“Tidak perlu dibatalkan.” Morgan membalas genggaman tangan Sydney dan menatap lurus ke manik cokelat sang istri.
Sydney menatap mata Morgan bergantian antara yang sebelah kanan dan kiri. Dia mencoba mencari tahu sejujur apa jawaban Morgan.Namun sama sekali tidak ada keraguan di mata pria itu. Sydney akhirnya mengangguk.“Apa mereka sudah di dalam?” tanya Morgan kemudian sambil mengangkat sebelah alis dan menoleh ke belakang.Sydney mengikuti arah pandang suaminya.Dua bocah kembar, Jade dan Jane, sudah duduk manis bersama para pengasuhnya di baris belakang.Kaki mungil mereka berayun-ayun di udara, sementara tangan mereka sibuk memegang mainan favorit masing-masing.“Kau pikir mereka akan membiarkan kita pergi tanpa mereka?” balas Sydney pelan, senyumnya mengembang.“Kau benar,” sahut Morgan sambil membelai rambut Sydney.Mobil keluarga mewah itu memiliki enam kursi yang terbuat dari kulit premium.“Apa kau bisa membayangkan jika Sydney dan anak-anakmu memiliki luka yang sama sepertiku? Apa mereka akan selamat?” tanya Jerry sambil mengepalkan tangan.Brak!Morgan menggebrak meja dengan cukup kencang.“Jerry!” bentak Morgan sambil menatap Jerry tajam.“Pisau yang sudah diasah sangat tajam, dibakar di atas bara api panas. Lalu digoreskan secara perlahan dan dalam di atas kulitku.” Jerry mengabaikan Morgan dan tetap bercerita. “Itu yang mereka lakukan padaku.”“Mereka siapa?!” tanya Morgan dengan rahang mengeras.“Mereka yang sedang mengancammu,” jawab Jerry tanpa ragu.“Kau tahu orangnya?” tanya Morgan menyelidik.Jerry mengangguk.“Mereka lebih kejam dari Si Tua. Bukan tidak mungkin Sydney akan memiliki luka yang sama denganku di bagian tubuhnya, atau bahkan lebih parah. Dan begitu pula dengan keempat anakmu,” tukas Jerry dengan tegas.Morgan terdiam. Pria itu berpikir beberapa saat sambil mengatur deru napasnya yang memberat.Morgan tentu tidak ingin keluarganya terluka sedikit
Morgan tidak langsung mengiakan permintaan Jerry.Walaupun Morgan tahu Jerry tidak akan meminta bertemu tanpa tujuan tertentu, pria itu sengaja ingin membuat kembarannya menunggu.Atau paling tidak, Morgan ingin Jerry berlutut memohon padanya dengan wajah memelas.Hari ini Morgan kembali mendapat telepon dari sipir Rumah Tahanan Highvale.“Halo,” sapa Morgan sambil menyandarkan punggung ke sofa sambil melihat matahari yang mulai terbenam di atas dek kapal.Sejak Ken tidak bekerja di Poseidon Exports, Morgan harus bekerja lebih keras.Pria itu selalu berada di pelabuhan hingga jam menunjukkan pukul tujuh malam.“Morgan,” panggil seorang pria di ujung telepon.Morgan spontan menegakkan tubuh. Dia menaikkan salah satu sudut bibirnya dengan sinis.Ini bukan suara sipir kenalannya. Melainkan, suara Jerry.“Waktumu tidak banyak,” lanjut Jerry terengah-engah.“Waktuku?” Morgan mengernyitkan dahi. “Bukankah waktumu yang terbatas?!”“Aku sudah memintamu untuk datang sejak seminggu lalu–”“Dan
“Su!” seru Sereia begitu melihat Sydney masuk ke kamarnya di pagi hari.Zaleia yang sedang duduk di playmate dan menyusun balok, hanya diam memperhatikan kembarannya.“Ya, ini waktunya menyusui. Siapa yang mau duluan?” tanya Sydney sambil tersenyum dan duduk di sofa menyusui.Sereia berdiri dengan kaki kecilnya yang masih sedikit gemetar.Bayi berusia satu tahun lebih itu tumbuh semakin mirip dengan Morgan versi perempuan.Begitu pula dengan Zaleia.Anak-anak yang Sydney kandung sendiri ini benar-benar tidak menurunkan satu bagian dari dirinya sedikit pun.“Ku!” jawab Sereia yang baru bisa mengoceh satu suku kata.Saat Sereia melangkah tertatih ke arah Sydney, sang ibu merentangkan tangan untuk menyemangatinya.Sereia akhirnya duduk di pangkuan Sydney dan mulai menyusu.“Kalau Sereia sudah selesai, Zaleia jalan ke Mami ya?” pinta Sydney pada Zaleia yang kini memainkan boneka yang tadi dimainkan oleh Sereia.Tanpa menoleh dan mengucapkan kata, Zaleia hanya mengangguk.Sebenarnya Zaleia
Di hati Sydney hanya ada Morgan. Tidak ada tempat lagi untuk pria lain.Dalam dunia bisnis, apalagi perusahaannya bergerak di bidang hiburan, sebenarnya tidak jarang Sydney mendapat rayuan dari para pria.Tidak hanya yang masih lajang. Pria yang sudah beristri dan cukup gila pun pernah ada yang berusaha mendekati Sydney.Semuanya Sydney tolak mentah-mentah. Wanita itu bahkan meminta Zya untuk membuat daftar hitam nama-nama rekan bisnis yang terlalu melewati batas.Mereka yang ada di dalam daftar hitam itu harus membuat surat permintaan maaf bermaterai lebih dahulu, jika ingin melanjutkan kerjasama dengan perusahaan Sydney.Malam itu, Morgan tidak langsung membawa Sydney pulang ke mansion. Dia justru memerintahkan sopir untuk pergi ke tempat lain.“Toko perhiasan?” Sydney mengangkat kedua alis kala melihat di mana mobil mereka berhenti.“Ya,” jawab Morgan singkat, lalu turun dari mobil lebih dulu.Seperti biasa, Morgan akan membukakan pintu mobil untuk Sydney dan membantu istrinya kelu
Seorang pria dapat mencium niat pria lain dengan mudah. Apalagi jika menyangkut daerah teritorinya yang akan dijajah.Sydney adalah daerah teritori Morgan. Dan Morgan dapat tahu dengan mudah bahwa dua pria yang sedang bersama istrinya itu punya maksud lain.Sekalipun pada awalnya mereka hanya membicarakan pekerja, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada akhirnya jika alkohol sudah berbicara.Morgan merasa sedikit lega, kala dia tidak mencium aroma alkohol dari mulut Sydney.Istrinya aman, tetapi jika terus bersama dua pria itu, tidak ada yang bisa menjamin keamanannya akan bertahan berapa lama.Morgan melepaskan bibirnya dari bibir Sydney. Matanya menatap dalam manik cokelat wanita itu.Sydney menghela napas dan berkata, “Aku suka bibirmu. Tapi kita baru saja berciuman di depan artisku.”Sydney akhirnya menarik Morgan lebih dekat.“Morgan, kenalkan, ini Jonatan dan Gilbert aktor di bawah naungan Zahlee Entertainment. Jonatan, Gilbert, kenalkan ini Morgan, suamiku.” Sydney memperkena
“Berhenti mengurusku!” tegur Sydney sambil sedikit menggebrak meja pelan.Kedua pria itu tersentak. Mulut mereka tidak lagi saling berdebat untuk hal yang tidak penting.“Aku sudah cukup minum hari ini,” lanjut Sydney. “Sekarang jelaskan, apa keperluan kalian? Aku mungkin seumuran dengan wanita yang sering kalian rayu di klub malam, tapi aku ini atasan kalian yang sudah bersuami.”Sydney menyandarkan punggung ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Matanya menatap mereka bergantian dengan tajam.“Ada proyek film yang sedang saya incar, Nyonya. Tapi Gilbert menerimanya lebih dulu.” Jonatan bicara lebih dulu.Tatapan pria yang sudah menjadi artis Zahlee Entertainment selama 10 tahun itu berubah tajam saat menatap pria kedua yang bernama Gilbert.“Seperti katamu, aku menerimanya. Berarti aku ditawarkan!” balas Gilbert sengit sambil mengepalkan tangan di bawah meja.Jonatan terbungkam, seakan baru menyadari bahwa apa yang dikatakan Gilbert benar.Namun tidak mungkin Jonatan mengakui