/ Romansa / Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO / Bab 9. Pelukan Pertama Ayah

공유

Bab 9. Pelukan Pertama Ayah

작가: Ucing Ucay
last update 최신 업데이트: 2025-07-12 08:59:03

Langkah perempuan itu menghilang di balik pintu. Tidak terdengar suara, tak ada salam atau permisi. Hanya keheningan yang kembali merebut ruangan seperti saat merebut segalanya dari Hannan sejak Kesha pergi.

Tapi kali ini, ada yang tertinggal.

Aroma lembut dari tubuh Andini, jejak hangat tangannya di ujung selimut Lingga, dan—kalimat terakhir yang menggema seperti tamparan di dada Hannan.

"Setidaknya pernah ada satu pelukan di dunia ini yang ingin menjaganya."

Bukan ratapan. Bukan tuduhan. Ucapan yang begitu sederhana, begitu dalam, dan terlalu jujur untuk dilupakan.

Hannan menatap Lingga. Anak itu tertidur dengan wajah damai dalam dekapannya. Begitu kecil. Begitu rapuh. Dan entah bagaimana, begitu—berharga.

Tidak ada lagi bayangan Kesha yang rebah tak bernyawa, tidak ada lagi kebencian yang dulu menutupi pandangannya. Yang tersisa hanyalah suara napas lembut seorang bayi—dan satu kesadaran menyakitkan: bahwa dia hampir saja kehilangan anak ini untuk kedua kalinya.

Hannan bukanlah lak
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 35. Caraku Menemanimu

    Hari itu, selepas sidang yang menguras emosi, Andini duduk diam di dalam mobil. Salah satu tangannya masih menggenggam erat jemari mungil Lingga yang tertidur di pangkuan. Jemarinya dingin, bukan hanya karena suhu ruangan sidang terlalu sejuk, melainkan karena kata–kata pedas Dirga yang masih menempel seperti duri di kulitnya.Hannan duduk di samping sopir, diam sejak mereka keluar dari ruang sidang. Lena dan Ira duduk di belakang, masing-masing juga memilih diam. Mobil melaju perlahan, seolah tak ingin memaksa waktu untuk berjalan terlalu cepat.Setelah beberapa menit yang panjang, suara Hannan akhirnya terdengar."Mau makan dulu atau langsung pulang?"Andini menoleh pelan, matanya sembap namun pandangannya tenang. "Pulang saja. Lingga juga butuh istirahat."Hannan hanya mengangguk, tapi matanya tak luput memperhatikan Andini lewat kaca spion dalam mobil. Ada sesuatu di wajah perempuan itu yang membuat dada Hannan sesak. Bukan karena kasihan, melainkan marah. Marah karena dunia perna

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 34. Keberpihakan Hannan Alfaruq

    Hannan Alfaruq.Dia tidak berkata apa pun. Tidak mempercepat langkah, tidak melayangkan tatapan tajam yang biasa dia berikan kepada lawan bisnisnya.Hannan hanya berdiri.Namun cukup untuk membuat Dirga secara naluriah melangkah mundur setengah tapak. Bahunya menegang, dan matanya—yang sebelumnya penuh kesombongan—seketika meredup, seolah tubuhnya tahu, dia sedang berdiri di hadapan seseorang yang jauh lebih besar daripada dirinya.Hannan masih tak berkata sepatah kata pun.Andini pun hanya menggeser posisi bayinya, melindungi Lingga dari arah tatapan Dirga.Keheningan itulah yang membunuh dengan paling tajam.Lorong menuju ruang sidang siang itu terasa jauh lebih panjang dari biasanya. Udaranya terasa berat, tidak karena suhu, melainkan karena kehadiran dua lelaki yang berdiri dalam garis tak terlihat—satu di sisi angkuh, satu lagi di sisi dingin yang menggetarkan.Hannan berdiri tegak, diam. Di sebelahnya, Lena menjaga jarak. Tatapannya lurus, tajam, seperti pedang yang belum disaru

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 33. Medan Pertempuran

    "Aku juga tidak berkomentar apa–apa, Pak," goda Andini seraya tersenyum kecil. Perasaan hangat menjalar di dadanya.Hannan tidak pernah ingin dipandang seperti malaikat. Lelaki berwajah dingin itu justru lebih suka bila orang lain salah paham dengannya."Penilaianku terhadap Anda, biar aku yang simpulkan. Yang satu ini tidak masalah, 'kan?""Terserah padamu."Tak berselang lama dari percakapan singkat di kamar, keduanya memutuskan segera turun. Lingga sudah bersama perawat. Lena, dengan setelan navy dan tas kecil di tangan—sudah berdiri di dekat pintu. Ira berdiri di belakang, mengenakan blazer formal.Mobil mewah telah menunggu. Mereka berangkat bersama. Sepanjang perjalanan, tak banyak percakapan. Tetapi kehadiran mereka—semua orang yang kini mengelilingi Andini—cukup membuat dadanya hangat.Sesampainya di pengadilan, Andini menggenggam jemarinya sendiri dengan gugup. Mereka masuk melalui jalur pribadi, dipandu pengacara yang telah disiapkan Hannan. Gedung dingin itu terasa sedikit

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 32. Melangkah Beriringan

    Sejak percakapan lewat telepon dengan Dirga beberapa malam lalu, Andini merasa perutnya mual setiap kali mengingat suara pria itu. Nada bicara sinis, hinaan yang dilemparkan begitu saja, dan ancaman-ancaman yang terbungkus dalam ego yang terluka. Andini tahu hari itu akan datang—sidang perceraian mereka. Hanya saja dia tidak menyangka, bahkan setelah semua yang dia lalui, Dirga masih bisa menyakitinya.Terlepas dari segala kabar buruk dan kesulitan demi kesulitan itu, ada satu hal yang berbeda kini. Andini tidak lagi sendirian.Tuhan memberikan keluarga lain, menjadikan mereka alasan Andini bertahan. Tuhan tidak membiarkannya menghadapi ujian sendirian.Pagi itu, saat Andini sedang memandikan Lingga, Hannan mengetuk pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Dia membawa beberapa map cokelat, menyerahkannya ke meja di samping ranjang."Untuk apa semua itu?""Yang kamu butuhkan saat sidang.""Yang aku butuhkan?"Hannan menghela nafas, meski begitu dia tetap menjelaskan secara perlahan. "Doku

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 31. Menjagamu dengan Caraku yang Kaku

    Andini sedang duduk di kamar, bersantai setelah menyusui Lingga. Jari–jemarinya menggulir layar ponsel dengan seksama, membaca pesan dari grup ibu menyusui yang rutin dia ikuti. Hatinya mulai sedikit ringan, apalagi setelah obrolan semalam dengan Hannan yang terasa sedikit lebih manusiawi.Namun, dunia seolah tidak membiarkannya beristirahat sebentar. Ponsel yang semula hening tiba-tiba bergetar. Sebuah nama muncul di layar—nama yang sudah lama tak dia lihat: Dirga, mantan suaminya.Andini terdiam cukup lama. Dia ragu untuk menjawab, pun menolak. Sialnya rasa penasaran dan ketegangan yang menumpuk akhirnya membuat ibu muda itu menekan tombol hijau."Halo?"Sesuai tebakan, suara di seberang terdengar kasar. Tidak ada sapaan hangat, tidak ada basa-basi. Hanya nada congkak dan hinaan."Akhirnya kamu punya waktu juga buat angkat telpon. Susah sekali menghubungimu, pembawa sial."Andini menghela napas. "Ada apa, Mas? Kenapa kamu menelponku?""Wah, hebat sekali cara bicaramu sekarang. Sudah

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 30. Bernasib Sama

    Rumah besar itu sudah nyaris sunyi ketika Andini terbangun dari tidur. Biasanya, dia sudah terlalu lelah untuk membuka mata setelah seharian menyusui Lingga, menjalani fisioterapi, dan menyesuaikan diri dengan ritme rumah yang sudah seperti sistem militer. Tetapi malam ini, tubuhnya terasa gelisah. Andini akhirnya memutuskan bangkit pelan-pelan, menyelimuti tubuh mungil Lingga, dan mengenakan cardigan tipis sebelum melangkah keluar kamar.Langkah kakinya tak berani menimbulkan suara, meski lantai kayu di bawah sudah dilapisi karpet mewah yang menghalau derit. Lampu-lampu gantung padam, digantikan sorot hangat dari lampu dinding. Suasana malam di rumah itu seperti museum—tenang, elegan, dan sedikit menyeramkan.Andini berjalan ke arah ruang tengah. Dari jauh, samar-samar tercium aroma alkohol, tidak terlalu menyengat, tetapi cukup untuk membuat hidungnya sadar. Di balik pilar besar dan deretan kursi panjang, dia melihat siluet tubuh yang duduk seorang diri.Punggung tegap itu bersandar

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status