Share

17. Nawes marah besar.

"Papa, kapan Papa dan Mama akan menikah?" Celetuk Naya memecah keheningan malam.

Naren yang sedang menyetir menoleh sejenak ke arah putrinya yang duduk di jok sebelahnya. Kali ini Naya sama sekali tidak menangis saat di ajak pulang ke rumah karena Naren beralasan jika Naya ingin segera melihat papa dan mama menikah maka ia harus pulang dan tidak menangis. Dengan rasa sedikit kesal Naya akhirnya menurut tanpa menangis.

"Hmm mungkin bulan depan, kenapa?"

"Lama sekali, apa tidak bisa minggu depan saja? Naya sudah tidak sabar ingin tidur bersama Mama setiap hari." Rajuk Naya yang membuat Naren tertawa pelan.

"Kalau ingin cepat Naya harus membantu Papa."

"Membantu apa, Papa? Naya mau!" Jawab Naya cepat.

Tubuhnya yang bersandar kini berubah condong ke arah Naren, sudah tidak sabar ingin tahu apa itu. Membuat Naren terkekeh di sela kegiatannya menyetir mobil, tingkah Naya sungguh menggemaskan di matanya. Jalanan Surabaya malam ini terasa sangat lengang, tidak seperti malam-malam biasanya yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status