Dukung cerita ini selalu yah, akhir-akhir ini karena lagi UAS, aku lebih sering update jam 22.00 WIB ke atas So, jangan lupa dukungannya. Kasih ulasan boleh kok hehe
"Lisa, ke ruangan saya sekarang," perintah Max tanpa menunggu jawaban. Ia langsung masuk ke dalam ruangan dan menunggu di pintu dengan menahannya dengan tangannya sendiri. Fano dan kedua sekretarisnya hanya planga-plongo melihat itu. Sementara sementara Lisa sudah seperti sapi yang dicocok hidungnya, ia tidak bisa bergerak menolak atau hanya sekedar beralasan kalau ia tidak bisa masuk ke sana karena sebuah tugas atau apa, karena pada akhirnya Max akan tau tugasnya persis dari Fano langsung. Sejujurnya, tugasnya di sana memang cukup remeh dan seperti kata sekretaris 1 Max, bahwa keberadaannya di sana kadang mengganggu pekerjaan mereka karena tidak efisien dan tidak membantu secara signifikan. Sehingga tanpa ada ia dalam pekerjaan itu mereka bisa berjalan dengan mudah. Maka, Lisa pun masuk ke dalam ruangan itu dengan Max si duda tampan sekaligus juga majikannya. Namun, ternyata mereka tidak hanya berdua, ada dua orang yang sepertinya siap mengambil gambar. Lisa sendiri menatap Max
Postingan yang diposting oleh Tiwi dan manajemennya pun langsung booming di media sosial. Tentu kebanyak dari mereka mempertanyakan siapa sosok calon istri Max yang misterius, bahkan mereka tidak tau namanya. Meski tak melihat wajahnya, dengan cepat Larissa tahu siapa sosok itu. Sebelumnya ia sudah menyelidiki siapa saja yang dekat dengan Max, tentu Larissa bisa langsung tahu siapa sosok itu. Max tidak jauh dengan dirinya, circlenya sama-sama orang yang bebas dan tidak religius, tapi satu-satunya orang yang dekat dengan Max sebagai karyawannya dan memakai pakaian yang memperlihatkan ketaatan pada agamanya adalah Lisa. Larissa tahu tentang itu, ia juga tau tidak hanya dirinya yang tau tentang fakta Lisa adalah orang yang ada di wawancara. Ia juga mencari cara untuk membalas postingan Max. Semua orang harus tau, ia harus terlihat baik-baik saja meskipun ia patah hati. Namun, belum sampai ia menemukan ide itu, Max sudah menelponnya terlebih dahulu. "Bagaimana kabarmu, Nona Larissa?" s
Lisa menghela napas meihat Max baru pulang kantor jam 1 malam. Ia juga turun ke bawah untuk mengambil minum. "Lis, kamu belum tidur?" tanya Max. "Aku kebangun. Kamu baru pulang jam segini?" tanya Lisa bingung. "Ya, lembur seperti biasa," ungkapanya lemas. "Pucet banget mukamu, kamu jadi keliatan gak keurus. Apa masalah di media sosial belum kelar?" tanya Lisa sambil mengambilkan minum untuk Max. Max menggeleng, "Udah kelar, makasih," ujarnya sambil menerima minum dari Lisa dan duduk di meja pantry. "Sama-sama. Kayaknya aku bakal pulang pergi lagi deh," ujar Lisa. "Maksudmu?" tanya Max heran, "Kamu mau balik malem-malem ke rumah nenekmu?" "Iya, kata Nenek gak baik kalau calon pengantin tinggal bareng." "Iya sih, stigma masyarakat akan beda." "Kan ... cuma aku beratnya sama Baby Axel. Aku cuma ketemu sejam." Max terkekeh, "Besok kalo kita udah sah juga kita bakal ketemu setiap hari." Mendengar itu Lisa tersipu malu, "Apaan sih. Aku pamit ke atas dulu." Melihat dan berintera
Foto pelepasan Lisa yang membawa Baby Axel di gendongannya membuat banyak netizen tertarik membahas itu. Bagaimana tidak, Lisa yang dikenal sebagai orang yang pandai merayu itu adalah orang yang benar-benar menyayangi anak dari calon suaminya. Banyak orang yang sebenarnya menghindari berhubungan dengan duda atau janda karena anak mereka mungkin. Namun, keputusan untuk menikah dengan janda atau duda pun menjadi suatu pilihan yang luar biasa, karena secara tidak langsung anak itu akan menjadi anaknya, artinya kekurangan atau kelebihan apapun yang dimiliki oleh suami dan anaknya harus ia terima juga. Karena, itu juga merupakan aibnya harus ia jaga juga, jadi Lisa menjadi perbincangan hangat karena sosoknya yang sangat luwes menghadapi anak dari calon suaminya itu. Video tentang baby Axel yang menolak untuk ikut ayahnya sendiri pun menjadi sorotan dan bukti kalau baby Axel sudah menaruh hati pada calon ibunya itu. Sehingga ketika di kampus, Lisa menjadi pusat perhatian lagi. Padahal sebe
Sudah menjadi rahasia umum bahwa internet dan segala turunannya juga sistem kehidupan dunia, bahkan keadilan adalah milik orang-orang yang memiliki kuasa. Orang biasa dari kalangan menengah ke bawah, tidak akan memiliki kekuatan atas hidup yang benar-benar adil. Mereka mungkin hanya bisa hidup tenang, tetapi tidak bisa membantu yang lainnya untuk merasakan hal yang sama. Pada akhirnya mereka hanya bisa saling fokus kepada diri masing-masing dan terkadang banyak yang harus meninggalkan satu sama lain. Pergolakan yang ada di internet mengenai berita skandal antara Max dan Larissa belum usai, Larissa sebagai orang yang katanya mewakili para wanita mendapat banyak dukungan dari para pembela wanita *katanya. Apalagi Larissa berkumpul di suatu komunitas dan mereka secara terang-terangan mempersalahkan sikap Max yang tidak adil bagi wanita ini. Agak tidak nyambung, karena Max sudah beberapa kali menjelaskan bahwa tidak ada keterangan darinya yang mengatakan bahwa ia dan Larissa memiliki hub
Max membanting berkas-berkas fotokopian yang diajukan oleh Larissa tadi di lantai, kemudian Hans berkata."Lu nggak usah khawatir dulu, kita pikirin ini dengan kepala dingin. Lo harusnya bisa memperkirakan bahwa ketika Evelyn bilang kalau mereka bisa dengan mudah manipulasi, harusnya kita menjadi orang yang bisa mengungkapkan manipulasi itu kan dan yang lebih unggulnya lagi. Kita bisa menjadi orang yang menaklukkan.""Maksud lo apa sih? Nggak usah pakai bahasa puisi buaya lu sama gua," ujar Max todak mood.Hans hanya bisa menghela nafas menghadapi tempramen temannya yang memang kurang sejak awal. "Gini, maksud gue adalah kalau mereka bisa memanipulasi berarti gue bisa dan gue yakin pasti bisa. Pertanyaannya adalah, ke arah mana mereka akan membawa kasus ini? Nah sekarang gue lagi memantau dan lu tenang aja, gua bakal bantu sampai tuntas.""Ya, gue percaya sama lu, tapi gue udah mau nikah dan ada orang yang belum mau ngelepasin gua. Padahal lu tahu kan yang sakit nggak cuma gua dalam
Seperti yang dibicarakan oleh Hans, menghadapi Evelyn dan juga Larissa adalah hal yang sangat sulit. Namun, rencananya untuk membuat Larissa fokus pada kecemburuannya terhadap kemajuan hubungan Lisa dan Max berhasil. Hal itu membuat Hans dan Rudi hanya menghadapi Evelyn. Menghadapi Evelyn saja sudah sangat merepotkan, karena ia memang benar-benar licik dan juga pemain yang ulung dalam hal hukum. Hans jadi merasa semangat dan merasa tertantang dengan kehadiran orang-orang seperti Evelyn, karena selama ini ia berhadapan dengan orang-orang yang mudah dibayar dengan hukum atau diancam dengan hal-hal yang berbentuk materi. Sayangnya, hal ini tidak berlaku pada Evelyn. Evelyn ini merupakan anak salah satu konglomerat, jadi ia tidak butuh uang banyak karena ia sudah punya, bahkan ketika ia tidak menjadi pengacara terkenal seperti sekarang ini. Max melihat semua dokumen yang kumpulkan oleh Hans bersama dengan pengacaranya Rudi dan juga temannya dari Jerman. Mereka berkolaborasi mengumpulkan
Lisa berlari menuju kamar yang dulu ia tempati, ia sangat shock sampai tak ingat kalau ada pecahan kaca di tempatnya tadi, sehingga kakinya terkena pecahan kaca itu. "Aw!" pekiknya ketika merasakan sakit di kedua kakinya. Ia memakai sendal, tetapi ada satu pecahan kaca yang menembus ke telapak kakinya. Ia tak mengerti dengan apa yang tadi Max bicarakan, itu terlalu jauh dari ekspektasinya. Max bukan orang yang bisa membunuh yang lain kan. "Gak mungkin, Max gak mungkin bunuh orang ...." gumam Lisa berusaha meyakinkan diri sendiri. Sementara itu, di balik pintu, Max merasa ragu untuk mengetuk pintu Lisa. Ia tau Lisa mendengarnya bicara padanya, tapi apa yang harus ia jelaskan. Ia takut Lisa tak menerimanya dengan kenyataan itu. Ia bukan orang baik, ia bisa melakukan apapun untuk agar tujuannya tercapai atau mungkin ia bisa saja membunuh orang dengan sengaja. Namun semua itu terlalu mengerikan di telinga Lisa yang lembut. ••• Mei menatap Lisa bingung, sedari tadi Lisa hanya melamu