Share

28. Anjing Buas yang Lepas

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-18 21:52:36

"Kau tidak akan berkata apa-apa?"

Morgan menatap Sydney dengan tajam, seolah ingin mengorek setiap reaksi dari wanita itu. Namun, Sydney tetap diam.

Wanita itu menggigit bibirnya yang sudah terluka sejak tadi, lalu perlahan menundukkan kepala. Tidak ada gunanya berdebat. Tidak ada gunanya menangis di depan pria yang sudah memutuskan untuk membuangnya.

Sydney hanya menggeleng pelan.

Tanpa menunggu tanggapan, pria itu berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Sydney sendirian di bawah langit yang mulai gelap.

Saat itulah, Sydney justru merasakan sesuatu yang begitu menusuk di dalam dadanya.

Dia sudah tahu sejak awal bahwa dirinya hanya sementara di sini. Bahwa waktunya bersama si kembar tidak akan bertahan selamanya. Namun, mengapa rasanya seperti ini?

Mengapa saat perpisahan ada di depan mata, hati Sydney justru semakin tertambat pada mereka?

Sydney menatap ke arah jendela kamar bayi di lantai atas. Jade dan Jane mungkin sedang terlelap sekarang, tidak tahu bahwa wanita yang s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ellea Neor
Layla baik dia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   29. Menyiram Makam Isaac

    Anak buah Morgan yang duduk di kursi kemudi, menoleh ke arah Sydney dari kaca spion. "Kita berangkat sekarang?” Sydney mengangguk pelan, lalu mobil melaju menjauh dari mansion yang selama ini menjadi tempat Sydney bernaung. Sydney menggigit bibir, menahan sesuatu yang mendesak di dada. Lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Setidaknya untuk yang terakhir kali, Sydney harus berpamitan pada Morgan walaupun hanya melalui pesan, "Aku sudah tidak ada di rumah. Tuan bisa pulang ke mansion, Jade dan Jane sedang menunggu." Pesan terkirim. Sydney menunggu beberapa saat. Namun, tanda centang masih menunjukkan warna abu-abu. Sydney menghela napas. Mobil berhenti beberapa jam kemudian. Pria di kursi kemudi melirik Sydney lagi dari spion. "Sebelum kami menurunkanmu, ada sesuatu yang harus kau tanda tangani." Sydney mengernyit. Pria di sebelah Sydney membuka map hitam, mengeluarkan selembar kertas, lalu menyodorkannya pada wanita itu. Sydney menerima itu dan membacanya dalam hati, ‘Perj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   30. Menyedihkan!

    Hujan mulai turun, menyisakan dentingan rintik di atas aspal yang basah. Sydney masih berdiri di depan gerbang rumah Lucas, meski tubuhnya sudah menggigil. Pakaian Sydney pun basah kuyup, rambutnya menempel di wajah, dan ujung jemarinya mati rasa. ‘Aku tidak akan pergi tanpa barang-barang Isaac,’ batin Sydney. Ben, satpam yang tadi mengusirnya, masih berjaga di pos. Sesekali dia melirik ke arah Sydney dengan tatapan jengah, tetapi Sydney tetap tak bergerak. "Lihatlah dirimu," ucap Ben dengan nada mengejek. "Bahkan setelah diusir, kau tetap berdiri di sini. Menyedihkan!" Sydney menatap Ben dengan mata tajam. Ben mendengkus, lalu kembali ke dalam pos satpam, membiarkan wanita itu berdiri dalam dingin yang menusuk. Malam semakin larut. Sydney sudah tidak bisa merasakan dingin lagi, mungkin tubuhnya mulai mati rasa. Setiap mobil yang masuk atau keluar membuat jantung Sydney berdegup kencang. Matanya terus mencari sosok Lucas di balik kaca mobil yang melintas. Namun, pria i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   31. Calon Mertua Lucas

    "Kumohon, Sayang. Biarkan kami membantu," mohon Ghina, suaranya terdengar serak. Sydney menatap Ghina sambil menghela napas supaya air matanya tidak jatuh. Jemarinya yang ramping mengetik sesuatu di ponsel, lalu memperlihatkannya kepada sang bibi. "Aku tidak bisa menerima ini. Ini terlalu berlebihan." Ghina menggeleng, wajahnya penuh keputusasaan. "Sayang, kau tidak bisa terus seperti ini. Kau masih muda, masa depanmu panjang, dan kau harus menghadapi utang ini sendirian. Biarkan kami membantumu!" Sydney tetap diam. Pikirannya berkecamuk. Sydney menghargai niat baik Ghina dan Fred, tetapi menjual rumah pernikahan mereka hanya demi dirinya? Itu bukan solusi yang bisa Sydney terima begitu saja. Air mata mulai menggenang di mata Ghina. "Tante tidak ingin kau menanggung semua ini sendirian, Sayang," ucap Ghina lirih. "Tante tidak bisa tenang melihatmu seperti ini. Kau kehilangan Isaac, kehilangan segalanya, dan sekarang kau harus menanggung utang Lucas! Itu sangat tidak adil, Sayan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   32. Emosi yang Mendominasi

    "K-kau mau ikut, Sydney?" Fred tampak terkejut, suaranya sedikit bergetar saat melontarkan pertanyaan itu. Tatapannya sekilas melirik Ghina, seakan meminta bantuan. Sementara Ghina tengah menggenggam tas tangannya lebih erat, berharap bisa meluruhkan keresahannya dengan melakukan itu. Sydney tak menjawab. Dia hanya berdiri tegak, matanya menatap lekat keduanya. "Kami kira kau belum siap mengurus perusahaan," sambung Ghina cepat, berusaha mengendalikan situasi. "Kau masih sangat emosional. Sementara keputusan yang diambil saat emosi sedang mendominasi biasanya kurang baik." Sydney mengangkat salah satu alisnya. Ghina secara tidak langsung baru saja mengatakan bahwa mental Sydney sedang tidak stabil. Walaupun itu fakta, Sydney tidak suka mendengarnya. Ghina menarik napas, lalu menambahkan, "Kau tenang saja, Sayang. Dewan Direksi tahu kalau kau adalah ahli waris yang sah. Mereka bisa menunggu hingga kamu siap." Sydney masih diam, tetapi ekspresinya tak berubah. Ghina melirik Fre

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   33. Puluhan Ibu Susu

    “Dia sedang di dalam salon, melakukan perombakan total,” lapor Ronald, salah satu anak buah Morgan yang bertugas mengikuti Sydney dengan datar. “Potong rambut, perawatan kulit, manikur, pedikur.” Morgan duduk di kursi besar dalam ruang kerja, satu tangan memegang gelas kristal berisi whiskey, sementara tatapannya mengarah ke jendela besar yang memperlihatkan halaman depan mansion. “Sendirian?” tanya Morgan sambil mengangkat salah satu alis. “Ya, Tuan. Dia langsung masuk ke dalam tanpa banyak bicara. Hanya menunjukkan pesan di ponselnya untuk memberi instruksi kepada staf salon.” Morgan menghela napas pelan. “Lanjutkan,” perintah Morgan. Ada jeda singkat sebelum Ronald melanjutkan laporan. “Saya juga menemukan sesuatu yang aneh tentang Sydney Agency,” sahut Ronald di seberang telepon terdengar lebih hati-hati. “Aneh seperti apa?” tanya Morgan, mendengarkan lebih serius “Saya mendapatkan dokumen dari kantor notaris yang menyatakan bahwa perusahaan sedang dalam proses pergantia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   34. Alasan Privasi Sialan!

    “Temukan secepatnya! Kita tidak mungkin bergantung pada satu orang,” perintah Morgan tegas. “Hubungi dokter untuk berjaga-jaga!” Morgan menggeram, rahangnya mengeras menahan frustasi. Jade dan Jane masih menangis, suara mereka semakin serak. Layla menunduk, begitu juga para pelayan lainnya. Tidak ada yang berani menjawab kecuali pria-pria berbadan besar yang merupakan anak buah Morgan. “Baik, Tuan!” sahut mereka hampir serempak. Tanpa berkata apa-apa lagi, Morgan berbalik, keluar dari kamar si kembar, dan melangkah ke kamarnya sendiri. Begitu pintu tertutup, pandangannya langsung tertuju pada benda kusut di atas meja. Morgan menatap kertas lusuh itu dengan rahang mengeras. Jemarinya mengusap bagian yang sudah hampir robek, bekas diremas dan diluruskan berulang kali. Undangan pernikahan Vienna dan Lucas Morgan menatap tulisan itu, pikirannya melayang ke beberapa waktu lalu. Sydney sangat tertarik dengan undangan ini. Bahkan, terobsesi. “Kau pergi melihat isi komputerku dan ru

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   35. Dua Penculik Bejat

    Beberapa menit sebelumnya …. “Apa Anda ingin mencoba warna lipstik lain, Nona?” Sydney menatap bayangan dirinya di cermin besar salon. Rambut panjang cokelatnya yang dulu kusam dan tidak terawat kini telah tertata rapi dengan model butterfly cut. Kukunya yang biasanya pendek dan polos kini telah dihias rapi dengan warna nude yang elegan. Kulit wajahnya tampak lebih sehat, lembap, dan bercahaya setelah perawatan intensif selama beberapa jam. Sydney menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan pegawai salon. “Baik, semuanya sudah selesai.” Pegawai itu tersenyum ramah. “Saya akan membantu Anda ke kasir.” Sydney berdiri, mengambil tas tangannya, lalu berjalan ke meja kasir. Beberapa wanita yang juga sedang melakukan perawatan di salon menoleh ke arahnya, terkejut melihat betapa cantiknya Sydney setelah transformasi ini. Setelah menyelesaikan pembayaran di Aurelia Beauty House, Sydney melangkah keluar. Udara sore yang sejuk menyambut wanita itu. Sydney berdiri di trot

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   36. Bad Girl

    Kesadaran Sydney perlahan kembali. Kelopak matanya terasa berat saat dia membuka mata untuk membiarkan cahaya redup menyelinap masuk. Sekilas, semuanya tampak kabur. Kepala Sydney masih berdenyut, dan tubuhnya terasa lemas. Namun, ada sesuatu yang lebih mengusik pikirannya dibanding rasa sakit itu. Seseorang ada di sana. Di sudut ruangan, duduk di kursi dekat tempat tidur. Morgan menatap Sydney dalam diam. Tatapan pria itu gelap dan tajam. Sydney langsung menegakkan tubuhnya. Pusing menghantam kepalanya seketika, tapi Sydney mengabaikannya. Pandangannya menyapu ruangan. ‘Ini … rumah orang tuaku,’ batin Sydney. Sydney menoleh ke arah nakas. Tidak ada apa-apa di sana selain lampu tidur dan segelas air putih. Dia mencari-cari sesuatu di sekitar tempat tidur, lalu di bawah bantal. Kosong. Morgan akhirnya bersuara. “Kau mencari apa?” Sydney mengangkat tangan, membentuk gerakan seperti sedang memegang telepon dan menempelkannya ke telinga. Morgan menatap Sydney sebentar sebelum ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   210. Ruangan Baru di Mansion

    Jade dan Jane yang pagi itu mengenakan pakaian berwarna pastel, memaksa naik ke pelukan ibu susunya bersamaan. Sydney yang baru saja turun dari treadmill hanya bisa menghela napas pendek sebelum berjongkok, lalu mengangkat si kembar penuh usaha. “Waktunya angkat beban,” tukas Sydney sambil mengecup ubun-ubun kedua anak itu. Keringat Sydney belum benar-benar kering dan wajahnya masih kemerahan. Namun melihat Jade dan Jane menatapnya penuh harap, Sydney tidak bisa menolak. "Jangan terlalu banyak bergerak, Mami masih belum begitu kuat," instruksi Sydney sambil melangkah ke ruang utama. Kedua bayi itu langsung menyandarkan kepala mungil mereka ke bahu Sydney, tetapi mata mereka tetap waspada memandangi para pria berbadan besar yang sedang memindahkan sejumlah kotak kardus melewati lorong mansion. Sydney mengawasi mereka sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya ringan agar Jade dan Jane nyaman di gendongannya. “Apa itu?” tanya Jade lirih dengan bibirnya yang basah sambil menunjuk para p

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   209. Menonton Drama

    “Morgan.” Sydney mengerjap gugup ketika pria itu menyelipkan jemari ke sela-sela rambutnya dan menyibakkan beberapa helai yang mengganggu wajah.“Ken menemani orang tuanya menonton drama saat dia cuti beberapa waktu lalu,” ucap Morgan dengan lebih lembut daripada beberapa saat lalu.“Mengapa tiba-tiba kau mengungkit Ken?” Sydney mengernyitkan dahi sambil menatap Morgan heran.Morgan tersenyum tipis. Amarah yang tadi menyala di matanya kini telah padam sepenuhnya, tergantikan oleh kelembutan yang jarang Morgan tunjukkan.“Drama yang ditonton oleh Ken dan orang tuanya menceritakan tokoh utama wanita yang ditinggal meninggal oleh anaknya,” ujar Morgan pelan seraya menatap wajah Sydney. “Ken bilang, jika tidak menonton drama itu, akan sulit rasanya berempati pada seorang ibu yang kehilangan anak untuk selama-lamanya. Namun setelah menonton, siapa sangka playboy gadungan itu juga menangis?”Sydney membuka mulut hendak menjawab, tetapi urung. A

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   208. Kenapa Kau Berbohong?

    “Cepat, panggil ambulans! Ada wanita hamil besar pendarahan!” teriak seseorang yang tidak sengaja melihat.Beberapa pegawai yang masih berada di luar ruang rapat berlari menghampiri Vienna dan Lucas yang terduduk di lantai.Wajah Vienna sudah pucat, tetapi dia masih terlihat berusaha menekan perut sambil meringis menahan sakit.“Sabar, Ibu Vienna. Kami akan membantu Anda dan Pak Lucas,” kata salah satu staf sambil mengulurkan tangan.Lucas tidak sempat berkata apa-apa. Pria itu juga ikut panik melihat keadaan sang istri.Sementara itu, Sydney masih berdiri beberapa meter dari kerumunan itu. Dia hanya bisa melihat ketika lift terbuka dan kerumunan sudah membawa tubuh Vienna ke dalamnya.Sydney menunduk dan menyentuh dadanya yang berdebar hebat sekaligus merasa sesak.Perlahan, wanita itu melanjutkan langkahnya untuk menghindari beberapa orang yang masih ada di sana.‘Bagaimana bisa Vienna bertahan melakukan hal jahat selama ini? Apa dia tidak merasa bersalah seperti yang aku rasakan?’

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   207. Kau Membelanya?

    “Kami sudah bebas!” Vienna menatap seluruh ruangan dengan rahang mengeras dan tangan mengepal di atas meja rapat. Beberapa orang saling melirik dan berbisik-bisik. Namun Sydney hanya memutar bola matanya dan mengembuskan napas pendek, jelas merasa jengah. “Pak Dean bilang memiliki catatan kriminal, bukan seorang narapidana,” ucap Sydney membenarkan. “Kami semua tahu kalian sudah bebas dan dinyatakan tidak bersalah, Vienna. Jangan terlalu defensif, kita sedang bicara soal perusahaan, bukan memainkan sebuah drama keluarga.” Beberapa eksekutif tertawa kecil menahan geli, meskipun cepat-cepat menunduk agar tidak terlihat tidak sopan. Lalu Sydney menoleh ke arah pemimpin rapat. Wajahnya kembali serius. “Tolong, kondisikan, dan jangan mengulur waktu terlalu lama. Kita harus menghargai waktu Bapak dan Ibu di ruangan ini,” pinta Sydney dengan tegas. Vienna mendesis pelan, tetapi sebelum dia bisa membal

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   206. Pura-pura Peduli

    “Vienna, aku bersama Morgan. Kenapa aku harus merayu Lucas?” tanya Sydney tenang sambil menghela napas. “Aku hanya membersihkan noda di jas suamimu. Kau sedang sakit, jadi aku bisa maklum kalau Lucas agak tidak terurus.”Sydney bicara dengan santai, tetapi ucapannya sarat dengan sindiran yang menusuk tajam.Vienna menggertakkan rahang. Sorot mata wanita hamil itu menyala seperti ingin menerkam.“Hati-hati bicaranya, Sydney. Kandungan Vienna sedang lemah.” Lucas langsung melangkah maju untuk melerai.“Oh?” Vienna memutar badan menghadap Lucas sambil menatapnya tajam dan tanpa ampun. “Jangan pura-pura peduli padaku!”Lucas tampak kaget, tetapi dia tidak menjawab. Masalah akan lebih panjang jika saat ini dia bicara. Memang benar, bayi dalam kandungan Vienna melemahkannya.Lalu, Vienna kembali menatap Sydney dengan tatapan menantang.“Lalu mengapa kalian bisa pergi ke sini bersama?” tanyanya sambil mengangkat dagu.

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   205. Pas Sekali

    “Aku ingin mengambil hati Lucas.” Kalimat itu terus berputar dalam kepala Sydney saat mobil melaju di parkiran basement Zahlee Entertainment. Kalimat yang dulu Sydney bisikkan ke telinga Morgan dengan penuh amarah, luka, dan tekad. Bukan karena Sydney masih mencintai Lucas, perasaannya pada pria itu sudah mati. Sudah dikubur bersama peti kecil putih bertuliskan nama Isaac Ryder hampir dua tahun lalu. Yang tersisa di hati Sydney untuk Lucas kini hanya dendam. ‘Kalau aku bisa membuat Vienna merasakan apa yang pernah aku rasakan dulu,’ batin Sydney, ‘mungkin luka ini sedikit sembuh.’ Mendapat pengkhianatan saat berjuang mengobati anak yang sakit, apalagi Vienna juga mengompori Lucas untuk membenci Isaac. Sydney melirik ke arah Lucas yang tengah menempelkan kartu parkir ke mesin otomatis. Suara bip terdengar. Lalu palang parkir pun terangkat. ‘Seand

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   204. Aku Mual

    “Apa yang kau katakan, Jalang?” bentak Lucas lantang dengan napas memburu. Sydney menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. ‘Sial! Aku mual!’ batin Sydney. Bahkan udara di kamar ini terasa menyesakkan. Sydney kembali mengangkat wajah dan mengukir senyum. Bersikap seolah umpatan Lucas bukanlah apa-apa, padahal hati Sydney sedang meraung-raung karena pria itu mengatainya jalang berulang kali. “Ah, maaf!” jawab Sydney pura-pura merasa bersalah. “Karena melihat kamar ini dan sadar bahwa tidak banyak yang berubah, aku jadi mengenang masa lalu.” Lucas menyipitkan mata dan menatap Sydney dengan curiga seakan wanita itu sedang melakukan hal yang tidak masuk akal di depan wajahnya. Sydney mengangkat bahu pelan sambil tetap tersenyum. “Apalagi aku juga baru melihat kamar Isaac,” lanjut Sydney setelah menghela napas. “Aku pasti sudah gila karena mendadak merinduk

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   203. Berhenti, Sydney!

    Mata wanita itu melebar saat melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka, entah karena dorongan angin atau Lucas yang lupa menutupnya rapat. Sydney tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Tanpa pikir panjang, wanita itu melesat ke arah pintu dengan langkah cepat. Rasa sakit di bahu dan sikunya tidak lagi Sydney rasakan, tertutup oleh adrenalin yang membanjiri seluruh tubuh wanita itu. “Berhenti, Sydney!” teriak Lucas dari belakang. Sydney tidak menoleh. Napas wanita itu memburu dan jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang. Dia mengintai pintu utama. Namun langkah Sydney mendadak terhenti. Ben tiba-tiba muncul dari arah tujuan Sydney. Pria itu menatap Sydney dengan tajam. “Oh, sial!” maki Sydney. Sydney menoleh ke belakang. Lucas semakin dekat. Pria itu berlari cepat seperti banteng lepas kendali. Spontan, Sydney berbelok ke kiri dan menabrak pintu pertama yang bisa dia raih. Dia hanya bisa mempercayai instingnya untuk melindungi diri. Jika tetap berada di sana, satu

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   202. Seperti Kekasihmu

    “Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Lucas.” Pelayan itu menjawab dengan suara bergetar. “Sialan! Panggil pria brengsek itu ke sini sekarang juga!” Sydney menggedor keras pintu kayu itu dengan kedua tangannya. Tidak ada jawaban. Suara langkah kaki pelayan itu terdengar menjauh, membiarkan Sydney sendirian dengan amarah yang sudah mendidih. “Sial! Pantas saja Ben bersikap aneh dari tadi!” teriak Sydney seraya menghantam pintu sekali lagi, kali ini dengan bahunya. Satpam itu bersikap seolah tidak menerima dirinya, tetapi tetap membukakan gerbang. Gelagatnya pun mencurigakan. Sydney mengatupkan rahang, menahan gejolak yang terus naik hingga ke ubun-ubun. Napas wanita itu memburu. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha mengatur napas sambil menyapu pandangan ke sekeliling kamar Isaac. Lucas sengaja menggunakan sesuatu yang berhubungan dengan Isaac untuk memerangkap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status