Share

18. Nekat menikah

Renata termenung dalam lamunannya, pagi ini perempuan itu merasa enggan untuk bekerja. Ia meringis saat mengingat keputusannya semalam. Bagaimana bisa dia setuju menikah dengan Naren tanpa adanya rasa tulus dan cinta. Renata pikir dia sudah gila karena berani-beraninya senekat itu.

Tubuhnya sudah rapi berbalut pakaian kerja, seharusnya Renata segera berangkat sebelum jam semakin siang atau dia harus rela tertinggal bus. Entah apa yang membuat perempuan itu ragu untuk berangkat ke kantor, apakah ia takut saat sampai di kantor tiba-tiba bertemu Nawes? Atau ia canggung bertemu dengan Naren?

Namun suara bel membuat lamunan perempuan itu buyar, dengan tergesa beranjak untuk membuka pintu. Wajahnya yang terkejut terlihat kentara lantaran saat ia membuka pintu sudah ada Naren yang berdiri di depan unitnya. Laki-laki itu tersenyum lebar saat menatapnya dan laki-laki itu sendirian. Tidak bersama Naya yang justru membuat Renata lebih terkejut.

"Selamat pagi, Renata." Sapa Naren.

"Pa-pagi, Pak.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status