Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

Share

Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-12-04 17:02:29

Setelah kedua orang tua Asher pulang beberapa menit yang lalu, rumah megah itu pun tersisa Marsha dan Asher saja.

Terlihat Marsha yang kini berdiri bersedekap menatap lurus ke arah paviliun tempat Aleena tinggal.

"Aku tidak ingin kau mengulur banyak waktu, Asher," ucap Marsha tiba-tiba.

Asher yang mendengarkannya pun menoleh. "Apa maksudmu, Sayang?"

Marsha membuat tubuhnya menatap sang suami. "Aku sudah muak dengan semua cercaan Mamamu tentang anak sampai telingaku terasa panas karena terus mendengar hal itu setiap bertemu!"

"Sayang—"

"Kau tidak menepati janjimu padaku, Asher. Aku hanya memintamu untuk bermalam dengan Aleena, kita sudah membayar gadis itu. Hanya dia harapan kita satu-satunya!" desak Marsha dengan wajah memerah.

Asher memijit pangkal hidungnya, tampak benar-benar frustrasi. “Marsha, aku bisa melakukannya kapan-kapan—”

"Kapan-kapan?” sela Marsha. “Tapi sampai kapan, Asher? Apa kau tidak keberatan melihatku terus direndahkan seperti ini? Atau sebenarnya kau ingin bercerai dariku karena aku bukan istri yang berguna seperti kata ibumu?”

"Jangan bawa-bawa perceraian di antara kita, Marsha," desis Asher tak terima.

Marsha tersenyum pahit. "Kenapa? Bukankah itu yang kau mau?"

Asher mengepal kuat jemari kedua tangannya dan menatap istrinya dengan tajam.

Seolah tak takut dengan kemarahan yang terpancar dari wajah Asher, Marsha pun berdiri tegap menatapnya.

"Kalau memang tidak, maka malam ini lakukan dengan Aleena," kata Marsha. Lalu tanpa mengatakan apapun lagi, ia menyahut kunci mobilnya dan tas miliknya.

Asher yang melihat itu, lantas ia mencekal lengan istrinya, berusaha menahannya.

"Kau mau ke mana malam-malam begini?"

“Aku butuh waktu untuk menjernihkan pikiranku,” sahut Marsha, lalu melenggang pergi tanpa mempedulikan panggilan dari suaminya.

Asher tercenung dengan segala perasaan tak menentu. Sengaja ia tidak mengejar Marsha yang sedang marah padanya, karena tidak ingin suasana hati Marsha semakin buruk.

Namun, permintaan Marsha tetap membuat Asher tidak sudi melakukannya.

Bagaimana bisa istrinya meminta hal itu padanya? Apakah Marsha terlalu sakit hati dengan ucapan Mamanya?

Asher menggeram kesal menatap ke arah paviliun tempat Aleena dengan garis rahangnya yang kini terlukis jelas.

**

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Aleena keluar dari paviliun menuju rumah utama. Ia ingin mengambil ponselnya yang tertinggal di dapur sejak siang tadi.

Gadis itu melangkah masuk tanpa suara ke dalam rumah melalui pintu samping.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Bariton yang terdengar dingin dan dalam itu membuat langkah kaki Aleena terhenti, tubuhnya seolah membeku di tempat. Aleena menelan ludah saat ia menoleh dan mendapati sosok Asher duduk di sofa dengan tatapan menghunus tajam.

Aleena langsung tertunduk dan seketika menyadari pakaian tipis yang ia pakai. Tangannya sontak menutupi tubuhnya. Tadinya ia berpikir karena rumah sudah sepi, jadi tak masalah jika ia hanya mengenakan gaun tidur tipis. Toh ia hanya sebentar berada di sana.

Tapi kini … tatapan pria itu seakan tengah melucuti Aleena hingga membuatnya menggigil.

"I-itu Tuan, saya hanya—"

Lidah Aleena terasa kelu, ia tergagap hingga ucapannya terhenti saat Asher beranjak dari duduknya dan melangkah ke arahnya.

Saat Asher mendekat, aroma pekat alkohol menguar darinya. Tatapan mata sayu dan kemejanya yang berantakan membuat Aleena menyadari bahwa Asher tengah mabuk!

"Ma-maaf, Tuan, saya hanya ingin mengambil ponsel saya yang tertinggal," ujar Aleena gugup.

Asher berdecih mendengarnya. "Alasan!" katanya, sepasang matanya menelisik penampilan Aleena, "Kau kemari ingin menggodaku agar tidur denganmu, iya kan?"

Aleena menggeleng cepat. "Ti-tidak, Tuan, saya tidak bermaksud—"

Asher tersenyum miring dengan tatapan remeh. Ia berjalan semakin mendekat hingga hanya menyisakan sedikit jarak di antara keduanya.

“Kau memang wanita murahan yang tidak tahu diri!”

Bagai tertusuk seribu duri, hati Aleena nyeri atas penghinaan yang Asher lontarkan padanya. Namun, ia berusaha menguatkan diri. Asher sedang mabuk, ia mungkin tidak sadar dengan ucapannya sendiri.

Aleena hendak melangkah pergi, tapi tiba-tiba saja satu lengannya ditahan oleh Asher dengan cengkeraman erat.

Matanya membeliak saat Asher menarik lengannya hingga wajah mereka menjadi sangat dekat.

Hangat napas pria itu menerpa wajah Aleena saat berkata, "Bukankah ini yang kau inginkan? Tidur denganku?"

Satu lengan Asher menarik pinggang Aleena hingga menghapus jarak di antara mereka. Aleena tercekat, seluruh saraf motoriknya seolah tak berfungsi. Ia hanya bisa terpaku seperti patung.

"Kau menunjukkan seberapa murahnya dirimu di mataku dengan pakaian hinamu ini," bisik Asher dengan seringai di bibirnya.

Telapak tangan Aleena mendorong dada bidang Asher yang kokoh. "Anda mabuk, Tuan,” ujarnya, berusaha menekan rasa sakit hati atas penghinaan Asher. “Sebaiknya Anda beristirahat, saya akan—”

“Sekarang kau bersikap jual mahal, eh?” Asher mendengus. “Siapa yang ingin kau bodohi, gadis sia—”

Aleena menggertakkan rahang. Kata-kata sinis penuh penghinaan itu membuatnya tak tahan. Ia langsung menyela dan mendorong tubuh Asher sekali lagi.

“Saya di sini hanya untuk sebuah kesepakatan, Tuan Asher yang terhormat. Berhenti menghina saya karena saya bukan gadis seperti yang—”

Aleena tidak sempat melanjutkan kalimatnya saat Asher tiba-tiba saja menarik tengkuk lehernya dan mencium bibirnya dengan kasar.

Aleena terkejut. Ia berusaha mendorong tubuh Asher, namun tenaganya tak seberapa untuk melawan laki-laki itu. Asher memeluk tubuh kecilnya dan membawanya ke dalam sebuah kamar di lantai satu tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

"Tu-Tuan Asher, tunggu—" Aleena memekik saat Asher mendorongnya ke atas ranjang.

Asher menatap dingin seraya membuka satu persatu kancing kemeja putih yang ia pakai dan melemparkannya begitu saja.

"Aku akan mengabulkan permintaanmu," ucap Asher dengan suara nyaris seperti menggeram.

Aleena gemetar ketakutan, ia menelan saliva susah payah saat Asher kembali mengurung tubuhnya di atas ranjang.

Tanpa membuang waktu, Asher kembali mencium Aleena. Ciuman itu kasar dan menuntut. Ia menyingkap gaun tidur tipis yang melekat di tubuh gadis itu dengan tak sabar.

Aleena tak berdaya. Sentuhan-sentuhan panas yang membelai lekuk tubuh indahnya membuatnya gemetar, antara terkejut dan juga takut.

Ini kali pertama seorang laki-laki menyentuh tubuhnya dengan begitu intim. Bahkan Carl tak pernah menyentuhnya seperti ini karena ia selalu menjaga martabatnya sebagai seorang wanita.

Tapi kini … Aleena merasa dirinya seperti wanita murahan. Seperti kata Asher.

"Tuan Asher, tung—ahh—" Aleena memejamkan kedua matanya erat saat ia merasakan sesuatu yang keras menekan pangkal pahanya.

Air mata jatuh membasahi pipinya tanpa bisa dicegah. Aleena ketakutan saat bagian inti tubuhnya seolah tengah dimasuki dengan paksa, hingga tanpa sadar ia mencengkeram erat punggung Asher dengan kuku jemarinya yang menancap kuat.

Gestur itu justru membuat gerakan Asher semakin tergesa. Ia menganggap Aleena menikmati apa yang tengah mereka lakukan.

“Kau menikmatinya, hm?”

Aleena menggeleng, tapi justru lenguhan lirih yang keluar dari bibirnya saat Asher semakin jauh menyentuhnya.

“Hngh—”

Embusan napas berat menggema di kamar itu. Asher menggeram saat miliknya tenggelam lebih dalam, memasuki bagian paling intim dan yang paling dijaga Aleena sepanjang hidupnya.

Tiba-tiba, gerakan Asher terhenti saat menyadari sesuatu.

"Kau … masih perawan?" bisiknya dengan nada rendah. Ia terdengar tak percaya sekaligus takjub saat melihat noktah merah pada sprei di bawah mereka.

Sepasang matanya yang menggelap itu menelusuri wajah Aleena yang basah dan memerah di bawah kungkungannya.

Aleena membalas tatapan itu berkaca-kaca. Bibirnya gemetar menahan suara tangis.

Asher mengatupkan rahangnya yang tegas. Tatapannya pada Aleena begitu sulit diartikan.

Suaranya terdengar berat dan mengintimidasi saat bertanya, “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yusnida Wati
kenp tidak bisa buka bab selanjut nya malah kembali ke bab awal
goodnovel comment avatar
Fauziah Nur
knp tak BS buk bab baru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 390. KISAH KITA BERUJUNG BAHAGIA

    Dua hari terasa cepat di depan mata. Hari pertunangan Theo dan Arabelle pun telah datang hari ini. Acara pertunangan itu dilaksanakan di sebuah gedung hotel bintang lima milik Keluarga Benedict. Semua tamu-tamu penting dari kedua keluarga itu pun datang. Arabelle tampak sangat cantik malam ini dengan balutan dress panjang berwarna biru muda. Arabelle berdiri di samping Theo dan kedua orang tua Theo setelah acara inti dimulai beberapa menit yang lalu. Theo meraih tangan Arabelle dan menatap cincin berlian bermata putih bening itu tersemat cantik di jari manis Arabelle. "Cantik sekali cincin ini ada di jari manismu," ucap Theo berbisik. Arabelle langsung menoleh dan gadis itu tersenyum manis sambil mengangguk. "Karena kau yang memilihkannya untukku." Kekeham pelan terdengar dari bibir Theo, ia merangkul Arabelle sambil menyapa beberapa tamu yang kini memberikan ucapan selamat pada mereka. "Ini baru pertunangan, sudah sebanyak ini tamu Papa," ucap Theo. "Bagaimana kalau

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 389. S2. Tinggal Menghitung Hari, Kita Akan Terikat

    Beberapa bulan berlalu, hari-hari yang dilalui oleh Theo semakin berubah. Dari yang semula hidupnya serba tenang-tenang saja, kini menjadi sibuk layaknya ia dulu melihat sang Papa.Apalagi Theo merasakan tentang jatuh cinta, memiliki kekasih, dan menyayanginya. Arabelle adalah alasan bagi Theo untuk selalu bersemangat setiap hari. Seperti sore ini, Theo berkumpul bersama orang tuanya dan juga keluarga Arabelle di kediaman Jordan. "Kenapa Tuan Asher dan Nyonya Aleena tidak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini," ujar Hani pada mereka berdua."Memangnya kalau kami bilang-bilang apakah ada sambutan yang sangat meriah?" tanya Asher dengan nada bergurau. Kakek dan Nenek Arabelle itu pun tertawa. Bahkan Arabelle dan Theo yang duduk di sofa seberang ikut tertawa mendengarnya jawaban Asher. "Kami bertiga ke sini karena ada tujuan tertentu, Nyonya Hani," ujar Aleena. "Ada apa?" tanyanya. "Pasti ingin membahas tentang anak-anak, kan?" tanya Julian—Kakek Arabelle. "Benar Tuan." Asher menga

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 388. S2. Anak Kesayangan Mama

    Hari sudah gelap, rumah Asher tampak sepi di saat semua anak-anaknya sudah beristirahat di dalam kamar masing-masing. Aleena dan Asher kini duduk di dalam ruangan keluarga. Berdua, dan ditemani oleh cahaya yang temaram. "Tidak terasa ya, Sayang. Sekarang anak kita sudah besar-besar. Theo sudah dewasa, si kembar juga sudah besar. Rasanya baru kemarin kita menjadi orang tua," ujar Aleena menatap ke luar dari jendela di ruang keluarga. Asher tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. "Waktu berjalan dengan cepat tanpa kita sadari," jawab Asher. Aleena menyandarkan kepalanya di pundak sang suami dan wanita itu mengangguk kecil. "Dan aku tidak percaya menghabiskan seumur hidupku bersamamu, Asher. Padahal, dulu kita dipertemukan karena hal-hal yang tidak diinginkan, dan kita—""Jangan diingat lagi!" Asher menjentikkan jari telunjuknya dengan pelan di kening Aleena hingga membuat sang istri cemberut menatapnya. Wanita cantik itu mengusap keningnya dan mengeratkan pelukannya di lengan

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 387. S2. Kedekatan yang Nyaman

    Kedekatan Arabelle dan Theo sudah sangat dekat, bahkan semua orang juga sudah tahu dengan hubungan mereka. Seperti teman-teman kampus Arabelle saat ini yang melihat Theo yang tengah menjemput Arabelle pulang dari kampus. "Wah, tampan sekali, siapa dia?" "Dia kekasihny Arabelle, anak kedokteran." "Kekasihnya sangat tampan, ya, sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya." Suara bisikan-bisikan itu terdengar di telinga Arabelle saat gadis cantik itu sampai di depan. Ia melihat semua kakak tingkatnya tampak memperhatikan Theo yang berdiri di samping mobilnya tampak menunggu-nunggu. Arabelle tidak banyak bicara, ia langsung berjalan mendekati Theo saat itu juga dan mengabaikan semua Kakak tingkatnya yang masih asik membicarakan Theo. "Kak Theo!" pekik Arabelle melambaikan tangannya dan berlari kecil mendekatinya. Theo tersenyum manis padanya seperti biasa, sampai begitu mendekat, Arabelle langsung memeluk pemuda itu. Kedua alis Theo terangkat. Tumben sekali Arabelle melakukan ha

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 386. S2. Berdua Bersamamu Adalah Hal Ternyaman

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk ikut bersamanya lebih dulu. Mereka berdua pergi ke suatu tempat malam ini. Theo mengajak Arabelle ke taman tempat mereka dulu melihat kembang api saat tahun baru. Di sebuah taman yang indah, dan tepat di cuaca yang cukup dingin seperti malam ini. "Kenapa mengajakku ke sini?" tanya Arabelle tersenyum menatap Theo. "Ingin saja," jawab Theo, ia menggenggam hangat tangan Arabelle dan diajaknya berjalan menaiki banyak anak tangga. Arabelle tersenyum gemas, gadis itu membalas genggaman tangan Theo sebelum mereka kini akhirnya sampai di taman bagian atas. Arabelle menatap sekitar, semua bunga-bunga bermekaran di sana. Dari bunga Hydrangea hingga bunga-bunga lainnya. "Wahh ... cantik sekali bunga-bunganya," ujar Arabelle tersenyum senang. "Sebelum musim dingin, mereka semua bermekaran," ujar Theo menarik pelan lengan Arabelle dan mengajaknya duduk. "Di rumah Mama yang ada di Palonia, semua tamannya dipenuhi oleh bunga Hyd

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 385. S2. Kedua Keluarga Berkumpul

    Segala macam persiapan sudah diselesaikan. Arabelle lolos masuk ke universitas impiannya, gadis itu mendalami ilmu kedokteran seperti yang ia inginkan. Berkat dukungan dan juga perhatian penuh yang Jordan berikan, anak gadisnya bisa berdiri sampai di titik ini.Malam ini, Jordan mengadakan makan malam. Ia mengundang juga Asher dan Aleena, juga Theo, bersama di kembar di sebuah rumah makan di restoran mewah. Tak hanya mereka, bahkan kedua orang tua Jordan pun juga ikut. "Terima kasih Tuan dan Nyonya sudah menyempatkan datang malam ini," ucap Jordan pada Asher dan Aleena. Asher terkekeh mendengarnya, ia menepuk pundak Jordan. "Masih formal saja kau dengan calon besanmu ini," ucap Asher. Jordan pun tertawa. "Masih perlu beradaptasi, Tuan Asher," jawabnya.Sedangkan Aleena kini duduk bersama dengan Hani, mereka berbincang-bincang. Theo bersama Julian dan juga Arabelle. Leo dan Lea melihat ikan-ikan hias di akuarium besar yang berada di tempat itu. Lea berlari mendekati Aleena, anak

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 384. S2. Theo dan Kesabaran Menghadapi Kekasihnya

    Hari berlalu musim pun berganti. Hari demi hari terlewati seperti embusan angin yang cepat dan lembut. Tak terasa, dua setengah tahun terlewati dengan mudahnya. Dua tahun menjadi perjalan yang sangat hebat untuk Theo. Pemuda itu, kini sudah meninggalkan bangku sekolah sejak satu tahun yang lalu. Theo meneruskan perusahaan milik Asher. Bahkan selepas lulus dari bangku sekolah, Theo sangat gila-gilaan mendalami pekerjaan yang ia impikan di dunia bisnis, dia tidak melanjutkan pendidikannya hanya sekejap, lalu fokus pada pekerjaannya. Seperti saat ini, pemuda itu duduk di dalam ruangan kerjanya, di kantor milik sang Papa. Theo tampak sibuk, menyiapkan beberapa berkas untuk persiapan meeting sore nanti. "Berkas yang semalam sudah kau bawa, kan, Theo?" tanya Asher pada sang putra. Theo menoleh dan mengangguk. "Sudah, Pa. Semuanya sudah beres," jawab pemuda itu. "Bagus. Sebagai asisten Papa, kau harus bisa segalanya. Paman Jordan sudah ada di divisinya sendiri, jadi ... kau harus bisa

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 383. S2. Kembang Api dan Arabelle

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk pergi bersamanya. Malam ini adalah malam yang sangat dinanti-nantikan oleh Arabelle. Perayaan tahun baru yang sudah dari lama ia tunggu-tunggu. Meskipun rencana Arabelle dari awal gagal total, dari ingin menemani Theo bertanding basket, sampai kini mereka pergi ingin melihat pesta kembang api, tapi Arabelle berharap kali ini tidak boleh gagal. "Hemmm ... sepertinya bahagia sekali," tanya Theo melirik Arabelle, sebelum kambali fokus mengemudikan mobilnya. Gadis cantik itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu saja," jawab Arabelle. "Aku hampir berpikir tidak ada harapan lagi untuk melihat perayaan pesta kembang api malam ini, Kak. Tapi ternyata, Tuhan berkata lain..." Theo tersenyum. "Aku selalu berdoa sepanjang hari agar apapun yang kau harapkan bisa Tuhan kabulkan, Arabelle," ucap Theo. "Benarkah?" Arabelle tersenyum menatapnya. Theo terkekeh gemas tanpa menjawabnya, ia mengulurkan satu tangannya dan mengu

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 382. S2. Nasihat dari Seorang Ayah

    Theo datang seperti biasa. Kedatangannya kali ini disambut oleh Jordan, laki-laki yang selalu ia panggil Paman sejak kecil itu kini menjadi lebih dekat dengan Theo. Mereka berdua duduk di ruang tamu, menunggu Arabelle yang tengah bersiap, karena Theo bilang kalau Arabelle diminta oleh Aleena datang untuk makan malam bersama. "Beberapa hari ini Paman jadi jarang melihatmu, Theo," ujar Jordan sambil menyalakan sebatang cerutu di tangannya. Theo tersenyum tipis. "Iya, Paman. Paman terlalu sibuk, aku juga sibuk," jawab Theo. "Heem. Paman membantu Papamu mengurus proyek yang ada di Palonia," jawab Jordan. "Paman yakin, dengan kepintaranmu, kau bisa ikut campur dalam proyek itu andai kau tidak sibuk dengan sekolahmu. Paman selalu mengajarimu nanyak hal, bukan?" Mendengar ucapan Jordan, Theo hanya terkekeh saja dan mengangguk. "Untuk beberapa bulan ini aku akan fokus pada pendidikanku dulu, Paman. Setelah itu, aku akan fokus membantu Papa," jawabnya. "Aku mungkin tidak akan mau lanjut

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status