“Tidak perlu dibatalkan.” Morgan membalas genggaman tangan Sydney dan menatap lurus ke manik cokelat sang istri.
Sydney menatap mata Morgan bergantian antara yang sebelah kanan dan kiri. Dia mencoba mencari tahu sejujur apa jawaban Morgan.Namun sama sekali tidak ada keraguan di mata pria itu. Sydney akhirnya mengangguk.“Apa mereka sudah di dalam?” tanya Morgan kemudian sambil mengangkat sebelah alis dan menoleh ke belakang.Sydney mengikuti arah pandang suaminya.Dua bocah kembar, Jade dan Jane, sudah duduk manis bersama para pengasuhnya di baris belakang.Kaki mungil mereka berayun-ayun di udara, sementara tangan mereka sibuk memegang mainan favorit masing-masing.“Kau pikir mereka akan membiarkan kita pergi tanpa mereka?” balas Sydney pelan, senyumnya mengembang.“Kau benar,” sahut Morgan sambil membelai rambut Sydney.Mobil keluarga mewah itu memiliki enam kursi yang terbuat dari kulit premium.“Tanda pengenalmu?” Salah satu penjaga di depan ruang VIP itu mengulurkan tangan. Dia menatap lawan bicaranya dengan tajam penuh kecurigaan. Pria bertubuh tegap yang baru datang itu tidak berkata sepatah kata pun. Dia segera merogoh saku jas hitamnya, lalu mengeluarkan kartu identitas berbahan metalik. Dia menyodorkan kartu identitasnya tanpa keraguan. Di atasnya tertera logo La Lancia Nera dan kode keamanan yang hanya dikenal orang-orang dalam lingkaran Morgan. “Kau biasanya bertugas di Duskvale. Apa Nyonya Sydney akan dibawa ke sana?” Penjaga itu menatap identitas tersebut sekilas, lalu menatap pria itu lebih lama. Pria itu mengambil kembali kartu identitasnya. “Aku tidak bisa menjawabnya,” ucapnya pelan dan penuh penekanan. “Ini tempat umum.” “Benar juga.” Penjaga itu mengangguk pelan. Tidak ingin membuang waktu, keduanya bergerak ke pintu VIP. Salah satu penjaga mendorong daun pintu kayu gelap itu sambil berkata, “Nyonya Sydney, jemputan untuk Anda sudah da—” Suara penja
Ken tetap ingin membawa Sydney lebih dulu. Namun Ken sadar, saat ini dia tidak akan menang mendebat Sydney. Sebagai anak yang masih memiliki seorang Ibu, Ken tahu persis bahwa sang ibu pun akan melakukan hal yang sama dengan Sydney jika berada di situasi serupa. Semua Ibu akan selalu mendahulukun keselamatan sang anak dibanding dirinya sendiri. Daripada gagal membawa salah satu dari mereka, Ken terpaksa mengalah dan mengikuti kemauan Sydney. Ken sudah tidak peduli jika nanti dia mendapat hukuman dari Morgan karena menyalahi perintahnya. Yang penting Ken bisa menyelamatkan seseorang. Sydney perlahan berdiri sambil memegang perutnya dan menatap Ken tajam. Walaupun tubuhnya tampak rapuh, Sydney menjawab dengan sangat tegas saat bicara pada pengasuh anaknya, “Celia, Miran. Bawa Jade dan Jane pergi bersama Ken. Aku titipkan mereka pada kalian.” Celia langsung menggeleng sambil menang
Saat Sydney membuka ruang VIP, senyum lebar langsung menghiasi wajahnya. “Apa kue ulang tahun Mami sudah habis?” tanya Sydney dengan ceria, memecah keheningan ruang VIP Amber Noon. Jade dan Jane langsung menoleh, mata mereka berbinar. Senyum mereka mengembang seketika. Sydney masuk dengan langkah ringan, seolah tidak membawa beban apa pun di pundaknya. Wanita itu tidak ingin si kembar dapat merasakan bahwa dia tengah merasa cemas karena masalah yang sedang Morgan hadapi. “Mami!” teriak keduanya bersamaan. Sydney terkekeh. “Sepertinya sudah habis ya? Kalian ceria sekali!” Sydney hanya bergurau. Nyatanya kue itu masih tergeletak di atas meja, hanya saja krim di atasnya sudah habis dicolek si kembar. Jantung Sydney masih berdetak tidak karuan. Namun Sydney menahan semua itu rapat-rapat. Tidak boleh ada satu pun orang di ruangan ini tahu bahwa sesuatu ya
Tepat pada pukul dua siang, rombongan Sydney berpisah dengan Jerry. Untuk sejenak, mereka mengabaikan apa pun yang tengah Lucas lakukan pada saham perusahaannya. “Terima kasih atas jamuannya. Nanti mampirlah ke grand opening toko es krim Bibi Debby,” ucap Jerry dari balik jendela mobil yang setengah terbuka. Pria itu melambaikan tangan ke arah Morgan yang masih berdiri di pelataran restoran, dengan wajah datar dan tubuh tegap. Morgan hanya mengangguk tipis. Tidak satu patah kata pun keluar dari mulutnya. Mesin mobil menderu ringan sebelum akhirnya Jerry melajukan kendaraannya, perlahan meninggalkan area restoran. Ban belakangnya sempat menyisakan decitan kecil di aspal. “Dah, Pengganggu!” seru Ken dari belakang Morgan, tangannya melambai tinggi-tinggi dan penuh kebanggaan. Zya yang berdiri di sebelah Ken hanya bisa membelalakkan mata, seolah tidak percaya pria itu berkata tidak sopan. Dia merasa tidak enak pada Sydney dan Morgan, bagaimana pun Jerry adalah bagian dari keluarga
Sydney masih bisa mendengar itu.“Aku lapar. Itu sebabnya aku pucat. Ayo, makan,” pinta Sydney pelan sambil menggenggam tangan Morgan.Suara wanita itu cukup untuk mengembalikan atmosfer di ruangan menjadi lebih damai.Morgan menunduk dan menatap tangan sang istri yang menggenggam erat jemarinya, sebelum akhirnya mengangguk pelan.“Baiklah,” jawab Morgan, lalu duduk di sebelah Sydney.Jerry segera bergerak menuju kursi di seberang mereka, berdampingan dengan Zya.Sementara Ken duduk di sisi Zya yang lain, wajahnya masih diliputi ketegangan samar.Suasana makan siang bersama kembali mencair, walau ada sisa ketegangan tipis yang menggantung seperti awan mendung di langit sore hari.Sydney menoleh pada Morgan setelah menyeruput air hangat dari gelasnya.Wajah wanita itu lebih segar.“Hmm … apa pertengkaran Ken dan Jerry tadi juga bagian dari rencana?” tanya Sydney masih penasaran.“Apa?!”
Sydney yang sempat terperangah akhirnya kembali duduk sambil mengelus perutnya yang terasa sedikit kram.Napas wanita itu tertahan. Matanya sedikit menyipit menahan pening yang mendadak muncul karena Jerry terus memancing suasana di ruangan itu menjadi menegangkan.Tidak peduli berapa kali Sydney berusaha mencairkan suasana, Jerry akan kembali mengubahnya menjadi penuh ketegangan.Semenjak kehilangan anak pertamanya, Sydney jadi sangat sensitif terhadap hal-hal kecil yang menyangkut kesehatan anak-anak. Termasuk paparan asap rokok.Bahkan sejak Jade dan Jane bisa berlarian bebas di dalam mansion, Sydney memberlakukan aturan ketat. Tidak boleh ada rokok sama sekali di sekitar mansion mereka.Para anak buah yang merokok diwajibkan mandi dan mengganti pakaian begitu mereka masuk ke lingkungan mansion.Itu sudah menjadi standar dan semua orang tahu. Kecuali satu orang, yaitu Jerry.Namun setidaknya Sydney dapat bernapas lega