Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 6. Tangisan Sang Ibu Pengganti

Share

Bab 6. Tangisan Sang Ibu Pengganti

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-12-02 12:51:21

Sepanjang malam Aleena setia terjaga. Rasanya, kedua mata gadis itu tidak bisa ia pejamkan. Bahkan hingga pagi, Aleena masih duduk di atas ranjang memeluk kedua lututnya merenungi nasibnya yang malang.

Aleena tidak tahu, apa yang akan ia katakan pada Marsha. Membayangkan betapa kecewanya wanita itu membuat Aleena tak bisa menahan air mata.

Bagaimana jika Marsha menarik semua uang yang telah ia gelontorkan untuk pengobatan ayahnya karena ia gagal melakukan tugasnya?

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya sambil menyeka air mata.

Gadis itu menyandarkan punggungnya dan menatap langit-langit kamar dan tenggelam dengan lamunannya yang gelap.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar, membuat lamunan Aleena seketika buyar.

"Selamat pagi, Nona ... apa Nona sudah bangun?"

Suara Bibi Julien di luar membuat tubuh Aleena tersentak. Ia segera merapikan penampilannya yang berantakan seadanya, lalu beranjak dari atas ranjang. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Bibi Julien di hadapannya.

Wanita setengah baya itu memasang raut wajah terkejut mendapati Aleena dengan wajah sembabnya, terlebih lagi, Aleena sendirian tanpa Asher.

"Selamat pagi juga, Bi. Maaf, aku baru bangun," ujar Aleena memaksakan seulas senyum tipis.

"O-oh … iya Nona. Bibi ingin menyampaikan pesan dari Nyonya Marsha. Beliau meminta Nona Aleena untuk menemuinya di rumah kaca yang berada di taman belakang," ujar Bibi Julien.

Aleena mengangguk. "Baik Bi, aku akan bersiap lebih dulu."

"Tetapi Nona sarapan dulu, Bibi sudah siapkan sarapannya," ujar wanita itu.

Aleena hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil sebelum gadis itu kembali menutup pintu kamarnya.

Punggung ringkihnya bersandar pada pintu kayu, Aleena gemetar meremas kedua tangannya di dada.

"Ya Tuhan, semoga Nyonya Marsha tidak marah padaku ...."

Aleena berdoa dengan sungguh, berharap kalau Nyonya Muda itu benar-benar bisa memahaminya.

Beberapa menit Aleena bersiap, gadis itu keluar dari dalam paviliun dengan balutan dress berwarna kuning cerah dan rambut panjang tergerai.

Aleena meninggalkan sarapannya begitu saja. Baginya yang terpenting saat ini adalah berbicara dengan Marsha.

Langkah Aleena menuju ke teras belakang. Di sana, ia melihat Marsha duduk di dalam rumah kaca dengan dua kursi kosong di sampingnya, dan nampak hidangan makanan ringan di atas meja menemaninya bersantai pagi ini.

Melihat wajah Marsha yang nampak dingin dan tatapan mata tajam, Aleena merasa semakin gentar. Lidahnya terasa kelu, bingung bagaimana ia harus menjelaskan.

"Se-selamat Pagi, Nyonya," sapa Aleena menundukkan kepalanya.

"Pagi," jawab Marsha singkat.

Aleena masih berdiri di hadapannya, hingga Marsha ikut beranjak dan menatapi Aleena dengan wajah mengeras.

"Kenapa semalam Asher kembali dengan cepat?" tanya Marsha menatap lekat wajah Aleena yang ketakutan. "Kalian tidak melakukannya? Kau tidak melakukan tugasmu dengan baik, Aleena?"

Jemari tangan Aleena terkepal meremas ujung dress yang ia pakai.

"Maaf, Nyonya …," ujar Aleena tertunduk.

"Aku tidak membayarmu untuk meminta maaf padaku. Kau sendiri yang berjanji akan melakukannya dengan baik. Tapi apa yang terjadi, kau malah mengulur waktu?!" pekik Marsha, membuat Aleena tersentak.

"Tuan pergi meninggalkan saya semalam, Nyonya. Saya—"

"Harusnya kau menahannya! Harusnya kau merayu Asher agar dia menghabiskan malam denganmu!" Nada suara Marsha sedikit meninggi. Ia menatap Aleena, dari ujung kepala hingga kaki. “Bukankah itu yang dilakukan oleh wanita sepertimu?!”

Bibir Aleena mengatup rapat. Dadanya berdebar-debar hingga sekujur tubuhnya panas dingin. Jemari tangannya terasa kebas saat mendengar bentakan Marsha yang terdengar merendahkan.

‘Wanita sepertimu’ terus terngiang hingga telinganya berdenging.

Kilasan kejadian semalam bersama Asher terbayang, membuat tubuh Aleena gemetar dalam ketidakberdayaan.

Namun, Aleena berusaha tegar. Bagaimanapun, ia memang telah menjual tubuhnya demi uang. Meski uang itu ia gunakan demi menyelamatkan nyawa orang yang paling ia sayang.

Tak masalah jika orang lain menilainya begitu rendah, asalkan ia masih bisa melihat ayahnya sedikit lebih lama.

“Kenapa diam saja?! Kau merasa lebih tinggi dariku hanya karena kau bisa hamil dan aku tidak?!”

Aleena tersentak. Sepasang maniknya membeliak panik. “Ti-tidak, Nyonya! Saya tidak pernah berpikir seperti itu!”

“Kalau begitu lakukan dengan baik!” sergahnya penuh kekesalan. "Pastikan nanti malam kau tidak gagal lagi, Aleena!" kecamnya penuh peringatan.

Aleena susah payah menelan ludah. "Sa-saya mengerti, Nyonya," jawabnya.

Marsha mendengus, menilai Aleena sekali lagi lewat tatapan tajamnya. "Ingat, aku sudah membayarmu di muka. Pengobatan Papamu sudah aku lunasi. Jadi, jangan mengecewakanku! Malam ini, kau harus menghabiskan malam bersama suamiku!"

Aleena mengangguk. "Baik, Nyonya, saya akan—"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Marsha lebih dulu meninggalkan Aleena yang terpaku di tempat.

Ia memandang punggung wanita itu yang semakin menjauh. Aura kekesalannya terasa begitu kuat.

Sementara Aleena masih berdiri di sana dengan perasaan campur aduk. Melakukan apa yang dikatakan Marsha, benar-benar tidak mudah.

Menahan Asher untuk bermalam dengannya? Merayu Asher?

Aleena pasrah pun sudah menjijikkan di mata laki-laki itu. Apalagi jika Aleena menahan dan merayunya?

Aleena tak bisa membayang kata-kata menyakitkan seperti apa lagi yang akan keluar dari mulut pria itu.

Dada Aleena terasa sesak, menyadari tekanan yang ia rasakan kini sungguh berat.

Namun, Aleena kembali sadar kalau dirinya sudah ditolong lebih dulu oleh Marsha, maka saat ini gilirannya untuk melakukan dengan tugasnya dengan baik.

"Nyonya Marsha benar, aku harus menahan Tuan Asher. Aku harus bisa melakukannya sekalipun dia menghinaku," lirih Aleena, berusaha menguatkan diri.

Aleena terduduk, mengusap wajahnya dengan kalut. Pikirannya penuh dengan kecamuk yang membuatnya tampak begitu frustrasi.

Tanpa Aleena sadari, sejak tadi seseorang memperhatikannya. Laki-laki tampan berbalut tuxedo hitam itu berdiri di depan jendela ruang kerjanya menatap ke arah ruang kaca di taman seberang.

Asher mengepalkan kedua tangannya melihat Aleena yang nampak pasrah pada semua perintah Marsha.

Tak ada rasa iba sedikitpun di hati Asher melihat Aleena menangis di sana.

Karena bagi Asher, gadis itu tidak lebih dari gadis murahan yang menukarkan tubuhnya demi uang!

Tanpa melepaskan tatapannya, Asher mengetatkan rahangnya dengan napas berembus penuh kebencian.

"Gadis itu ... aku harus membuatnya pergi dari rumah ini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ketut Aryatrini
pasutri gila
goodnovel comment avatar
Sitti Jusmani Fira Furqan
pasutri gila
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 390. KISAH KITA BERUJUNG BAHAGIA

    Dua hari terasa cepat di depan mata. Hari pertunangan Theo dan Arabelle pun telah datang hari ini. Acara pertunangan itu dilaksanakan di sebuah gedung hotel bintang lima milik Keluarga Benedict. Semua tamu-tamu penting dari kedua keluarga itu pun datang. Arabelle tampak sangat cantik malam ini dengan balutan dress panjang berwarna biru muda. Arabelle berdiri di samping Theo dan kedua orang tua Theo setelah acara inti dimulai beberapa menit yang lalu. Theo meraih tangan Arabelle dan menatap cincin berlian bermata putih bening itu tersemat cantik di jari manis Arabelle. "Cantik sekali cincin ini ada di jari manismu," ucap Theo berbisik. Arabelle langsung menoleh dan gadis itu tersenyum manis sambil mengangguk. "Karena kau yang memilihkannya untukku." Kekeham pelan terdengar dari bibir Theo, ia merangkul Arabelle sambil menyapa beberapa tamu yang kini memberikan ucapan selamat pada mereka. "Ini baru pertunangan, sudah sebanyak ini tamu Papa," ucap Theo. "Bagaimana kalau

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 389. S2. Tinggal Menghitung Hari, Kita Akan Terikat

    Beberapa bulan berlalu, hari-hari yang dilalui oleh Theo semakin berubah. Dari yang semula hidupnya serba tenang-tenang saja, kini menjadi sibuk layaknya ia dulu melihat sang Papa.Apalagi Theo merasakan tentang jatuh cinta, memiliki kekasih, dan menyayanginya. Arabelle adalah alasan bagi Theo untuk selalu bersemangat setiap hari. Seperti sore ini, Theo berkumpul bersama orang tuanya dan juga keluarga Arabelle di kediaman Jordan. "Kenapa Tuan Asher dan Nyonya Aleena tidak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini," ujar Hani pada mereka berdua."Memangnya kalau kami bilang-bilang apakah ada sambutan yang sangat meriah?" tanya Asher dengan nada bergurau. Kakek dan Nenek Arabelle itu pun tertawa. Bahkan Arabelle dan Theo yang duduk di sofa seberang ikut tertawa mendengarnya jawaban Asher. "Kami bertiga ke sini karena ada tujuan tertentu, Nyonya Hani," ujar Aleena. "Ada apa?" tanyanya. "Pasti ingin membahas tentang anak-anak, kan?" tanya Julian—Kakek Arabelle. "Benar Tuan." Asher menga

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 388. S2. Anak Kesayangan Mama

    Hari sudah gelap, rumah Asher tampak sepi di saat semua anak-anaknya sudah beristirahat di dalam kamar masing-masing. Aleena dan Asher kini duduk di dalam ruangan keluarga. Berdua, dan ditemani oleh cahaya yang temaram. "Tidak terasa ya, Sayang. Sekarang anak kita sudah besar-besar. Theo sudah dewasa, si kembar juga sudah besar. Rasanya baru kemarin kita menjadi orang tua," ujar Aleena menatap ke luar dari jendela di ruang keluarga. Asher tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. "Waktu berjalan dengan cepat tanpa kita sadari," jawab Asher. Aleena menyandarkan kepalanya di pundak sang suami dan wanita itu mengangguk kecil. "Dan aku tidak percaya menghabiskan seumur hidupku bersamamu, Asher. Padahal, dulu kita dipertemukan karena hal-hal yang tidak diinginkan, dan kita—""Jangan diingat lagi!" Asher menjentikkan jari telunjuknya dengan pelan di kening Aleena hingga membuat sang istri cemberut menatapnya. Wanita cantik itu mengusap keningnya dan mengeratkan pelukannya di lengan

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 387. S2. Kedekatan yang Nyaman

    Kedekatan Arabelle dan Theo sudah sangat dekat, bahkan semua orang juga sudah tahu dengan hubungan mereka. Seperti teman-teman kampus Arabelle saat ini yang melihat Theo yang tengah menjemput Arabelle pulang dari kampus. "Wah, tampan sekali, siapa dia?" "Dia kekasihny Arabelle, anak kedokteran." "Kekasihnya sangat tampan, ya, sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya." Suara bisikan-bisikan itu terdengar di telinga Arabelle saat gadis cantik itu sampai di depan. Ia melihat semua kakak tingkatnya tampak memperhatikan Theo yang berdiri di samping mobilnya tampak menunggu-nunggu. Arabelle tidak banyak bicara, ia langsung berjalan mendekati Theo saat itu juga dan mengabaikan semua Kakak tingkatnya yang masih asik membicarakan Theo. "Kak Theo!" pekik Arabelle melambaikan tangannya dan berlari kecil mendekatinya. Theo tersenyum manis padanya seperti biasa, sampai begitu mendekat, Arabelle langsung memeluk pemuda itu. Kedua alis Theo terangkat. Tumben sekali Arabelle melakukan ha

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 386. S2. Berdua Bersamamu Adalah Hal Ternyaman

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk ikut bersamanya lebih dulu. Mereka berdua pergi ke suatu tempat malam ini. Theo mengajak Arabelle ke taman tempat mereka dulu melihat kembang api saat tahun baru. Di sebuah taman yang indah, dan tepat di cuaca yang cukup dingin seperti malam ini. "Kenapa mengajakku ke sini?" tanya Arabelle tersenyum menatap Theo. "Ingin saja," jawab Theo, ia menggenggam hangat tangan Arabelle dan diajaknya berjalan menaiki banyak anak tangga. Arabelle tersenyum gemas, gadis itu membalas genggaman tangan Theo sebelum mereka kini akhirnya sampai di taman bagian atas. Arabelle menatap sekitar, semua bunga-bunga bermekaran di sana. Dari bunga Hydrangea hingga bunga-bunga lainnya. "Wahh ... cantik sekali bunga-bunganya," ujar Arabelle tersenyum senang. "Sebelum musim dingin, mereka semua bermekaran," ujar Theo menarik pelan lengan Arabelle dan mengajaknya duduk. "Di rumah Mama yang ada di Palonia, semua tamannya dipenuhi oleh bunga Hyd

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 385. S2. Kedua Keluarga Berkumpul

    Segala macam persiapan sudah diselesaikan. Arabelle lolos masuk ke universitas impiannya, gadis itu mendalami ilmu kedokteran seperti yang ia inginkan. Berkat dukungan dan juga perhatian penuh yang Jordan berikan, anak gadisnya bisa berdiri sampai di titik ini.Malam ini, Jordan mengadakan makan malam. Ia mengundang juga Asher dan Aleena, juga Theo, bersama di kembar di sebuah rumah makan di restoran mewah. Tak hanya mereka, bahkan kedua orang tua Jordan pun juga ikut. "Terima kasih Tuan dan Nyonya sudah menyempatkan datang malam ini," ucap Jordan pada Asher dan Aleena. Asher terkekeh mendengarnya, ia menepuk pundak Jordan. "Masih formal saja kau dengan calon besanmu ini," ucap Asher. Jordan pun tertawa. "Masih perlu beradaptasi, Tuan Asher," jawabnya.Sedangkan Aleena kini duduk bersama dengan Hani, mereka berbincang-bincang. Theo bersama Julian dan juga Arabelle. Leo dan Lea melihat ikan-ikan hias di akuarium besar yang berada di tempat itu. Lea berlari mendekati Aleena, anak

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 384. S2. Theo dan Kesabaran Menghadapi Kekasihnya

    Hari berlalu musim pun berganti. Hari demi hari terlewati seperti embusan angin yang cepat dan lembut. Tak terasa, dua setengah tahun terlewati dengan mudahnya. Dua tahun menjadi perjalan yang sangat hebat untuk Theo. Pemuda itu, kini sudah meninggalkan bangku sekolah sejak satu tahun yang lalu. Theo meneruskan perusahaan milik Asher. Bahkan selepas lulus dari bangku sekolah, Theo sangat gila-gilaan mendalami pekerjaan yang ia impikan di dunia bisnis, dia tidak melanjutkan pendidikannya hanya sekejap, lalu fokus pada pekerjaannya. Seperti saat ini, pemuda itu duduk di dalam ruangan kerjanya, di kantor milik sang Papa. Theo tampak sibuk, menyiapkan beberapa berkas untuk persiapan meeting sore nanti. "Berkas yang semalam sudah kau bawa, kan, Theo?" tanya Asher pada sang putra. Theo menoleh dan mengangguk. "Sudah, Pa. Semuanya sudah beres," jawab pemuda itu. "Bagus. Sebagai asisten Papa, kau harus bisa segalanya. Paman Jordan sudah ada di divisinya sendiri, jadi ... kau harus bisa

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 383. S2. Kembang Api dan Arabelle

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk pergi bersamanya. Malam ini adalah malam yang sangat dinanti-nantikan oleh Arabelle. Perayaan tahun baru yang sudah dari lama ia tunggu-tunggu. Meskipun rencana Arabelle dari awal gagal total, dari ingin menemani Theo bertanding basket, sampai kini mereka pergi ingin melihat pesta kembang api, tapi Arabelle berharap kali ini tidak boleh gagal. "Hemmm ... sepertinya bahagia sekali," tanya Theo melirik Arabelle, sebelum kambali fokus mengemudikan mobilnya. Gadis cantik itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu saja," jawab Arabelle. "Aku hampir berpikir tidak ada harapan lagi untuk melihat perayaan pesta kembang api malam ini, Kak. Tapi ternyata, Tuhan berkata lain..." Theo tersenyum. "Aku selalu berdoa sepanjang hari agar apapun yang kau harapkan bisa Tuhan kabulkan, Arabelle," ucap Theo. "Benarkah?" Arabelle tersenyum menatapnya. Theo terkekeh gemas tanpa menjawabnya, ia mengulurkan satu tangannya dan mengu

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 382. S2. Nasihat dari Seorang Ayah

    Theo datang seperti biasa. Kedatangannya kali ini disambut oleh Jordan, laki-laki yang selalu ia panggil Paman sejak kecil itu kini menjadi lebih dekat dengan Theo. Mereka berdua duduk di ruang tamu, menunggu Arabelle yang tengah bersiap, karena Theo bilang kalau Arabelle diminta oleh Aleena datang untuk makan malam bersama. "Beberapa hari ini Paman jadi jarang melihatmu, Theo," ujar Jordan sambil menyalakan sebatang cerutu di tangannya. Theo tersenyum tipis. "Iya, Paman. Paman terlalu sibuk, aku juga sibuk," jawab Theo. "Heem. Paman membantu Papamu mengurus proyek yang ada di Palonia," jawab Jordan. "Paman yakin, dengan kepintaranmu, kau bisa ikut campur dalam proyek itu andai kau tidak sibuk dengan sekolahmu. Paman selalu mengajarimu nanyak hal, bukan?" Mendengar ucapan Jordan, Theo hanya terkekeh saja dan mengangguk. "Untuk beberapa bulan ini aku akan fokus pada pendidikanku dulu, Paman. Setelah itu, aku akan fokus membantu Papa," jawabnya. "Aku mungkin tidak akan mau lanjut

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status