Aku sering baca komentar. Lucu banget tokoh-tokoh di sini punya panggilan kesayangan. Morgan = momor, Lucas = bu luk,Vienna = ular. Siapa lagi ya? Kayaknya ada yang terlewat :D
Tiba-tiba Morgan teringat panggilan dari sipir Rumah Tahanan Highvale yang pertama.Saat Morgan mengabaikan permintaan Jerry untuk bertemu selama beberapa minggu.Jadi selama Morgan mengabaikan Jerry, orang-orang Si Tua sudah mulai melancarkan aksi untuk menghancurkannya.“Kemungkinan begitu, Morgan,” jawab Ken turut bersimpati. “Ada kadar toksin spesifik dalam darah Sydney, berasal dari jamur beracun.”Morgan mengernyitkan dahi dan bertanya cepat, “Apa kau bisa mengenali jenis jamur beracunnya?”“Sayangnya, tidak. Itu sangat sulit,” jawab Ken penuh penyesalan.Rahang Morgan mengeras. Tangannya terkepal.Dada pria itu bergemuruh hebat begitu mendengar tentang jamur beracun.“Keluarga Draxus di Cordanze … secara khusus menanam jamur beracun untuk menyerang musuh diam-diam,” tukas Morgan dengan dada naik turun.Ken mengangkat kedua alisnya.“Jika memang itu jamur beracun yang sama dengan yang ada di tubuh Sydney, aku harus mengambil langkah besar untuk membalas mereka.” Morgan melanjutk
Sydney langsung dibawa ke Rumah Sakit Terasehat.“Saya sendiri yang akan menangani Sydney,” ujar Ken pada perawat yang membawa Sydney ke ruang IGD.“Baik, Dokter,” sahut perawat itu.Morgan mengusap wajahnya dengan kasar.“Sydney harus selamat!” seru Morgan sambil mencengkeram dengan kuat bahu Ken.Kondisi Sydney persis seperti orang sakau. Namun wanita itu tidak mengonsumsi obat terlarang apa pun. Bahkan dia tidak minum alkohol.Ken mengangguk. “Aku akan pergi melihat Sydney.”Saat Ken memeriksa Sydney, Morgan berdiri di sisi ranjang sambil menggenggam tangan wanita itu dengan kuat.Sydney sudah tidak kejang lagi. Namun dia masih belum sadarkan diri.Kulit Sydney yang memang pada dasarnya putih, menjadi semakin terlihat pucat kala dia terbaring sakit.“Aku akan mengetes darahnya di lab,” ujar Ken yang kini memakai jas dokternya.Morgan hanya mengangguk tanpa berkata sedikit pun. Dia bahkan tidak menoleh saat Ken sudah pergi dari hadapannya.Tatapan Morgan terfokus pada mata Sydney ya
Sekitar satu jam kemudian, Sydney dan Morgan bersama anak-anak duduk di meja makan untuk sarapan bersama.Jade dan Jane sudah rapi dengan seragam sekolah mereka.Sementara Sereia dan Zaleia juga sudah mandi. Aroma khas bayi menguar dari tubuh mungil mereka.“Ken di mana?” tanya Sydney saat menu sarapan hampir selesai dihidangkan di hadapan mereka.Morgan yang baru saja hendak mengambil garpu menghentikan gerakannya. Kerutan muncul di dahinya."Ken?" ulang pria itu.Sejak bertemu tadi pagi, Morgan belum mendapat kabar dari Ken. Dia tidak tahu tahu Ken sudah selesai mengurus Jerry atau belum.Sydney mengangguk.“Ada apa?” tanya Morgan berusaha bersikap normal.Sydney tidak akan suka dengan keputusan Ken menghukum Jerry di tempat tinggal anak-anak mereka.Namun Morgan tidak punya pilihan lain. Jadi untuk berjaga-jaga, Morgan merahasiakan itu."Tadi aku mengundang Ken untuk sarapan bersama," lanjut Sydney sambil menaburkan chia seeds di atas sarapan sehatnya. "Dia sudah bilang iya, tapi s
Sydney membeku. “Aku harap kau mendukung keputusanku. Semua sudah aku pikirkan dan ini adalah keputusan terbaik yang bisa aku ambil.” Morgan menjelaskan seraya menatap manik cokelat Sydney dalam. Sydney terdiam cukup lama, tidak merespons apa pun. Wanita itu sibuk menatap raut wajah suaminya yang tampak kelelahan. Morgan pulang terlambat lima jam lebih. Dan dalam waktu itu, Morgan pasti sudah melalui banyak hal serta pertimbangan hingga berakhir membawa Jerry ke mansion. Sydney mengangkat kedua tangan dan menelusuri garis rahang Morgan. Morgan memejamkan mata, menikmatinya. “Ada hal berat yang sedang kau lalui?” tanya Sydney sambil mengangkat kedua alis. Sydney memang layak menjadi tempat Morgan pulang. Wanita itu tidak menghakimi keputusan Morgan. Dia juga selalu percaya pada suaminya. Walaupun pasti berat bagi Sydney menerima keputusan Morgan, karena sang suami mengundang penjahat ke tempat yang seharusnya menjadi tempat teraman anak-anak mereka. Morgan mengan
“Orang-orang di Cordanze jauh lebih kuat, apalagi yang menggerakkan mereka adalah petinggi Keluarga Draxus. Kau harus memutuskan sesuatu dengan kepala dingin dan matang, Morgan.” Ken memberi saran.Morgan mengangguk-angguk. “Tentu saja. Musuh yang datang dari dalam kandang, jauh lebih berbahaya daripada orang yang sama sekali tidak kita kenal.”Mereka tahu lebih banyak daripada orang lain karena tumbuh bersama Morgan.Mereka melihat bagaimana Morgan yang tadinya bukan siapa-siapa, lalu dipilih menjadi pemimpin Keluarga Draxus saat berusia muda.Mereka juga tahu strategi yang biasa Morgan jalankan, dan seberapa besar kekuatan pria itu sebenarnya.“Aku akan membantumu,” tukas Ken.Tatapan Morgan pada Ken kembali menajam.“Satu-satunya cara kau membantuku adalah dengan menepati janjimu tadi,” timpal Morgan tidak suka.Tatapan Ken pada Morgan tidak kalah tajam.“Aku tidak bisa membiarkanmu menghadapi ini sendirian,” balas Ken penuh penekanan. “Sahabat macam apa aku ini, jika tega melakuka
Morgan punya banyak tempat rahasia. Gubuk tua ini adalah salah satunya.Ketika Morgan masuk, aroma debu dan kayu yang sudah lapuk langsung menguar dengan tajam.Penerangan di dalam hanya menggunakan sebuah lampu minyak yang dinyalakan dengan api.Lampu minyak itu ditaruh di atas meja di tengah ruangan.Ken dan anak buah Morgan dari Cordanze sudah menunggu pria itu di sana.“Aku tidak berharap melihatmu di sini,” tukas Morgan sambil mengangkat kedua alisnya ke arah Ken.Morgan duduk di kursi yang kosong sambil membenarkan jasnya.Ken tertawa. “Oh, ayolah. Aku ini masih sahabatmu!”“Kau memata-mataiku?!” Morgan menyipitkan mata curiga.“Tidak mungkin, sekarang aku sibuk,” sangkal Ken sambil menahan tawa. “Aku pergi ke pelabuhan untuk bertemu denganmu, tapi kau tidak ada di sana. Dan tidak sengaja bertemu dia.”Ken menunjuk anak buah Morgan tanpa rasa bersalah.“Maaf, Tuan. Saya kira Pak Ken masih bekerja di Poseidon Exports.” Anak buah bernama Dustin itu sedikit membungkuk penuh penyesa