Share

75. Seorang Teman

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-15 15:19:54

"Jangan terlalu banyak bergerak," perintah Morgan terdengar tajam saat dia membalut perban di punggung Sydney.

Sydney tetap diam, tetapi ada sorot ketidaknyamanan di matanya saat jari Morgan dengan cekatan membalut luka itu. Meski gerakan Morgan lembut, rasa perih masih menjalar di sepanjang punggung Sydney.

“Kalau kau terus mengerang seperti itu, aku bisa saja menganggapmu sedang menikmati sentuhanku,” ucap Morgan, sedikit menggoda wanita di hadapannya.

Tubuh Sydney sangat seksi dan menggoda, Morgan mengakuinya. Bahkan akhir-akhir ini dia sulit mengontrol diri saat ada Sydney di sekitar.

Sydney menoleh dengan cepat dan menatap Morgan tajam. Dia langsung menggerakkan tangannya untuk membalas, "Kau ini keterlaluan."

Morgan hanya menyeringai sambil memasang plester terakhir sebelum mengambil sebuah gaun hitam.

"Pakai ini!" Morgan memerintah lagi sambil menyerahkan gaun itu.

“Gaun ini terlalu longgar,” keluh Sydney dengan bahasa isyarat.

"Kau mau memakai sesuatu yang ketat dan me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Luluk
Mulutmu terry….busuk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   76. Buah Malapetaka

    "Putra yang kau banggakan itu bekerja dan memuja berandal ini, Tuan Terry Yang Terhormat!" Morgan duduk di sebelah Sydney dengan menyilangkan kaki, dan menatap Terry dengan raut wajah yang seakan menantang pria paruh baya itu untuk menyangkal ucapannya. Faktanya, ucapan Morgan bukan sekadar gertakan kosong. Dia tahu betul bagaimana Lucas menjilatnya demi mempertahankan bisnis. Terry yang awalnya duduk dengan tenang tiba-tiba menegakkan punggungnya. Dahi pria paruh baya itu mengernyit dan tatapannya tajam menusuk Morgan. "Apa?! Kau petinggi di Monarch Legal Group?" tanya Terry meremehkan. Bagi Terry, pria bertato bukanlah orang yang akan diterima bekerja di perusahaan keluarganya. Sydney yang duduk di samping Morgan langsung menegang. Detik berikutnya, Sydney dengan cekatan mengambil ponsel dan mengetik cepat sebelum Morgan membuka mulutnya lagi. Dia menunjukkan layarnya kepada Terry. "Dia salah satu klien Lucas, Om." Terry membaca pesan Sydney. Morgan melirik tulisan itu samb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   77. Tidak Akan Lama, Tuan

    Sydney menatap dokumen di depannya, jari-jarinya sedikit gemetar saat menggenggam pena. Namun, Morgan sudah menatapnya tajam seakan memberi isyarat untuk segera menandatangani. Pria itu jelas tidak ingin ada drama tambahan lainnya. Sydney menarik napas dalam-dalam, lalu dengan satu tarikan tegas, wanita itu menorehkan tanda tangannya di atas kertas. Suara gesekan pena terdengar jelas di tengah suasana yang mendadak hening. Begitu selesai, Gloria dengan cepat mengambil dokumen itu dan memasukkannya kembali ke dalam map. "Baiklah," ucap Gloria sambil menatap Terry sekilas. "Semua sudah selesai." Terry mengangguk. Kedua pasangan paruh baya itu saling menggenggam tangan. Morgan yang duduk di samping Sydney langsung bangkit berdiri. “Sudah selesai. Ayo, kita pergi!” ajak Morgan pada Sydney sambil mengulurkan tangannya untuk diraih oleh wanita itu. Namun, sebelum Sydney menyambut tangan Morgan, suara Gloria menghentikannya. “Tuan Morgan, bisakah kita bicara berdua sebentar?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   78. Berita Baik!

    “Kau bicara apa saja dengan Tante Gloria?’ tanya Sydney sambil menggerakkan tangan. “Beliau terlihat sedih.” Kini mereka sedang dalam perjalanan setelah keluar dari Astoria Palace. Pria yang duduk di sebelah Sydney itu mendesah pelan. Pertanyaan Sydney membuat Morgan teringat percakapannya dengan Gloria. Tentang seseorang yang tulus untuk Sydney, tetapi dia sendiri masih ragu untuk meneruskan perasaannya. “Bukan hal yang penting,” jawab Morgan dengan datar pada akhirnya. “Dia sedih karena aku tidak sesuai dengan harapannya saja.” Setelah balas menatap Sydney, Morgan mengalihkan pandangan lagi ke jendela mobil. Namun, Sydney belum selesai bicara. Dia menyentuh lengan Morgan dan membuat pria itu kembali menoleh padanya. “Memang Tante Gloria berharap apa padamu?” tanya Sydney kemudian sambil mengernyitkan dahi. “Apakah ini tentang Monarch Legal Group?” Hanya itu yang bisa Sydney tebak. Morgan dan Gloria tidak pernah punya hubungan apa pun selain itu. Sydney memang tidak bersuara.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   79. 100 Juta untuk Lucas

    “Apa saja yang kalian lakukan hingga aku harus bermalam di penjara?!” teriak Ghina pada pengacaranya dari dalam sel. Hari sudah berganti, tetapi wanita paruh baya itu masih mengenakan pakaian kemarin dan rambutnya sedikit lebih berantakan. Beberapa tahanan mendesis marah karena Ghina terlalu berisik saat mereka sedang menikmati sarapan. Sementara para penjaga bersikap seolah tidak mendengar bumbu-bumbu pertikaian itu. Ghina langsung tutup mulut. Dia meremas jeruji besi yang membatasinya dengan sang pengacara. “Nona Sydney tidak menjawab panggilan kami, Nyonya. Sehingga kami sulit melakukan mediasi dengannya,” jawab pengacara pria yang tampak lusuh karena harus lembur mengurus Ghina semalaman. “Anak itu pasti sengaja!” geram Ghina sambil melebarkan matanya yang memerah. Pengacara Ghina menelan ludah, tidak yakin harus merespons apa. “Apa kita tidak bisa menuntutnya balik?! Aku sudah memberikan uang 50 juta padanya untuk tutup mulut!” ide Ghina kemudian. Pria berjas biru tua it

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   80. Tuan Kecil yang Berulah

    Pipi Sydney spontan memerah. Sendok bayi yang dia pegang bahkan terjatuh ke lantai. Sydney segera menyadarkan diri dan mengambilnya. Lalu, mencuci sendok itu di wastafel. Morgan selalu menggoda Sydney. Namun mengingat bagaimana pria itu tidak pernah melakukan tindakan yang lebih jauh, bahkan menolak Sydney saat wanita itu menunjukkan tubuh polosnya, dia tidak ingin gegabah menanggapi Morgan. ‘Dia pasti hanya iseng!’ batin Sydney meyakinkan diri. Sydney memutar tubuh, kembali menghadap Morgan. “Kau bukan bayiku,” sahut Sydney sambil menggerakkan tangan dengan salah tingkah. Dia tidak berani menatap mata Morgan. Mata elang pria itu bisa membuat Sydney tersesat jika ditatap terlalu lama. Morgan masih menyeringai. Perlahan, dia melangkah dan mengikis jarak dengan Sydney. “Haruskah aku minum ASI darimu supaya aku bisa resmi menjadi bayimu, Mami Sydney?” tanya Morgan sedikit membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah Sydney. Ronald membelalak mendengar atasannya yang ding

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   81. Bayi yang Sulit

    “Suapan terakhir!” tukas Morgan sambil menyuapi Jade yang kini membuka mulutnya dengan mudah. Untuk membuat bayi laki-lakinya makan lahap, Morgan harus bersedia menyerahkan wajahnya untuk dimainkan oleh Jade. Sehingga saat mangkuk makanan Jade bersih, Morgan tidak bisa menyembunyikan senyum bangganya. “Ini pekerjaan tersulit yang pernah aku lakukan,” tambah Morgan menyodorkan mangkuk kosong itu pada Sydney. Setelah mengusap pelan rambut cokelat Jade dan Jane yang mulai lebat, Morgan beralih pada Sydney. “Selamat, kau berhasil,” ucap Sydney menggerakan tangannya. Morgan menaikkan salah satu sudut bibirnya, tidak percaya bahwa dia merasa senang hanya karena berhasil menyuapi seorang bayi. “Tampaknya, kau sengaja memilihkan bayi yang sulit untukku,” ujar Morgan sambil melirik Jane. “Jane tampak lebih ramah denganku.” “Jika kau kesulitan mendekati bayimu, berarti kau kurang meluangkan waktu untuk bermain dengan mereka,” sahut Sydney menatap Morgan dengan lekat. Perasaan h

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   82. Koleksi Majalah Morgan

    Sydney mengerjap perlahan saat merasa tubuhnya bergoyang dan melayang di udara. Beberapa waktu lalu, seingatnya dia tertidur di sofa kamar si kembar setelah menyusui. ‘Apa ada gempa?!’ batin Sydney spontan membuka matanya dengan cepat. Bukannya melihat kamar si kembar, tatapan Sydney justru langsung bertemu dengan wajah Morgan yang tengah menatap lurus ke depan. Pria itu sedang menggendong dan membawanya melintasi koridor mansion yang gelap. Morgan sedikit menunduk sebelum melihat ke depan lagi. “Kau bangun?” tanya pria itu. “Lanjutkanlah tidurmu, aku hanya memindahkanmu ke kamarku.” Sydney mengeratkan pegangannya pada leher Morgan dan menyembunyikan wajahnya di sana. Wangi tubuh Morgan terhirup oleh Sydney dan menghantarkan aliran listrik yang membuat jantungnya berdebar. Napas Morgan menjadi berat. Sydney juga merasakan dada pria itu berdetak cepat. Setelah sampai di kamar Morgan, pria itu membaringkan Sydney di ranjangnya. Sydney menatap Morgan yang masih berdiri di sisi ran

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   83. Mengangkat Kepala

    “Waa … waa …!” Tangisan Jade dan Jane dari monitor yang ada di kamar Morgan membangunkan Sydney. Saat Sydney ingin bangun dari posisi berbaringnya, dia merasa sesuatu yang berat menindih pinggangnya. Itu adalah tangan Morgan yang tengah memeluk Sydney dari belakang. ‘Oh!’ Sydney berseru dalam hati saat mengingat dia tidur bersama pria itu semalaman. Benar-benar hanya tidur, sesuai perkataan Morgan. Untuk penampilan fisik yang seakan bisa meniduri wanita manapun yang dia temui, Sydney sempat tidak percaya Morgan mampu menahan diri sekuat itu. ‘Apakah aku tidak menarik di matanya?’ tanya Sydney meragukan dirinya sendiri. ‘Atau seleranya adalah … model seperti Veronica?’ Sydney menggigit bibirnya. Dengkuran Morgan yang halus dari arah belakang menyadarkan lamunan Sydney. Dia segera bangkit dengan hati-hati supaya Morgan tidak terbangun. Namun, Morgan ahli dalam merasakan perubahan gerakan yang sangat kecil. Dia menyadari Sydney bergerak menjauh dan pria itu segera mengeratkan pel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   196. Kontrol Rutin

    “Kau terlalu berlebihan dengan menyebut aku pergi sendirian, padahal satu langkah saja aku keluar gerbang mansion, ada satu pengawal di dekatku dan entah berapa yang bersembunyi,” desah Sydney sambil melipat kedua tangannya. Morgan tersenyum miring. Dia tidak berusaha membantah sedikit pun. Setelah Sydney diculik oleh Edgar, Morgan memasang pengawasan ketat, bahkan tidak ragu menambah pasukan khusus untuk menjaga gerbang Ravenfell dan mengawal keluarganya. Morgan tidak ingin mengulang tragedi itu. Cukup sekali. Sydney yang tahu Morgan tidak akan berubah pikiran, hanya menggeleng kecil sebelum berbalik dan berjalan ke arah kamar si kembar. “Tapi hari ini kau bisa ke rumah sakit, bukan?” tanya Sydney tanpa menoleh. “Ini jadwal kontrol rutin kita.” Langkah Morgan langsung menyamai langkah wanita itu. “Ya,” jawab pria itu santai, “aku baru akan berangkat nanti sore.” B

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   195. Akhirnya Kau Sadar

    “Aku tidak akan melupakan itu seumur hidupku.” Tawa Sydney meledak, walau masih tergolong pelan. “Kau terlihat seperti transformer rusak.” Morgan yang duduk di dekat ranjang hanya bisa mendecak sambil melipat tangan di depan dada. “Pelankan suaramu sebelum kau membangunkan diriku yang lebih gelap, Darling,” tukas Morgan, mata pria itu menggelap sungguhan. Bukan hanya memelankan suaranya, Sydney bahkan segera menutup mulut sambil menahan senyum. Sydney perlahan bangkit dari ranjang setelah memastikan si kembar benar-benar terlelap. Lalu, Sydney menarik tangan Morgan dengan lembut. “Ayo berdiri. Aku punya ide,” ucap Sydney dengan mata berbinar. Morgan menaikkan alis, tetapi tetap mengikuti ajakan itu. Tubuh tingginya berdiri tegak, kini pria itu menghadap langsung ke Sydney yang menatap dengan senyum geli. “Honey,” panggil Sydney sembari mendekatkan

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   194. Lingkaran Besar

    “Ayo, kita main dulu sebelum tidur,” ajak Sydney sambil menggandeng tangan Jane dan Jade menuju kamar anak yang didekor penuh warna pastel dan mural hewan lucu. Morgan menyusul dari belakang sambil menghela napas seperti pria yang baru saja menerima takdir yang tidak bisa ditolak. Pria tegap dengan lengan berotot itu berdiri kikuk di atas playmate yang penuh gambar dinosaurus dan pelangi. “Apa yang akan kau lakulan, Darling?” tanya Morgan sambil melirik ke arah lingkaran kecil yang dibentuk oleh Sydney dan si kembar. “Aku pikir kita hanya akan bermain seperti biasa.” Si kembar melompat penuh antusias, tidak mendengarkan Morgan yang tengah protes. Bermain seperti biasa bagi Morgan artinya duduk di sofa, menonton si kembar menyusun balok, lalu membacakan buku bergambar saat mereka mulai menguap. Namun kali ini berbeda. “Kau harus ikut berdiri di sini, Honey,” tukas Sydney sambil me

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   193. Negosiator Ulung

    Beberapa saat kemudian. “Proposal yang bagus, Nyonya Sydney Draxus,” puji Morgan sambil mengusap rambut basahnya yang mulai mengering, lalu melangkah keluar dari kamar mandi dengan hanya sehelai handuk melilit pinggangnya. Butiran air masih menetes dari kulitnya yang hangat. Tubuh tegap Morgan langsung dipeluk dari belakang oleh Sydney yang hanya mengenakan bathrobe tipis berwarna putih gading. Aroma sabun mandi mereka masih samar tercium, bercampur dengan aroma tubuh yang sudah menyatu satu sama lain. “Aku banyak melakukan riset sebelum memberimu proposal yang sangat meyakinkan,” bisik Sydney menggoda di dekat telinga Morgan. Tentu saja yang mereka bicarakan bukan proposal sungguhan. Sydney baru saja menjalankan peran sebagai istri yang baik dengan memberikan Morgan pertunjukan hingga membuat pria itu melayang. Morgan hanya mendengkus geli dan melangkah perlahan ke arah walk-in closet. Sydney

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   192. Bisikan Maut

    “Aku ingin menghancurkan pernikahannya dan membuat Vienna merasakan apa yang pernah kurasakan,” jawab Sydney. Ada bara yang menyala tenang di balik tatapan manik cokelat itu. Bara yang selama ini ditutupi oleh sikap lemah lembut Sydney. Selama ini Sydney sibuk membesarkan si kembar. Saat kemampuan bicaranya sudah kembali dan si kembar sudah tidak terlalu bergantung padanya, inilah waktu yang tepat bagi Sydney untuk beraksi. Morgan menatap wanita di sampingnya. Pria itu mengangguk pelan dan mengusap kepala Sydney dengan penuh kasih sayang. “Aku akan mendukungmu,” ucap Morgan. “Katakan saja apa yang perlu kulakukan.” Sydney menoleh perlahan. Dia menggenggam tangan Morgan, lalu meremasnya erat. “Aku akan sangat senang jika kau bisa mempercayai aku,” kata Sydney sambil menatap Morgan penuh harap. “Mengapa aku tidak percaya padamu, hmm?” Morgan tersenyum tipis dan mengangkat alis. Sydney jelas berbeda dengan Bella. Rasanya tidak ada hal yang akan membuat Morgan meragukan Sy

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   191. Bukan Sifatku

    “Cih. Jangan bilang itu suara AI lagi,” desis Vienna sinis, meski suaranya mulai gemetar. Morgan melangkah maju tanpa berkata sepatah kata pun. Sepatu kulitnya bergema pelan menyusuri lantai ruang rapat yang mendadak hening. Tidak satu pun berani bersuara saat pria itu berdiri tepat di samping Sydney, lalu mengulurkan tangan. “Mari, Darling,” ucap Morgan penuh kasih. Sydney menatap Morgan sejenak. Dengan anggun, dia menyambut uluran tangan itu dan berdiri. Morgan tidak melepas genggamannya saat mengantar wanita itu ke kursi utama—kursi kosong yang sejak awal rapat menjadi simbol kejatuhan Vienna. Kursi paling tengah, tempat seorang CEO duduk di ruang rapat. Sydney duduk perlahan. Dia membetulkan setelan semi-formalnya. Lalu, wanita itu mengangkat kepala dan menatap satu per satu wajah yang memandangnya. “Kau sudah lihat sendiri bagaimana caraku menggunakan AI saat acara makan malam keluarga,” kata Sydney sambil menyapu pandang ke arah Vienna dan Lucas. “Seharusnya sebagai pem

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   190. Terlalu Memanjakannya

    Rapat dimulai kembali setengah jam setelah Vienna digiring keluar sebelumnya karena mengeluh sakit perut. Karena usia kandungannya sudah besar, Vienna mulai merasakan kontraksi palsu walaupun masih sangat jarang terasa. Kali ini, kursi CEO yang biasanya diduduki Vienna dibiarkan kosong. Tidak ada yang menempatinya, seolah membenarkan bahwa posisi wanita itu tengah terancam. Vienna duduk di kursi samping Lucas, tidak jauh dari tengah, tetapi jelas bukan posisi pemimpin. Meski begitu, wanita itu tetap duduk dengan dagu terangkat angkuh. “Wanita bisu sepertinya ingin menjadi CEO?!” desis Vienna setengah berbisik, cukup keras untuk didengar Lucas yang duduk di sampingnya. Lucas melirik Sydney yang duduk anggun beberapa kursi di depan mereka, lalu mencondongkan tubuh ke arah Vienna dan membalas dengan licik, “Kita bisa menggunakan kelemahannya itu untuk mencari dukungan. Aku sudah mengundang beberapa Dewan Direksi yang berpihak pada kita.” Vienna mengerling ke arah pintu rapat y

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   189. Perutku Sakit!

    “Bodoh! Pemegang saham terbesar itu Tuan Morgan, bukan si bisu!” bentak Vienna tiba-tiba, membuat seluruh ruangan terdiam. Beberapa Direktur menegang di kursinya, kaget mendengar kemarahan Vienna yang akhirnya meledak. Tidak ada lagi kesopanan semu atau senyum palsu. Vienna sudah tidak bisa berpura-pura bersikap lembut di depan Morgan. Dulu dia takut dan terlalu khawatir akan dipandang buruk oleh Morgan. Namun, sekarang sudah tidak ada yang perlu ditutupi lagi karena Morgan terus mengabaikan dirinya dan Lucas. Rahang Vienna mengeras. Matanya menyala penuh amarah saat menatap Sydney yang duduk tenang di samping Morgan. “Aku baru saja membaca laporan pemegang saham yang dikirimkan oleh sekretarisku saat perjalanan ke sini!” tambah Vienna sambil melipat tangan di depan dada. Sydney hanya menggeleng pelan. Wanita itu memijat batang hidungnya, bukan karena tersinggung, tetapi karena terlalu lelah menghadapi drama murahan sepupunya. “Nyonya Vienna membaca laporan pemegang saham tangg

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   188. Wanita Frustasi yang Tidak Tahu Sopan Santun

    Sydney memiringkan kepala dan melipat tangan di depan dada, tampak tidak terlalu terganggu dengan sikap Vienna. Lagipula, dia bisa mempercayai Morgan. “Kesalahan?” ulang Morgan sambil menyipitkan mata. Vienna yang kini berdiri di sisi Morgan, menatap pria itu dengan percaya diri. “Pemegang saham terbesar adalah Anda, dan saya sebagai CEO serta pemegang saham terbesar kedua, lebih pantas mengikuti rapat dengan para Direktur. Nona Sydney bukan siapa-siapa, dan jika bicara profesionalisme, Anda tidak boleh membawa kekasih Anda ke ruang rapat, Tuan.” Vienna menjelaskan. Vienna terus meremehkan sepupunya, walaupun bibir wanita itu memanggil Sydney dengan sopan. Dia melirik tajam pada Sydney, lalu kembali berpindah ke wajah Morgan dengan senyum palsu. Sydney menghela napas pelan lalu melangkah mendekat. Wanita itu berdiri di sisi Morgan yang berlawanan dengan Vienna. Syd

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status