati Aleena dan mematikan penerangan kamar itu. 

"Mari lakukan semua ini dengan cepat, aku harus menemani Marsha malam ini," ujar Asher. 

Aleena menelan salivanya gugup. Ia menggigit bibir bawahnya gelisah. 

Gaun tidur di tangannya pun teremas kuat oleh jemari Aleena saat gadis itu melihat Asher melepaskan kemeja putih yang laki-laki itu pakai. 

"Tu-tuan Asher, saya ... saya tidak tahu harus memulai dari mana," ujar Aleena sambil mengalihkan pandangannya. 

Asher tersenyum kecut. Baginya, tidak mungkin Aleena tidak mengerti tentang apa yang akan mereka lakukan. Bukankah dia rela menukarkan dirinya dan hamil anak orang lain demi uang? 

"Mustahil," ucap Asher remeh. 

"A-apa yang mustahil, Tuan?" tanya Aleena bingung. 

Asher membalikkan badannya, laki-laki itu berdiri dengan tubuh atasnya yang terpampang. 

Sekali lagi, Aleena menelan ludah gugup. Napasnya tercekat saat ia berhadapan dengan dada bidang dan kokoh milik laki-laki itu. Kulit tubuh Asher yang putih dan otot perutnya yang terpahat sempurna, membuat Aleena benar-benar ingin lari. 

Gadis itu mundur perlahan hingga betisnya terbentur sisi pinggiran ranjang dan sontak Aleena terjatuh terlentang di atas ranjang. 

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Asher untuk mengurung kedua sisi tubuh Aleena. Wajah pucat Aleena nampak terlihat jelas saat Asher menatapnya tajam dan lekat. 

Saat jemari tangan Asher hendak melepas kancing dress yang Aleena pakai, laki-laki itu merasakan gemetar pada tubuh Aleena. 

"Jangan menghambat, aku ingin lakukan ini dengar cepat," desis Asher. 

"Ma-maaf, Tuan...," cicit Aleena dengan suara bergetar. 

"Pejamkan matamu, jangan menatapku," perintah Asher dengan suara beratnya. 

Bahkan kamar yang sekarang menjadi minim cahaya pun rasanya masih kurang untuk Asher. Dia benar-benar tidak ingin melihat wajah gadis itu, begitupun sebaliknya, dia tidak ingin Aleena menatapnya. 

Kedua mata Aleena mulai terpejam, gadis itu tersentak saat merasakan sensasi menggelikan di sekitar lehernya. Ia berjengit lagi saat sentuhan bibir itu menyapu kulit lehernya dengan kasar, seperti menggigitnya kuat-kuat hingga Aleena mendesis sakit. 

Aleena ingin mendorong Asher menjauh, tapi kedua tangannya dicengkeram erat di atas kepalanya oleh pria itu. 

Satu tangan Asher kemudian membuka satu persatu kancing dress yang Aleena pakai, hingga hanya menyisakan pakaian dalam yang menutupi tubuh indahnya. Tanpa menghentikan cumbuan kasar di leher Aleena, Asher menyentuh bagian tubuh Aleena yang tak tertutup pakaian lagi.

“Akh!” Aleena meringis saat satu titik di lehernya terasa perih. Apakah Asher baru saja menggigitnya?!

Aleena tersentak saat merasakan tangan besar Asher menyentuh bagian paling intim miliknya yang masih berbalut pakain dalam. Ia menahan napas dan memejamkan mata dengan erat. 

Namun, tiba-tiba saja laki-laki itu menghentikan kegiatannya. 

Napas Aleena memburu. Suaranya bergetar. "Tu-Tuan Asher..." panggil Aleena sambil membuka matanya perlahan. 

Asher menekan cengkeramannya pada tangan Aleena hingga membuat gadis itu tersentak. Wajah marahnya muncul dalam hitungan detik saat gadis itu menyebut namanya. 

"Kau sangat menjijikkan,” desisnya dengan suara yang terdengar menyeramkan. “Lihat betapa murahnya dirimu." 

Kedua mata Aleena melebar sempurna. Bibirnya bergetar dan kedua matanya berkaca-kaca. Aleena tidak tahu, mengapa Asher tiba-tiba mengatakan hal itu.

Laki-laki itu lalu melepaskan cengkeraman tangannya dan beranjak menjauhinya. 

Asher menyahut kemeja putihnya di tepi ranjang dan memakaikan cepat, dia berdiri memunggungi Aleena. 

"Aku tidak bisa menghabiskan malam dengan wanita yang tidak aku cintai. Apalagi dengan gadis sepertimu," ujar Asher dingin.

"Ta-tapi Tuan—"

Ucapan Aleena terhenti saat Asher pergi dari kamar dan membanting pintu dengan keras. 

Aleena tertegun, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Ia beranjak duduk menutup tubuhnya dengan selimut. 

Menjijikkan! Murahan! 

Kata-kata itu terngiang di kepalanya, menikamnya tanpa ampun. 

Aleena merasa dadanya sesak. Ia memeluk dirinya sendiri dan menangis dalam diam. 

Sebegitu hinakah dirinya?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (3)
goodnovel comment avatar
Ketut Aryatrini
hargai wanita donk tuan
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Kekuasaan uang mengharuskan untuk operasi papa nya, sabar Alenna
goodnovel comment avatar
Riri Dzabil
kasian aleena
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 6. Tangisan Sang Ibu Pengganti

    Sepanjang malam Aleena setia terjaga. Rasanya, kedua mata gadis itu tidak bisa ia pejamkan. Bahkan hingga pagi, Aleena masih duduk di atas ranjang memeluk kedua lututnya merenungi nasibnya yang malang.Aleena tidak tahu, apa yang akan ia katakan pada Marsha. Membayangkan betapa kecewanya wanita itu membuat Aleena tak bisa menahan air mata.Bagaimana jika Marsha menarik semua uang yang telah ia gelontorkan untuk pengobatan ayahnya karena ia gagal melakukan tugasnya?"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya sambil menyeka air mata. Gadis itu menyandarkan punggungnya dan menatap langit-langit kamar dan tenggelam dengan lamunannya yang gelap. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar, membuat lamunan Aleena seketika buyar. "Selamat pagi, Nona ... apa Nona sudah bangun?" Suara Bibi Julien di luar membuat tubuh Aleena tersentak. Ia segera merapikan penampilannya yang berantakan seadanya, lalu beranjak dari atas ranjang. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Bibi Julien di had

    Dernière mise à jour : 2024-12-02
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

    Aleena merasa jenuh berada di dalam paviliun sepanjang hari. Setelah kejadian pagi tadi, ia memang sengaja tidak keluar dari paviliun dan terus merenung di sana. Namun, saat hari menjelang malam, Aleena kepikiran kondisi Papanya yang masih terbaring di rumah sakit. Gadis itu pun berinisiatif untuk mengunjunginya malam itu juga.Kalau sudah sadar, Papanya pasti akan mencari Aleena. Belum lagi, pria paruh baya itu akan merasa kesepian bila tak menemukan keberadaannya. Aleena berpikir sambil menggigit bibir bagian dalamnya, lalu mengangguk kecil untuk meyakinkan diri. "Mungkin aku harus meminta izin pada Nyonya Marsha sebentar untuk ke rumah sakit," ucap Aleena. Perasaan ragu langsung hinggap di hatinya, tapi Aleena berusaha menepisnya. Bagaimanapun, ia harus memastikan kondisi Papanya agar tak terus merasa khawatir. Aleena melangkah keluar dari paviliun. Ia melewati taman samping untuk sampai di teras rumah megah milik Marsha dan Asher. Sesampainya di kediaman utama, Aleena memelan

    Dernière mise à jour : 2024-12-03
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

    Setelah kedua orang tua Asher pulang beberapa menit yang lalu, rumah megah itu pun tersisa Marsha dan Asher saja. Terlihat Marsha yang kini berdiri bersedekap menatap lurus ke arah paviliun tempat Aleena tinggal. "Aku tidak ingin kau mengulur banyak waktu, Asher," ucap Marsha tiba-tiba. Asher yang mendengarkannya pun menoleh. "Apa maksudmu, Sayang?" Marsha membuat tubuhnya menatap sang suami. "Aku sudah muak dengan semua cercaan Mamamu tentang anak sampai telingaku terasa panas karena terus mendengar hal itu setiap bertemu!""Sayang—""Kau tidak menepati janjimu padaku, Asher. Aku hanya memintamu untuk bermalam dengan Aleena, kita sudah membayar gadis itu. Hanya dia harapan kita satu-satunya!" desak Marsha dengan wajah memerah. Asher memijit pangkal hidungnya, tampak benar-benar frustrasi. “Marsha, aku bisa melakukannya kapan-kapan—”"Kapan-kapan?” sela Marsha. “Tapi sampai kapan, Asher? Apa kau tidak keberatan melihatku terus direndahkan seperti ini? Atau sebenarnya kau ingin be

    Dernière mise à jour : 2024-12-04
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 9. Beban yang Harus Ditanggung sang Ibu Pengganti

    “Akh—shh—” Aleena meringis menahan sakit pada bagian inti tubuhnya ketika ia terbangun di ranjang yang asing pagi itu. Ia menarik selimut dan mendekapnya dengan erat di dada saat menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Bayangan-bayangan dari malam panas itu kembali terulang dalam ingatannya, seolah tak membiarkan Aleena lupa begitu saja. “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?” Aleena tidak tahu mengapa Asher tampak kalut dan tidak percaya bahwa dirinya masih suci. “S-saya—”“Tak mungkin aku yang pertama bagimu! Katakan, apa tujuanmu melakukan ini? Kenapa kau—”“Lakukan saja, Tuan,” Aleena menyela sebelum Asher kembali menghinanya dengan kata-kata tajam. Suaranya bergetar di bawah dominasi Asher yang membuat tubuhnya meremang. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir. “Lakukan saja dengan cepat, seperti yang Nyonya Marsha inginkan….”Aleena tidak mengerti mengapa setelah itu Asher tiba-tiba berubah seperti predator kelaparan. Sentuhan dan gerakannya berantakan, menuntut,

    Dernière mise à jour : 2024-12-05
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 10. Hamil Anak dari sang Presdir Angkuh

    "A-apa maksud Tuan mengatakan hal itu?" Aleena menatap Asher dengan lekat, dan napasnya tercekat seolah ingin mencekiknya kuat-kuat. Mengapa Asher tidak pernah berhenti merendahkannya?Melihat ekspresi kesal di wajah Aleena, Asher hanya tersenyum miring. Dagunya terangkat, menunjukkan ekspresi remeh. "Memang begitu kenyataannya, bukan?" katanya dengan nada datar. "Baru semalam kau berhasil merayuku, siang ini kau sudah bertemu laki-laki lain.”“Saya hanya—”Asher lebih dulu menyela. “Kali ini apa yang kau tawarkan padanya? Tubuhmu, seperti yang kau lakukan padaku?”Dada Aleena bergemuruh hebat tak terima. Perkataan Asher selalu berhasil mencabik dan melukai perasaan serta harga dirinya setiap kali dia berbicara. Dengan kedua tangan terkepal, Aleena berdiri dengan tegap memberanikan diri menatap Asher yang kini duduk di sofa menyilangkan kakinya, memperhatikan Aleena dengan begitu rendahnya. Aleena menahan air matanya yang berdesakan dan berusaha menjelaskan. Bibirnya menipis gera

    Dernière mise à jour : 2024-12-06
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 11. Desakan untuk Segera Hamil

    Butuh beberapa menit perjalanan dari rumah Asher menuju rumah sakit dengan bus kota yang Aleena tumpangi. Di sepanjang jalan, hatinya dipenuhi perasaan tak sabar ingin segera memeluk Papanya. Setibanya di rumah sakit, Aleena berjalan memasuki lorong di lantai lima. Papanya kini dirawat di ruang kelas A, tempat di mana pasien-pasien mendapatkan penanganan khusus dan istimewa. Aleena berjalan bersama Dokter Camael, sosok dokter yang sudah dua tahun ini menangani Papa Aleena. "Kondisi Papa saya berarti sudah jauh lebih baik, kan, dok?" tanya Aleena mendongak menatap dokter itu sembari berjalan menuju ruangan rawat inap. "Sudah Nona. Kondisi Tuan Liam sudah jauh lebih baik semenjak beliau dioperasi," jawab dokter Camael menjelaskan.Aleena tersenyum lega mendengarnya. Ia bersyukur Tuhan menyelamatkan Papanya. Kini, ia bisa kembali melihat senyuman sang Papa yang terus menjadi penyemangat hidupnya. Aleena akhirnya tiba di depan pintu kamar inap Papanya. Dokter Camael pun berpamitan ke

    Dernière mise à jour : 2024-12-07
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 12. Perlakuan yang Keterlaluan

    Di kediaman utama pagi ini terlihat ramai. Tampak beberapa orang perempuan cantik dengan penampilan glamor dan berkelas yang sedang duduk bersama di teras samping kediaman utama. Aleena memperhatikan mereka dari taman di dekat paviliun saat ia mengikuti Bibi Julien memindahkan beberapa pot bunga. Aleena yang penasaran dengan para wanita itu, ia pun bertanya pada Bibi Julien. "Bi, mereka itu siapa?" Aleena menatap ke arah para wanita itu sebentar. "Mereka semua adalah teman Nyonya Marsha, para wanita dari kalangan masyarakat kelas atas, Nona," jawab Bibi Julien menjelaskan. Aleena mengangguk paham. Dalam hati ia sangat kagum dengan Marsha yang memiliki lingkungan pertemanan yang hebat. Tak menyangkal, Marsha memang wanita berkelas yang disegani.Tanpa Aleena sadari, tampaknya para wanita yang tengah duduk di teras itu juga memperhatikannya dari kejauhan.Mereka menatap sosok Aleena dengan rasa penasaran. Karena sejauh ini mereka tidak pernah melihat seorang gadis di kediaman sahab

    Dernière mise à jour : 2024-12-08
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 13. Kemarahan Asher pada Marsha

    Ketenangan Marsha terusik karena ucapan teman-temannya siang tadi tentang Aleena terngiang di kepalanya.Teringat bagaimana mereka mengatakan kalau Aleena sangat cantik dan masih muda, kemungkinan bisa membuat Asher berpaling darinya. Marsha merasa cemburu. Mempermalukan Aleena seperti tadi pun rasanya tidak cukup.Wanita itu melirik suaminya yang duduk di sofa kamar memangku laptopnya. "Sayang," panggilnya pelan. Ia menatap Asher dari pantulan cermin meja riasnya. "Hm?" Asher mengangkat wajahnya menatap sang istri. "Ada apa?" "Menurutmu … seperti apa sosok Alena?" tanya Marsha penasaran. "Kau bisa menjawabnya dengan jujur." Alis tebal Asher menukik seketika mendengar pertanyaan konyol istrinya, seolah tak suka Marsha membahas gadis itu saat mereka berdua. Asher kembali menatap laptopnya. "Biasa saja," jawabnya singkat. "Apa dia tidak cantik? Apa kau tidak tertarik dengannya karena dia muda dan menarik?" Mendengar pertanyaan istrinya yang semakin keterlaluan, Asher menutup lapt

    Dernière mise à jour : 2024-12-09

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 387. S2. Kedekatan yang Nyaman

    Kedekatan Arabelle dan Theo sudah sangat dekat, bahkan semua orang juga sudah tahu dengan hubungan mereka. Seperti teman-teman kampus Arabelle saat ini yang melihat Theo yang tengah menjemput Arabelle pulang dari kampus. "Wah, tampan sekali, siapa dia?" "Dia kekasihny Arabelle, anak kedokteran." "Kekasihnya sangat tampan, ya, sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya." Suara bisikan-bisikan itu terdengar di telinga Arabelle saat gadis cantik itu sampai di depan. Ia melihat semua kakak tingkatnya tampak memperhatikan Theo yang berdiri di samping mobilnya tampak menunggu-nunggu. Arabelle tidak banyak bicara, ia langsung berjalan mendekati Theo saat itu juga dan mengabaikan semua Kakak tingkatnya yang masih asik membicarakan Theo. "Kak Theo!" pekik Arabelle melambaikan tangannya dan berlari kecil mendekatinya. Theo tersenyum manis padanya seperti biasa, sampai begitu mendekat, Arabelle langsung memeluk pemuda itu. Kedua alis Theo terangkat. Tumben sekali Arabelle melakukan ha

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 386. S2. Berdua Bersamamu Adalah Hal Ternyaman

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk ikut bersamanya lebih dulu. Mereka berdua pergi ke suatu tempat malam ini. Theo mengajak Arabelle ke taman tempat mereka dulu melihat kembang api saat tahun baru. Di sebuah taman yang indah, dan tepat di cuaca yang cukup dingin seperti malam ini. "Kenapa mengajakku ke sini?" tanya Arabelle tersenyum menatap Theo. "Ingin saja," jawab Theo, ia menggenggam hangat tangan Arabelle dan diajaknya berjalan menaiki banyak anak tangga. Arabelle tersenyum gemas, gadis itu membalas genggaman tangan Theo sebelum mereka kini akhirnya sampai di taman bagian atas. Arabelle menatap sekitar, semua bunga-bunga bermekaran di sana. Dari bunga Hydrangea hingga bunga-bunga lainnya. "Wahh ... cantik sekali bunga-bunganya," ujar Arabelle tersenyum senang. "Sebelum musim dingin, mereka semua bermekaran," ujar Theo menarik pelan lengan Arabelle dan mengajaknya duduk. "Di rumah Mama yang ada di Palonia, semua tamannya dipenuhi oleh bunga Hyd

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 385. S2. Kedua Keluarga Berkumpul

    Segala macam persiapan sudah diselesaikan. Arabelle lolos masuk ke universitas impiannya, gadis itu mendalami ilmu kedokteran seperti yang ia inginkan. Berkat dukungan dan juga perhatian penuh yang Jordan berikan, anak gadisnya bisa berdiri sampai di titik ini.Malam ini, Jordan mengadakan makan malam. Ia mengundang juga Asher dan Aleena, juga Theo, bersama di kembar di sebuah rumah makan di restoran mewah. Tak hanya mereka, bahkan kedua orang tua Jordan pun juga ikut. "Terima kasih Tuan dan Nyonya sudah menyempatkan datang malam ini," ucap Jordan pada Asher dan Aleena. Asher terkekeh mendengarnya, ia menepuk pundak Jordan. "Masih formal saja kau dengan calon besanmu ini," ucap Asher. Jordan pun tertawa. "Masih perlu beradaptasi, Tuan Asher," jawabnya.Sedangkan Aleena kini duduk bersama dengan Hani, mereka berbincang-bincang. Theo bersama Julian dan juga Arabelle. Leo dan Lea melihat ikan-ikan hias di akuarium besar yang berada di tempat itu. Lea berlari mendekati Aleena, anak

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 384. S2. Theo dan Kesabaran Menghadapi Kekasihnya

    Hari berlalu musim pun berganti. Hari demi hari terlewati seperti embusan angin yang cepat dan lembut. Tak terasa, dua setengah tahun terlewati dengan mudahnya. Dua tahun menjadi perjalan yang sangat hebat untuk Theo. Pemuda itu, kini sudah meninggalkan bangku sekolah sejak satu tahun yang lalu. Theo meneruskan perusahaan milik Asher. Bahkan selepas lulus dari bangku sekolah, Theo sangat gila-gilaan mendalami pekerjaan yang ia impikan di dunia bisnis, dia tidak melanjutkan pendidikannya hanya sekejap, lalu fokus pada pekerjaannya. Seperti saat ini, pemuda itu duduk di dalam ruangan kerjanya, di kantor milik sang Papa. Theo tampak sibuk, menyiapkan beberapa berkas untuk persiapan meeting sore nanti. "Berkas yang semalam sudah kau bawa, kan, Theo?" tanya Asher pada sang putra. Theo menoleh dan mengangguk. "Sudah, Pa. Semuanya sudah beres," jawab pemuda itu. "Bagus. Sebagai asisten Papa, kau harus bisa segalanya. Paman Jordan sudah ada di divisinya sendiri, jadi ... kau harus bisa

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 383. S2. Kembang Api dan Arabelle

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk pergi bersamanya. Malam ini adalah malam yang sangat dinanti-nantikan oleh Arabelle. Perayaan tahun baru yang sudah dari lama ia tunggu-tunggu. Meskipun rencana Arabelle dari awal gagal total, dari ingin menemani Theo bertanding basket, sampai kini mereka pergi ingin melihat pesta kembang api, tapi Arabelle berharap kali ini tidak boleh gagal. "Hemmm ... sepertinya bahagia sekali," tanya Theo melirik Arabelle, sebelum kambali fokus mengemudikan mobilnya. Gadis cantik itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu saja," jawab Arabelle. "Aku hampir berpikir tidak ada harapan lagi untuk melihat perayaan pesta kembang api malam ini, Kak. Tapi ternyata, Tuhan berkata lain..." Theo tersenyum. "Aku selalu berdoa sepanjang hari agar apapun yang kau harapkan bisa Tuhan kabulkan, Arabelle," ucap Theo. "Benarkah?" Arabelle tersenyum menatapnya. Theo terkekeh gemas tanpa menjawabnya, ia mengulurkan satu tangannya dan mengu

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 382. S2. Nasihat dari Seorang Ayah

    Theo datang seperti biasa. Kedatangannya kali ini disambut oleh Jordan, laki-laki yang selalu ia panggil Paman sejak kecil itu kini menjadi lebih dekat dengan Theo. Mereka berdua duduk di ruang tamu, menunggu Arabelle yang tengah bersiap, karena Theo bilang kalau Arabelle diminta oleh Aleena datang untuk makan malam bersama. "Beberapa hari ini Paman jadi jarang melihatmu, Theo," ujar Jordan sambil menyalakan sebatang cerutu di tangannya. Theo tersenyum tipis. "Iya, Paman. Paman terlalu sibuk, aku juga sibuk," jawab Theo. "Heem. Paman membantu Papamu mengurus proyek yang ada di Palonia," jawab Jordan. "Paman yakin, dengan kepintaranmu, kau bisa ikut campur dalam proyek itu andai kau tidak sibuk dengan sekolahmu. Paman selalu mengajarimu nanyak hal, bukan?" Mendengar ucapan Jordan, Theo hanya terkekeh saja dan mengangguk. "Untuk beberapa bulan ini aku akan fokus pada pendidikanku dulu, Paman. Setelah itu, aku akan fokus membantu Papa," jawabnya. "Aku mungkin tidak akan mau lanjut

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 381. S2. Perasaan Saling Mendukung

    Puas berputar-putar mengelilingi kota dengan bus kota sambil menikmati hujan salju yang turun malam ini. Arabelle dan Theo bernostalgia mengenang masa kecil mereka saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak saat bus melewati sekolah mereka. "Kau sudah pamit pada Ayahmu kalau akan pulang terlambat?" tanya Theo menatap Arabelle. Gadis cantik itu mengangguk. "Iya, Kak. Aku sudah pamit," jawabnya. "Baguslah." Theo mengusap pucuk kepala Arabelle. Arabelle duduk diam menatap salju yang turun, gadis itu menyandarkan kepalanya di pundak Theo. Sedangkan Theo merangkulnya dengan satu lengannya. Mereka sama-sama menatap hujan salju di luar yang sangat indah malam ini. "Kak Theo, aku ingin mengatakan sesuatu," ujar Arabelle menoleh menatap Theo. "Sesuatu apa?" Theo menaikkan kedua alisnya. "Emm ... besok Kak Theo tanding basket, kan?" cicitnya. "Hm." Theo bergumam, ia masih terus menatap wajah cantik Arabelle. "Kenapa?" "Mungkin aku tidak bisa datang," ucap Arabelle jujur. "Besok pagi

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 380. S2. Panggilan Sayang

    Satu Minggu kemudian.Arabelle tampak murung siang ini di sekolah. Gadis itu menatap ke arah jendela luar di sekolahnya. Pandangan mata Arabelle sudah pulih, meskipun ia tidak bisa memandang jarak jauh, namun setidaknya Arabelle sudah bisa menatap sesuatu di dekatnya. "Arabelle, hmm ... kau kenapa diam saja? Ayo, kita ke super market di depan, kita beli cemil," ajak Vivian menarik lengan Arabelle. "Uang sakuku tertinggal di kamar, Vian," jawab Arabelle menatap Vivian. "Yahh, bagaimana bisa?" Vivian mengerjapkan kedua matanya. "Pakai uangku saja, ayolah..." Arabelle mendengus pelan. Mau tidak mau Vivian sudah menarik lengannya lebih dulu. Arabelle pun ikut beranjak dari duduknya. Gadis itu merapatkan kembali jaket seragam berwarna biru dan putih yang ia pakai kini. Kedua gadis itu berjalan di taman sekolah. "Huhh ... hari ini sangat dingin, Arabelle. Semoga malam ini saljunya turun, besok ada pertandingan basket anak-anak kelas sebelas. Aku akan berangkat dan membawa banner yang

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 379. S2. Hubungan Tersembunyi pun Terbongkar!

    Sekolah pulang pukul sembilan, itu terlalu pagi untuk bersantai-santai di rumah. Theo pun berkumpul dengan teman-temannya di warung belakang sekolah. Semua teman-temannya berada di sana. Tetapi Theo sedang menyusul Arabelle di sekolah, ia mengajak gadis itu ikut dengannya dulu, karena Ayahnya belum bisa menjemputnya. "Si Bos ke mana?" tanya Gerald sambil mengambil gitarnya di atas kursi. "Tuh, lagi jemput Arabelle," jawab Vero. "Tidak menyangka ya, cowok ajaib seperti Theo setia sama satu cewek," ujar Adam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dari bayi lagi!" sahut Gery. Semua teman-temannya pun tertawa mendengar hal itu. Hingga kini Theo melangkah masuk ke dalam tempat itu bersama dengan Arabelle. Tampak Ibu pemilik warung tersenyum saat melihat Theo bersama Arabelle ke sana. "Diajak duduk di dalam saja, Theo. Kasihan kalau di luar panas," ujar wanita itu. "Iya, Bu." Theo mengangguk. Arabelle duduk di sebuah bangku, dia terus memegangi lengan Theo karena gadis itu tidak

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status