Beranda / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

Share

Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 19:10:43

Aleena merasa jenuh berada di dalam paviliun sepanjang hari. Setelah kejadian pagi tadi, ia memang sengaja tidak keluar dari paviliun dan terus merenung di sana.

Namun, saat hari menjelang malam, Aleena kepikiran kondisi Papanya yang masih terbaring di rumah sakit. Gadis itu pun berinisiatif untuk mengunjunginya malam itu juga.

Kalau sudah sadar, Papanya pasti akan mencari Aleena. Belum lagi, pria paruh baya itu akan merasa kesepian bila tak menemukan keberadaannya.

Aleena berpikir sambil menggigit bibir bagian dalamnya, lalu mengangguk kecil untuk meyakinkan diri.

"Mungkin aku harus meminta izin pada Nyonya Marsha sebentar untuk ke rumah sakit," ucap Aleena. Perasaan ragu langsung hinggap di hatinya, tapi Aleena berusaha menepisnya. Bagaimanapun, ia harus memastikan kondisi Papanya agar tak terus merasa khawatir.

Aleena melangkah keluar dari paviliun. Ia melewati taman samping untuk sampai di teras rumah megah milik Marsha dan Asher.

Sesampainya di kediaman utama, Aleena memelankan langkahnya saat ia melihat di dalam rumah ada beberapa tamu di sana.

"Nona Aleena, Nona sedang apa di sini?" tanya Bibi Julien yang tidak sengaja melihat Aleena.

"Bi, aku mencari Nyonya Marsha," jawab Aleena. "Aku ingin meminta izin padanya untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Papa."

Dari arah ruang keluarga, Marsha menatap ke arah Aleena yang nampak tengah berbincang dengan pelayan. Lantas, Marsha langsung beranjak dari duduknya meninggalkan Mama dan Papa mertuanya di sana.

Wanita cantik dengan balutan dress hijau itu melangkah dengan anggun mendekati Aleena. Kedatangannya pun langsung disambut oleh kegugupan Aleena.

"Ada apa, Aleena?" tanya Marsha menelisik wajah gadis itu.

"Nyonya ... sa-saya ingin meminta izin untuk menjenguk Papa saya di rumah sakit," ujar Aleena.

Marsha mendengus pelan mendengarnya, wanita itu merotasikan kedua matanya menunjukkan ekspresi tidak setuju.

"Perjanjian di antara kita, tertulis kau tidak bisa seenaknya keluar masuk dari tempat ini, kan?!" tegas Marsha dengan suara lirih, ia menatap Aleena dengan sorot kesal. "Artinya, kau tidak bisa pergi ke manapun sebelum aku memerintahkanmu untuk pergi. Begitu saja tidak mengerti?!"

Bibir Aleena langsung mengatup rapat tanpa bantahan. Sungguh Aleena tidak menduga Marsha akan menjadi segalak ini setelah pertemuan pertama mereka, karena Aleena sempat menilainya sebagai wanita yang baik dan ramah.

"Baik, Nyonya." Aleena tertunduk menelan kekecewaannya.

"Nyonya, makan malamnya sudah siap." Suara seorang pelayan terdengar dari arah belakang.

Marsha menoleh dan mengangguk, sebelum dia kembali menatap Aleena dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan ekspresi dingin.

Tanpa sengaja, Aleena menatap ke arah tiga orang yang kini berjalan keluar. Mereka adalah orang tua Asher, dan juga sosok Asher yang berjalan di belakangnya.

Melihat mereka, Aleena langsung tertunduk meremas ujung dress putih yang kini ia pakai. Sedangkan orang tua Asher terus memperhatikan Aleena.

"Siapa gadis itu, Marsha?" tanya Camelia—Mama Asher yang kini menatap lurus ke arah Aleena.

Marsha sontak menoleh, dia dan Asher saling tatap menunjukkan kegugupan karena tidak mengantisipasi pertemuan itu.

“Oh, di-dia—”

"Dia pelayan baru di sini, Ma," sela Asher sebelum Marsha sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Oh, pelayan…." Wanita setengah baya itu mengangguk dengan wajah skeptis.

"Mari kita ke ruang makan sekarang, Ma," ajak Marsha, berusaha mengalihkan perhatian mertuanya.

Mereka pun bergegas menuju ruang makan dan Asher menjadi orang terakhir di sana.

Laki-laki itu menatap Aleena dengan tatapan tajam, seolah keberadaan Aleena di sana sangat mengganggu dan membuat Asher kesal.

"Apa yang kau lakukan di sini? Jangan bersikap lancang!" sinis Asher. “Kau pikir kau bebas berkeliaran sesuka hatimu?”

Aleena menggeleng panik. “Tidak, Tuan. Saya hanya—”

Asher mendengus, lalu melenggang pergi tanpa menunggu Aleena memberikan alasan.

Sementara Aleena masih berdiri di sana dengan raut wajah sedih. Serba salah ia berada di sana. Tetapi, mengingat Aleena lebih dulu dibantu oleh mereka, ia pun berpasrah hati diperlakukan seperti apapun.

"Nona tidak papa?" Bibi Julien mengusap pundak Aleena dengan lembut dan suaranya terdengar cemas.

Aleena tersenyum tipis dan menggeleng. "Aku tidak papa, Bi. Jangan khawatir..."

"Baiklah, mari ikut Bibi saja ke belakang, ya?"

Anggukan diberikan oleh Aleena, mereka berdua pun melangkah bergegas menuju ke arah dapur.

Dapat Aleena perhatikan kedua orang tua Asher yang kini berbincang-bincang, tetapi nampaknya Marsha sejak tadi hanya diam saja. Aleena memperhatikan mereka dari arah dapur, sesekali ia mengabaikannya dan memilih membantu para pelayan.

Marsha sesekali melirik ke arah Aleena dengan tatapan dingin.

"Bagaimana, Marsha? Apa sudah ada tanda-tanda?" tanya Camelia menatap menantunya yang duduk di hadapannya.

Lantas, Marsha mengangkat wajahnya dan wanita itu menggeleng. "Belum, Ma. Tapi aku dan Asher masih berusaha," jawabnya.

"Marsha, Marsha ... sudah berapa tahun kau menikah dengan Asher? Awalnya kau bilang tidak mau punya anak dulu, tapi sekarang lihat hasilnya!" sergah Camelia, tak repot-repot menutupi kejengkelan di wajahnya.

"Semua butuh proses, Ma. Tidak segampang itu," sahut Darren—Papa Asher yang kini bersuara tenang.

"Proses ya proses, Pa! Tapi sudah bertahun-tahun mereka menikah! Sudah sangat lama!" seru Camelia.

Asher menyergah napasnya panjang. Setiap kali bersama, mereka selalu saja membahas hal ini. Asher merasa muak, meskipun ia sendiri tidak bisa menampik bahwa sebenarnya ia juga sangat menantikan seorang anak dari Marsha.

"Sudah Ma, jangan merusak suasana dengan pembahasan ini," sahut Asher kemudian.

"Nasehati istrimu! Kau sudah menjadi pemimpin perusahaan, Asher," cecar Camelia. "Apa jadinya kalau sampai kalian menua nanti tapi tidak memiliki keturunan untuk meneruskan perusahaan? Pikirkan itu!"

"Cukup, Ma!" tegas Asher menatapnya dengan wajah marah. "Jangan terus menyudutkan dan menyalahkan Marsha! Salahkan saja aku di sini, aku yang sudah salah sejak awal karena akulah yang dulu memintanya untuk menunda kehamilan. Ini semua bukan salah Marsha!"

Ungkapan Asher membuat Marsha menoleh menatap suaminya. Tentu saja Asher berbohong, demi melindunginya.

Tetapi hal itu tidak membuat Marsha merasa senang. Wanita itu tampak sudah jengah dan muak dengan sindiran Mama mertuanya, sehingga dia hanya diam dengan wajah datarnya.

Perbincangan dengan suara keras itu terdengar hingga dapur. Aleena berdiri di sana memperhatikan Marsha.

Jadi karena ini Marsha selalu menekan Aleena bahkan hingga memarahinya?

Aleena tertunduk, ia merasa bersalah pada Marsha karena malam kemarin ia gagal melakukannya dengan Asher. Namun, dapat Aleena lihat bagaimana Asher membela dan melindungi Marsha, padahal alasan mereka tidak punya anak karena Marsha mandul. Aleena melihat cinta dan kasih sayang yang begitu besar dari Asher untuk istrinya.

Aleena meremas sebuah nampan di hadapannya dengan pikiran putus asa.

Aleena sudah berjanji untuk tidak mengecewakan Marsha … karena itu, malam berikutnya bersama Asher, ia tidak boleh gagal melakukannya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 390. KISAH KITA BERUJUNG BAHAGIA

    Dua hari terasa cepat di depan mata. Hari pertunangan Theo dan Arabelle pun telah datang hari ini. Acara pertunangan itu dilaksanakan di sebuah gedung hotel bintang lima milik Keluarga Benedict. Semua tamu-tamu penting dari kedua keluarga itu pun datang. Arabelle tampak sangat cantik malam ini dengan balutan dress panjang berwarna biru muda. Arabelle berdiri di samping Theo dan kedua orang tua Theo setelah acara inti dimulai beberapa menit yang lalu. Theo meraih tangan Arabelle dan menatap cincin berlian bermata putih bening itu tersemat cantik di jari manis Arabelle. "Cantik sekali cincin ini ada di jari manismu," ucap Theo berbisik. Arabelle langsung menoleh dan gadis itu tersenyum manis sambil mengangguk. "Karena kau yang memilihkannya untukku." Kekeham pelan terdengar dari bibir Theo, ia merangkul Arabelle sambil menyapa beberapa tamu yang kini memberikan ucapan selamat pada mereka. "Ini baru pertunangan, sudah sebanyak ini tamu Papa," ucap Theo. "Bagaimana kalau

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 389. S2. Tinggal Menghitung Hari, Kita Akan Terikat

    Beberapa bulan berlalu, hari-hari yang dilalui oleh Theo semakin berubah. Dari yang semula hidupnya serba tenang-tenang saja, kini menjadi sibuk layaknya ia dulu melihat sang Papa.Apalagi Theo merasakan tentang jatuh cinta, memiliki kekasih, dan menyayanginya. Arabelle adalah alasan bagi Theo untuk selalu bersemangat setiap hari. Seperti sore ini, Theo berkumpul bersama orang tuanya dan juga keluarga Arabelle di kediaman Jordan. "Kenapa Tuan Asher dan Nyonya Aleena tidak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini," ujar Hani pada mereka berdua."Memangnya kalau kami bilang-bilang apakah ada sambutan yang sangat meriah?" tanya Asher dengan nada bergurau. Kakek dan Nenek Arabelle itu pun tertawa. Bahkan Arabelle dan Theo yang duduk di sofa seberang ikut tertawa mendengarnya jawaban Asher. "Kami bertiga ke sini karena ada tujuan tertentu, Nyonya Hani," ujar Aleena. "Ada apa?" tanyanya. "Pasti ingin membahas tentang anak-anak, kan?" tanya Julian—Kakek Arabelle. "Benar Tuan." Asher menga

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 388. S2. Anak Kesayangan Mama

    Hari sudah gelap, rumah Asher tampak sepi di saat semua anak-anaknya sudah beristirahat di dalam kamar masing-masing. Aleena dan Asher kini duduk di dalam ruangan keluarga. Berdua, dan ditemani oleh cahaya yang temaram. "Tidak terasa ya, Sayang. Sekarang anak kita sudah besar-besar. Theo sudah dewasa, si kembar juga sudah besar. Rasanya baru kemarin kita menjadi orang tua," ujar Aleena menatap ke luar dari jendela di ruang keluarga. Asher tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. "Waktu berjalan dengan cepat tanpa kita sadari," jawab Asher. Aleena menyandarkan kepalanya di pundak sang suami dan wanita itu mengangguk kecil. "Dan aku tidak percaya menghabiskan seumur hidupku bersamamu, Asher. Padahal, dulu kita dipertemukan karena hal-hal yang tidak diinginkan, dan kita—""Jangan diingat lagi!" Asher menjentikkan jari telunjuknya dengan pelan di kening Aleena hingga membuat sang istri cemberut menatapnya. Wanita cantik itu mengusap keningnya dan mengeratkan pelukannya di lengan

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 387. S2. Kedekatan yang Nyaman

    Kedekatan Arabelle dan Theo sudah sangat dekat, bahkan semua orang juga sudah tahu dengan hubungan mereka. Seperti teman-teman kampus Arabelle saat ini yang melihat Theo yang tengah menjemput Arabelle pulang dari kampus. "Wah, tampan sekali, siapa dia?" "Dia kekasihny Arabelle, anak kedokteran." "Kekasihnya sangat tampan, ya, sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya." Suara bisikan-bisikan itu terdengar di telinga Arabelle saat gadis cantik itu sampai di depan. Ia melihat semua kakak tingkatnya tampak memperhatikan Theo yang berdiri di samping mobilnya tampak menunggu-nunggu. Arabelle tidak banyak bicara, ia langsung berjalan mendekati Theo saat itu juga dan mengabaikan semua Kakak tingkatnya yang masih asik membicarakan Theo. "Kak Theo!" pekik Arabelle melambaikan tangannya dan berlari kecil mendekatinya. Theo tersenyum manis padanya seperti biasa, sampai begitu mendekat, Arabelle langsung memeluk pemuda itu. Kedua alis Theo terangkat. Tumben sekali Arabelle melakukan ha

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 386. S2. Berdua Bersamamu Adalah Hal Ternyaman

    Setelah acara makan malam selesai, Theo mengajak Arabelle untuk ikut bersamanya lebih dulu. Mereka berdua pergi ke suatu tempat malam ini. Theo mengajak Arabelle ke taman tempat mereka dulu melihat kembang api saat tahun baru. Di sebuah taman yang indah, dan tepat di cuaca yang cukup dingin seperti malam ini. "Kenapa mengajakku ke sini?" tanya Arabelle tersenyum menatap Theo. "Ingin saja," jawab Theo, ia menggenggam hangat tangan Arabelle dan diajaknya berjalan menaiki banyak anak tangga. Arabelle tersenyum gemas, gadis itu membalas genggaman tangan Theo sebelum mereka kini akhirnya sampai di taman bagian atas. Arabelle menatap sekitar, semua bunga-bunga bermekaran di sana. Dari bunga Hydrangea hingga bunga-bunga lainnya. "Wahh ... cantik sekali bunga-bunganya," ujar Arabelle tersenyum senang. "Sebelum musim dingin, mereka semua bermekaran," ujar Theo menarik pelan lengan Arabelle dan mengajaknya duduk. "Di rumah Mama yang ada di Palonia, semua tamannya dipenuhi oleh bunga Hyd

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 385. S2. Kedua Keluarga Berkumpul

    Segala macam persiapan sudah diselesaikan. Arabelle lolos masuk ke universitas impiannya, gadis itu mendalami ilmu kedokteran seperti yang ia inginkan. Berkat dukungan dan juga perhatian penuh yang Jordan berikan, anak gadisnya bisa berdiri sampai di titik ini.Malam ini, Jordan mengadakan makan malam. Ia mengundang juga Asher dan Aleena, juga Theo, bersama di kembar di sebuah rumah makan di restoran mewah. Tak hanya mereka, bahkan kedua orang tua Jordan pun juga ikut. "Terima kasih Tuan dan Nyonya sudah menyempatkan datang malam ini," ucap Jordan pada Asher dan Aleena. Asher terkekeh mendengarnya, ia menepuk pundak Jordan. "Masih formal saja kau dengan calon besanmu ini," ucap Asher. Jordan pun tertawa. "Masih perlu beradaptasi, Tuan Asher," jawabnya.Sedangkan Aleena kini duduk bersama dengan Hani, mereka berbincang-bincang. Theo bersama Julian dan juga Arabelle. Leo dan Lea melihat ikan-ikan hias di akuarium besar yang berada di tempat itu. Lea berlari mendekati Aleena, anak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status