Share

Membalas Budi

Author: Money Angel
last update Last Updated: 2023-12-09 18:19:16

Jane seketika menyentuh sebelah pipinya yang memar. Ia pun berbaling, “Ah, ini karena aku terbentur pintu lemari. Bukan satu hal besar yang harus dibahas saat ini.”

“Ok, baiklah.” Bryan menjawab langsung saat ingat kalau wanita di hadapannya itu bukanlah siapa-siapa baginya, “Lalu, kenapa kau mencariku, Nona?”

Jane merogoh isi tasnya. Ia mengeluarkan dan menyerahkan sebuah amplop coklat tipis pada Bryan, “Aku ingin membalas jasamu yang sudah menolongku tadi malam. Kalau bukan karenamu, mungkin saja aku sudah akan...”

“Jangan diteruskan. Itu tidak perlu diingat dan aku juga melakukan itu karena rasa kemanusiaan. Tidak usah membalas apapun padaku, Nona.” Bryan berucap tegas tanpa membuka isi amplop tersebut.

“Tidak apa. Tolong lihat dan terima saja isinya. Aku yang akan merasa buruk kalau tidak melakukan ini untukmu, Tuan.” Jane memaksa hingga Bryan tidak enak hati untuk tidak membuka isi amplop di tangannya.

Bryan menaikkan sebelah alisnya saat melihat isi amplop, ‘Selembar cek?’ gumamnya dalam hati. Tapi setelah ia melihat nominal yang tertulis di sana, Bryan melebarkan matanya seketika.

“Lima belas juta? Apa-apaan ini, Nona?” Bryan bertanya heran.

“Itu adalah rasa terima kasihku padamu, Tuan. Bagaimana? Apa nominalnya kurang? Aku bisa menambahkannya lagi untukmu. Sini, biar kusobek yang ini dan akan kubuatkan yang baru.” ucapan Jane semakin membuat Bryan terperangah.

Bryan mencubit pangkal hidungnya yang berdenyut sebelum berucap lagi pada Jane, “Bukan itu maksudku, Nona. Aku memang tidak bisa menerima ini karena aku menolongmu dengan tulus. Sekalipun aku miskin, aku tidak boleh memanfaatkan keadaan. Kuminta, ambil ini lagi dan simpanlah. Terserah kau ingin membuangnya ke mana, yang jelas aku tidak mungkin menerima ini.”

Harga diri Bryan begitu tinggi hingga ia tidak berpikir dua kali untuk menolak, sekalipun ia harus mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ASI untuk Lizzie. Akan tetapi Jane juga akan merasa lebih buruk kalau ia tidak melakukan apapun pada Bryan sebagai ungkapan balas budi.

“Tapi aku juga tidak akan diam tanpa membalas budi. Kalau tidak ingin kuberi uang, tolong katakan apa yang bisa kulakukan untukmu, Tuan... hmm.”

“Bryan Frank. Kau bisa memanggilku Bryan, Nona. Dan sekali lagi kukatakan kalau kau tidak perlu membalas apapun padaku.” Bryan masih tegas dalam pendiriannya, “Jika tidak ada hal lain lagi, aku permisi. Ini sudah masuk jam kerjaku, Nona.”

Bryan bangkit dari duduknya dan sedikit menunduk pada Jane untuk berpamitan. Itu membuat Jane segera berpikir keras.

“Lalu bagaimana tentang kau yang dipecat si botak brengsek itu? Aku juga bertanya pada suster di IGD tentangmu, tapi dia mengatakan kalau kau meninggalkanku di rumah sakit karena anakmu. Apa tidak ada hal yang bisa kulakukan untukmu, Tuan Bryan? Ayolah, jangan membuatku merasa buruk karena tidak melakukan apapun.”

“Aku tidak suka berhutang budi. Bagaimana kalau pertolonganmu akan kubayar lewat bayimu saja.” ucap Jane kembali menawarkan balas budinya.

Bryan berdiri mematung mendengar tentangnya yang memang bermasalah setelah pemecatannya sebagai kuli dan ia juga harus mencari uang lebih untuk Lizzie. Tapi setelah itu pria baik tersebut tersenyum miris dan menoleh lagi pada Jane.

“Terima kasih karena sudah peduli, tapi aku akan baik-baik saja, Nona. Selamat malam.” ucap Bryan yang kemudian berlalu menuju dapur toko ayam goreng tersebut.

Jane tidak percaya kalau di dunia yang kacau ini masih ada orang baik yang tulus menolong orang lain. Ia ingin menerima penolakan Bryan tapi hatinya menolak karena tidak bisa melakukan apapun pada penolongnya. Terlebih, kin Bryan kehilangan pekerjaannya setelah menolongnya dari pria bajingan malam itu.

Jane merasa harus menunggu sebentar lagi untuk bicara dengan Bryan, tapi yang ditunggu tidak juga menunjukkan batang hidungnya. Jelas saja tidak bertemu, karena Bryan memang sudah melakukan pekerjaannya, mengantarkan pesanan ayam goreng pelanggan toko tersebut.

“Permisi, Nona.” Seorang pria yang berpakaian karyawan toko tersebut menyapa Jane. Dia adalah Stu, “Apa kau masih ingin menunggu Bryan di sini?”

Jane menoleh padanya, “Hmm, ya. Aku belum selesai bicara dengannya. Memangnya kenapa?”

Stu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia terlihat kesulitan akan menjelaskan maksudnya pada Jane.

“Begini, Nona. Aku bukannya ingin ikut campur dengan urusan anda dengan temanku Bryan. Tapi...” Stu bicara lagi dan kini menoleh pada barisan pelanggan yang berdiri di depan kasir, “Aku hanya ingin bertanya, apa anda akan memesan sesuatu sambil menunggu?”

Sebelah alis Jane terangkat, “Memangnya kenapa?”

“Di sana, di depan kasir. Sudah banyak pelanggan yang menunggu meja kosong karena mereka ingin makan. Sementara anda di sini hanya duduk menunggu temanku tanpa mengorder apapun. Maafkan aku jika terdengar tidak sopan, tapi aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini dengan baik kalau sebaiknya anda...”

“Baiklah, aku mengerti. Maafkan aku karena mengganggu waktu kalian. Aku akan pergi.” Stu terhenti saat Jane menjawab seketika. Wanita cantik dengan tinggi semampai itu berdiri dan akan melangkah. Tapi Stu menahannya lagi.

“Nona, setengah jam lagi waktu istirahatku. Aku bisa memberitahumu tentang Bryan, karena sepertinya kau tulus untuk membantu temanku itu. Yakinlah, aku tidak ingin meminta apapun. Aku hanya ingin membantumu membalas budi dan membuat temanku memiliki jalan keluar dari masalahnya.” Stu tersenyum memberitahukan itu pada Jane.

Sementara itu di tempat berbeda, ada Bryan yang dengan sigap mengantarkan pesanan-pesanan ayam goreng tepung yang masih mentah pada langganan tetap toko mereka, ditambah lagi dengan pesanan eceran via aplikasi pesan antar.

Bryan meminggirkan sepeda motornya di sisi kiri jalan yang sepi. Ia duduk di sebelah pot besar berisi bunga Bougenville yang menghiasi bahu jalan. Sambil menyesap kopi kalengan yang baru dibelinya, Bryan kembali memikirkan tawaran balas budi Jane tadi.

‘Lima belas juta bukan uang yang sedikit. Itu banyak dan bisa mencukupi kebutuhan bulananku bersama Lizzie selama tiga bulan. Jika kuambil, upah antar ayam goreng akan menutupi biaya tambahan membeli ASI di rumah sakit. Semuanya akan berjalan baik dalam beberapa bulan ke depan sementara aku mencari pekerjaan baru.’

‘Tapi kalau itu benar kuambil, lalu apa bedanya aku dengan bajingan yang akan melecehkan wanita itu? Bukankah aku sama brengseknya dengan si botak?’

Bryan terus memikirkan Jane dan uang tadi sambil berulang kali menoleh pada kendaraan yang sesekali melintas di jalan. Sampai isi kopi kalengan di tangannya habis, barulah Bryan menghela napas kasar dan bangkit dari sana.

“Aku harus menjemput Lizzie. Aku tidak ingin kemalaman lagi dan merepotkan Nyonya Katty. Putriku juga membutuhkanku.” gumamnya sendirian dan mulai menghidupkan mesin motornya lagi menuju Day Care milik Nyonya Katty.

Setelah berterima kasih dan memosisikan gendongan bayinya dengan benar, Bryan segera kembali ke rumahnya. Dari pengantar ayam tepung, kini Bryan berganti peran menjadi ayah siaga bagi putri kecilnya yang cantik.

Keadaan Lizzie sudah lebih baik setelah demamnya reda. Sesuai anjuran dokter untuk meminum ASI, Bryan membeli ASI yang dijual di rumah sakit dan benar saja, si kecil memang terlihat lebih nyaman tertidur, mungkin  karena perutnya kenyang dengan makanan yang sesuai untuknya.

Akhirnya, Bryan bisa tidur lebih nyenyak dan hanya sesekali terbangun untuk memberi ASI lagi untuk Lizzie sesuai jam. Tubuh si ayah hebat itu kembali bugar di pagi hari dan ia siap mengantarkan Lizzie ke Day Care lagi karena ia akan mencari pekerjaan baru.

Namun, ketika ia masih bersiap menyediakan peralatan dan kebutuhan Lizzie yang akan dibawa, suara ketukan pintu terdengar berulang dan itu membuat Bryan terganggu.

Ia segera berjalan ke depan dan membuka pintu, “K-kenapa kau ada di sini?”

“Bukannya aku sudah bilang padamu kalau aku tidak suka berhutang budi. Pertolonganmu akan kubayar lewat bayimu saja dan kurasa kau membutuhkanku dalam masalahmu.” ucap Jane menekankan pendiriannya tanpa ragu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Susu Anak Pria Miskin   Bahagia Yang Sempurna

    Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak

  • Ibu Susu Anak Pria Miskin   Bonus Chapter: Siaran Langsung Panas

    “Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in

  • Ibu Susu Anak Pria Miskin   Kebahagiaan Yang Sempurna

    Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa

  • Ibu Susu Anak Pria Miskin   Kepanikan Menyambut Si Kembar

    Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang

  • Ibu Susu Anak Pria Miskin   Fakta Yang Terlambat

    ‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han

  • Ibu Susu Anak Pria Miskin   Hari Tanpa Jane

    “Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status