Masih aku tunggu ulasan positif dan bintang limanya. Yang sudah, terima kasih banyak ya :)
Saat makan malam, Sydney duduk di ruang makan bersama keempat anaknya.Mereka sudah bisa makan sendiri, jadi Sydney tidak perlu menyuapinya.Walaupun terkadang masih berantakan, Sydney ingin anak-anaknya belajar mandiri sejak dini.“Nyonya, maaf saya mengganggu waktu makannya.” Anton yang baru saja datang, membungkuk dalam pada Sydney. “Jika Nyonya berkenan, saya ingin minta waktu untuk bicara dengan Nyonya. Maafkan kelancangan saya.”Sydney menoleh sekilas, sebelum kembali menyuap makanannya.“Anton!” tegur Layla segera mendekat. “Kau tidak lihat Nyonya sedang makan bersama anak-anak? Nyonya baru saja membaik. Tolong lebih peka pada situasi Nyonya!”“Bibi malah,” bisik Jane pada Jade di sebelahnya.“Ssst!” Jade menaruh jari telunjuk di depan bibir. “Tidak boleh menyela olang dewasa bicala.”Jane langsung menutup rapat mulutnya dan kembali makan.Sydney menghela napas.Wanita itu menoleh ke Anton dan berkata, “Satu jam lagi di halaman depan. Beri aku waktu untuk menidurkan anak-anak.”
Satu tetes menitik di ujung mata Sydney. Lalu menyusul tetes-tetes yang lainnya. Kabar bahagia yang datang di masa duka, bukanlah sesuatu yang pernah Sydney bayangkan sebelumnya. Morgan hilang, entah masih hidup atau tidak. Belum ada yang bisa memastikannya. Lalu, tiba-tiba ada kehidupan baru di dalam rahim Sydney. Buah cinta yang Sydney dan Morgan tanam sesaat sebelum mereka menjalani hubungan jarak jauh–di jet pribadi. Sydney mengelus perutnya yang masih rata. Tanpa bisa ditahan lagi, wanita itu terisak. “Jangan sedih, Nyonya.” Layla memeluk erat Sydney. “Ini berita bahagia.” Sydney membalas pelukan Layla dan menangis di dada wanita paruh baya itu. Layla tidak begitu mengerti soal rumah sakit. Jadi Anton-lah yang membuatkan jadwal pertemuan dengan dokter kandungan untuk Sydney. “Karena usia kandungannya masih kecil, kita akan lakukan USG Transvaginal ya, Bu,” izin dokter kandungan seraya tersenyum. “Ya, Dok,” jawab Sydney tanpa emosi apa pun. Wanita itu hanya bergerak me
Anton berdeham pelan. “Izinkan saya menyampaikan sesuatu, Nyonya,” ucap Anton dengan sopan. Sydney tidak berkata apa-apa. “Tuan Morgan dan Echelon Vanguard berhasil menang melawan Keluarga Draxus di Cordanze. Kini kami juga akan mengurus bisnis di Cordanze,” lanjut Anton datar. Air mata Sydney spontan berhenti. Wanita itu mengernyitkan dahi. Itu terdengar seperti kabar baik. Namun sedatar apa pun wajah Anton, Sydney masih bisa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dari raut wajahnya. “Jadi, maksudmu, Morgan masih di Cordanze?” tebak Sydney seraya mengangkat kedua alisnya. Anton menunduk dalam. Perlahan, pria berseragam serba hitam itu mengangguk. Entah mengapa, Sydney masih tidak bisa bernapas lega. “Tapi ….” Anton kembali bersuara dan menatap Sydney. Sydney meremas tangannya. Tubuh wanita itu bekerja lebih cepat daripada pikirannya. Begitu kata ‘tapi’ terucap, dada Sydney mulai bergemuruh. “Kami tidak tahu di mana tepatnya keberadaan Tuan Morgan dan Jerry saat ini.
Sydney mengikuti acara pembukaan selama tiga jam penuh berbicara dengan banyak orang. Alhasil begitu sampai di rumah, tubuh Sydney menyerah. Wanita itu terbaring lemas di atas ranjang, setengah tidak sadarkan diri. “Padahal Primus sudah menawarkan bantuan untuk Nyonya. Jika Nyonya terlalu memaksakan diri, Tuan juga tidak akan suka,” omel Layla sambil mengompres dahi Sydney. Wanita paruh baya itu seakan lupa bahwa Sydney adalah majikan yang seharusnya tidak dia marahi. “Stok ASI di kulkas untuk Sereia dan Zaleia masih aman, kan, Bi?” Sydney bicara topik lain. “Nanti mereka minum dari sana dulu, ya. Aku istirahat sebentar.” Layla mendesah. Sydney selalu memikirkan orang lain lebih dulu sebelum dirinya sendiri. “Masih aman, Nyonya. Nyonya harus istirahat sampai sembuh,” sahut Layla sambil memijat kaki Sydney. Sydney memejamkan mata, tetapi kesadarannya masih bersama Layla. “Jika kondisi Nyonya tidak membaik, diizinkan atau tidak, saya akan menyuruh Primus membawa Nyonya ke ruma
Morgan memang menyediakan rumah dan mobil yang sederhana untuk keluarganya selama tinggal di Suri. Hal itu Morgan lakukan supaya keberadaan keluarganya tidak terdeteksi. Namun bukan berarti, isi rekening Sydney dan tabungan anak-anak juga sederhana. Bahkan jika Sydney tidak bekerja, jumlah uang di rekeningnya mampu membiayai kehidupan serta pendidikan cicit-cicit dari keempat anaknya kelak. “Ibu Sydney ….” Brigita kehabisan kata-kata saat membaca dokumen itu. “Ya?” sahut Sydney dingin. Brigita mendongak dan menatap Sydney. “Saya tidak bisa langsung memecat Miss Anastasya. Kami harus mendapatkan guru pengganti lebih dulu, kelas tidak mungkin kosong selama kami menunggu guru baru,” ucap Brigita sopan. “Aku paham, seharusnya prosedurnya seperti itu. Tapi jika Miss Anastasya masih di sini, beliau masih bisa mendekati Jade dan Jane. Hari ini Jane jatuh karena Miss Anastasya. Apa Miss Brigita bersedia bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang lebih parah karena mempertahankan Miss
Brigita menoleh heran pada Anya. “Di mana Ibu Sydney?” bisik Brigita pada Anya. Ini adalah sesuatu yang seharusnya dibicarakan oleh orang dewasa. Apalagi Jade dan Jane masih di bawah umur. Seorang anak kecil bicara soal pemecatan, itu tidak lazim bagi Brigita. Jade bicara seperti seorang pria dewasa di umurnya yang belum genap lima tahun. “Masih di jalan, Miss,” jawab Anya sambil memeriksa ponselnya. Sementara itu, Jane tersenyum bangga atas keberanian saudara kembarnya. “Aku setuju dengan Jade,” timpal bocah perempuan itu. Anastasya mengepalkan tangan. “Anak-anak kurang ajar!” makinya seraya memelototi Jade dan Jane. Namun keduanya tidak gentar. Jane bahkan berani menjulurkan lidahnya. Dia baru ber