Share

140. Menjaga Musuh

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-04-17 15:37:11
“Ayo, kita keluar. Mereka sudah tertidur,” ketik Sydney di ponsel dan menunjukkannya pada Esther.

Esther melirik dua bayi mungil yang sudah tertidur pulas di boks. Dada Jade dan Jane naik turun perlahan dan terlihat sangat damai.

Pelayan itu mengangguk kaku, lalu berjalan mengikuti langkah ringan Sydney ke luar kamar si kembar.

Di depan pintu, Sydney kembali mengetik sesuatu di layar ponselnya. Dia menyodorkannya sebelum berpisah.

“Aku titip salam untuk adikmu. Jika kau ingin bertemu lagi dengannya, beri tahu aku.”

Esther mengatup bibirnya erat. Dada kirinya mendadak terasa sesak.

“Baik, Nona,” jawab Esther seraya menunduk sopan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Esther membungkuk dan buru-buru pergi. Dia melangkah tergesa-gesa seolah takut tubuhnya akan runtuh jika terlalu lama berdiri di sana.

Sydney diam di depan pintu sambil terus memandang punggung Esther yang semakin menjauh. Senyum wanita itu memudar dan berubah datar penuh waspada.

Sesaat Sydney menoleh pada pintu k
prasidafai

Satu per satu musuh ditumbangin sama Morgan. Selanjutnya siapa ya? Selamat membaca dan semoga terhibur, Kesayanganku :)

| 50
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Bunda Hafizh
semoga Esther bnr2 sadar KL bella tu jahat, SDH BNR milih sedney yg baik hati
goodnovel comment avatar
Iis istiana
kesian sidney kan
goodnovel comment avatar
maya sari
double date Thor .. kerja cerdas Sydney ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   413. Nama Terlarang yang Kembali Terdengar

    “Nomor ini terus mencoba menghubungiku beberapa kali selama satu minggu terakhir. Mungkin hanya orang iseng atau orang media, abaikan saja.” Morgan berkata datar sembari menatap layar ponsel di tangannya. Nada suara pria itu terdengar tenang, tetapi ada kekesalan samar di ujung kata-katanya. Morgan menatap angka-angka yang tertera di layar, tanpa sadar sudah menghafalnya karena terlalu sering muncul. Sydney berdiri tidak jauh darinya sambil terus menatap Morgan sambil mengernyitkan dahi. Tatapan wanita itu tidak lepas dari wajah suaminya. Morgan mengangkat ibu jari, siap menekan ikon telepon merah untuk menolak panggilan, tetapi tangan lain yang hangat tiba-tiba menyentuh lengannya. “Jika dia sudah mencoba menghubungimu beberapa kali,” ucap Sydney lembut, “coba angkat saja.” Morgan menoleh dan menatap mata istrinya. Untuk beberapa detik, Morgan menimbang-nimbang keputusan yang akan dia ambil. Antara mengikuti kata hatinya atau saran wanita yang dia cintai. Walaupun sering me

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   412. Laporan Ken

    “Baiklah. Kali ini aku serius,” tukas Ken, lalu menghela napas. Ken mencondongkan tubuh ke depan, menaruh kedua siku di lutut, dan menatap Morgan lurus-lurus. “Echelon Vanguard sudah bubar,” lanjut Ken lebih serius. Morgan mengangkat alis, tetapi hanya sebentar. Sebuah senyum puas langsung mengembang di bibir pria itu. “Itu bagus,” sahut Morgan dengan tenang. Sorot mata Morgan memancarkan aura penuh kemenangan. Namun, Ken tidak ikut tersenyum. Pandangannya tidak lepas dari mata Morgan. “Kau mengancam Jerry dengan apa hingga dia menurutimu?” tanya Ken menelisik sambil menyipitkan mata. Morgan hanya diam dan menyesap wine tanpa tergesa. Dia tahu Ken tidak asal bertanya. Pria itu cukup tajam untuk menyadari bahwa bubarnya organisasi sebrutal Echelon Vanguard tidak mungkin tanpa tekanan yang ekstrem.

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   411. Lupa Pulang

    “Darling,” bisik Morgan sembari menggenggam tangan Sydney dan menariknya ke dalam pelukan hangat. Napas pria itu terasa di telinga Sydney, membuat jantung wanita itu berdegup sedikit lebih cepat dari biasanya. Lengan Morgan mengerat, seolah tidak ingin melepaskan, seolah pelukan itu adalah satu-satunya hal yang bisa menjamin dunia tetap aman untuk mereka berdua. “Setiap hari bersamamu itu istimewa bagiku, Darling,” lanjut Morgan, suaranya berat dan tenang. “Sekarang mari habiskan waktu dengan kegiatan yang hanya bisa kita lakukan berdua selama satu minggu ke depan.” Nada suara Morgan terdengar seperti sedang menggoda Sydney. Dan benar saja, detik berikutnya, Morgan menyeringai nakal. Jemari pria itu mulai menelusuri punggung Sydney dan dengan tenang menurunkan ritsleting gaun tipis bermotif bunga yang masih membalut tubuh sang istri. Sydney meremas lengan suaminya pelan, tetapi tawa wanita itu pecah begitu Morgan menciumi tengkuknya seperti pria lapar yang baru menemukan

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   410. Keistimewaan Luar Biasa

    Pulau pribadi Morgan tidak terlalu besar, tetapi letaknya menyajikan pemandangan yang sangat indah. Sydney berdiri di bibir dermaga kayu yang mengarah langsung ke hamparan pasir putih dan air laut sebening kristal. Wanita itu tidak bisa berhenti memandang kagum pemandangan dari sekitarnya. Angin mengibaskan helaian gaun tipis bermotif bunga yang membalut tubuhnya. Langit begitu cerah, dan bayangan gunung di seberang lautan menambah keindahan panorama yang terasa seperti lukisan hidup. Morgan berdiri di sampingnya, juga dengan pakaian santai yang serasi. Kemeja putih tipisnya tertiup angin, dan rambut cokelatnya tampak sedikit berantakan, membuat pria itu terlihat jauh lebih memikat. “Sejak kapan kau memiliki pulau pribadi ini?” tanya Sydney akhirnya, menoleh dengan pandangan campur aduk antara kagum dan heran. Morgan menyerin

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   409. Menculikmu Sekali Lagi

    “Kau harus bersedia. Masih ada kejutan lain yang aku siapkan sebagai permintaan maaf,” sambung Morgan terdengar lembut, tetapi tidak memberi celah untuk penolakan. Pria itu masih menggenggam lengan Sydney penuh kasih sayang. Sydney terkekeh tanpa suara. Mata wanita itu kembali menatap kapal pesiar yang kini mulai terlihat lebih megah daripada sebelumnya. “Tapi kita tidak bawa pakaian ganti, Morgan.” Bibir Sydney mengerucut terdengar ragu, tetapi matanya masih berbinar. Morgan tersenyum miring, lalu menangkup rahang Sydney dengan satu tangan. Jari pria itu mengusap perlahan kulit wajah Sydney, dan matanya menatap lekat penuh hasrat. “Semuanya sudah aku siapkan, termasuk pakaian. Tapi, Darling …” Bisikan Morgan merambat seperti bara di balik telinga Sydney. “Aku rasa, kita tidak membutuhkan pakaian di tempat di mana hanya ada kita berdua.” Pipi Sydney spontan merona. Napas wanita itu tercekat, dan belum sempat dia membalas, bibir Morgan sudah menempel di bibirnya denga

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   408. Seperti Seorang Remaja

    “Kau mau menculikku, ya?” tanya Sydney tiba-tiba, dengan nada menggoda dan mata setengah menyipit ke arah Morgan.Morgan hanya terkekeh tanpa menjawab.Genggaman tangan Morgan di tangan Sydney justru semakin erat, seolah ingin memastikan wanita itu tidak akan bisa lari darinya.Udara malam terasa hangat. Suara jangkrik dari pepohonan mengiringi langkah mereka menuju halaman depan rumah, tempat mobil-mobil berjajar rapi.Begitu tiba di anak tangga terdepan, Morgan mengulurkan tangan pada salah satu anak buahnya yang sedang berjaga.“Kuncinya,” pinta Morgan dengan tenang.Pria muda berseragam hitam itu refleks mengerutkan dahi, lalu bertanya dengan ragu, “Tuan dan Nyonya ingin pergi ke mana? Biar saya yang menyetir, ini sudah malam.”Morgan menoleh cepat, salah satu alisnya terangkat.“Honeymoon dilakukan oleh dua orang, bukan tiga. Jangan mengganggu!” tukas Morgan, jelas tidak suka diinterupsi.Anak buah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status