Bab 8"Makan yang banyak, Ayleen! Sayurannya jangan lupa. Kamu butuh semua itu untuk asimu!" titah Abraham, kini mereka tengah berada di meja makan untuk makan malam.Ayleen tengah menikmati ayam panggang bumbu rujak lengkap beserta sayur urapnya. Makanan yang ia idam-idamkan sejak hamil namun baru terwujud sekarang.Meski Erwin seorang putra juragan, namun ia tak pernah memberi jatah makan Ayleen dengan layak. Alasannya karena keberadaan Ayleen hanya sebagai penebus hutang, sehingga, makanan yang disajikan di meja khusus untuknya, dan Ayleen hanya berhak memakan sisanya. Ia memperlakukan Ayleen layaknya seorang budak yang tiada harganya.Tak jarang Ayleen hanya makan dengan sisa sambel di cobek, asal perut terisi walau sering kali tak kenyang.Lalu hari ini ia seperti mimpi, tiba-tiba disuruh memilih menu kesukaan dan hanya dalam hitungan menit makanan itu telah tersaji di hadapan.Merasa terharu, beberapa kali Ayleen tampak menyusut air mata agar tak sampai tumpah. Ia menikmati deng
Bab 9Setelah sarapan dan memastikan Ayleen memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan mengkonsumsi makanan sehat, susu dan juga multivitamin, Abra segera berpamit untuk pergi ke kantor."Saya ke kantor dulu ya, Ma ... sepertinya hari ini akan pulang terlambat, karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan." Abra berpamit pada mamanya."Ya sudah, hati-hati," ucap Bu Emil seraya memberikan tangannya, Abra segera menyambut dan menciumnya."Kalau ada apa-apa tolong dikabari ya, Ma ... titip Samuel," pesan Abra. Bu Emil mengangguk mengiyakan.Abraham kemudian beralih pada putranta yang tengah tertidur di dalam gendongan Ayleen. Ia menyentuh kepalanya, mengusap pelan rambut tipisnya, seraya mencium kening Sam dengan penuh cinta dan kelembutan."Saya titip Samuel ya, Ayleen. Pastikan kebutuhannya terpenuhi." Abra berpesan pada Ayleen."Baik, Pak," sahut Ayleen.Abra mencium sekali lagi pipi gembil Samuel, kemudian segera beranjak menuju kantornya.***"Permisi, Pak ... Anda memanggil saya?"
Bab 10Jelang Maghrib, Abra baru datang dari kerja. Seperti biasa, yang pertama dicarinya adalah Sam, putranya.Abra menemui mamanya yang sedang asyik menonton acara ajang memasak di TV, kemudian mencium tangannya sebagai bentuk hormat."Samuel mana, Ma? Hari ini dia rewel nggak?" tanya Abra pada mamanya."Samuel ada, dia nggak rewel kok, pinter banget malah hari ini. Semenjak ada Ayleen, Mama perhatikan dia lebih tenang. Mungkin dia nyaman, karena Ayleen selalu rutin menyusui dan mengecek popoknya. Mama lihat, Ayleen juga aktif mengajak Sam berkomunikasi, walau terlihat satu arah, tapi Sam menikmati itu, dia jadi happy dan nggak rewelan lagi," tutur Bu Emjl panjang lebar.Abra tersenyum puas mendengar penjelasan mamanya, tiada kabar yang lebih baik baginya saat pulang kerja kecuali kondisi Samuel yang aman dan tidak rewel, sesederhana itu kebahagiaan Abra."Saya jadi nggak sabar ingin ketemu, Sam," ucap Abra."Coba saja kamu temui di kamarnya, tadi selesai mandi, Ailin langsung membe
Bab 11Ayleen terdiam, memandang tuannya, mencerna maksud dari ucapannya."Hanya kalau kamu mau saja," lanjut Abraham."Terima kasih, sebelumnya, Pak ... tapi saya tidak ingin merepotkan Bapak," jawab Ayleen sungkan.Abraham mengangguk-angguk, "dari bahasamu bicara, saya bisa menyimpulkan, bahwa sebenarnya kamu butuh bantuan, hanya saja kamu sungkan." Abraham menimpali.Ayleen menautkan kedua alisnya, "dari mana Bapak bisa menyimpulkan demikian?" tanya Ayleen."Dari jawabanmu, karena jika memang tidak ada masalah dengan pernikahanmu, kamu pasti akan menjawab, 'tidak ada yang perlu dibantu, Pak, karena Alhamdulillah pernikahan kami baik-baik saja', tapi sayangnya jawaban kamu justru menggambarkan isi hati kamu." Abraham menjawab dengan menaikkan pangkal kedua alisnya, ekspresinya terlihat memojokkan Ayleen.Ayleen terdiam, dalam hati membenarkan ucapan Abraham, entah ia yang salah dalam berkata, atau Abraham yang memang kelewat peka."Kalau memang ada masalah, berbagilah! Terkadang kit
Bab 12"Ayleen, sore nanti kamu bersiap ya? Saya mau ngajak kamu dan Sam jalan keluar, sekalian ketemu sama pengacara," ucap Abraham sebelum berangkat kerja."Oh, iya, siap, Pak," sahut Ayleen."On time ya, saya pulang kerja, kamu harus sudah siap," pesan Abraham lagi."Baik, Pak," jawab Ayleen sembari menimang Sam. Seperti biasa, Abraham akan menyempatkan waktu untuk mengecup kening bayi itu sebelum meninggalkannya bekerja."Nitip Sam, ya?" ucapnya pada Ayleen, dan Ibu susu dari putranya itu hanya menjawab dengan senyuman, senyum yang mulai disukainya."Nggak biasanya loh, Ayleen, Abra itu bikin janji temu sama pengacara di luar begitu, biasanya dia akan datang ke kantornya, atau justru malah sebaliknya. Sepertinya dia hanya ingin mengajakmu jalan saja," tutur Bu Emil setelah memastikan mobil putranya melaju meninggalkan rumah.Ayleen tersenyum, "Ibu bisa saja, mungkin lebih tepatnya ingin mengajak Sam jalan, Bu, tapi saya otomatis ikut-ikutan, kan sepaket sama Sam," balas Ayleen tak
Bab 13“Ayleen …! Kamu sudah siap belum?” Teriak Abra seraya menggedor pintu kamar Ayleen.“Sudah, Pak … sebentar!” Sahut Ayleen dari dalam kamarnya.Tak berselang lama pintu kamar terbuka menampilkan dengan style yang berbeda. Wanita itu terlihat anggun dan menawan dalam balikan dress berwarna silver dengan jilbab senada. wajahnya juga terlihat lebih segar dan fresh dengan sapuan make up tipis yang baru kali ini digunakannya.Sesaat Abraham terpaku di tempatnya memandang Ayleen tak berkedip. Tak dapat ia pungkiri ia terkesima melihat kecantikan Ayleen yang semakin terpancar. Sementara Ayleen dia, jadi merasa salah tingkah dibuatnya.“Maaf, Pak … mau berangkat sekarang?” Tanya Ayleen menyadarkan Abraham.“Oh, iya. Kita berangkat sekarang, kamu sudah siap kan?” Tanya Abraham gelagapan.“Sudah, Pak,”“Kita mau ambilkan di kamarnya saya siapkan stroller nya, ya!” ucap Abraham memberikan perintah.“Siap, Pak.” Ayleen segera berlalu dari harapan Abraham, seketika lelaki itu menghembuskan n
Bab 14Ayleen terdiam beberapa saat, memandang Abraham yang tengah memotong-motong daging di piringnya."Biar saya sendiri saja, Pak," ucap Ayleen tak enak hati."Sebaiknya kamu perhatikan baik-baik cara saya memotong, supaya nanti saya tidak perlu memotong-motongkan kamu lagi," sahut Abraham.Ayleen mengangguk, dan memperhatikan setiap gerakan Abraham. Sekilas terlihat mudah, namun tangan kampungnya terlalu kaku untuk melakukannya.Kini daging itu sudah terpotong-potong menjadi beberapa bagian. "Sudah, silakan kamu makan," ucap Abraham. Lelaki itu kemudian beralih ke piringnya sendiri, seporsi menu yang sama dengan Ayleen juga ia pesan untuk dirinya sendiri."Sebentar, Pak," ucap Ayleen."Kenapa lagi? Itu tinggal kamu tusuk dengan garpu, lalu makan. Selesai!" ucap Abraham."Bukan itu maksud saya, Pak.""Lalu apa?" Abraham mengerutkan dahi."Punya Bapak, biar saya yang potongkan, supaya ilmu yang baru saja Bapak ajarkan bisa langsung saya praktikkan, dengan begitu saya tidak mudah lu
Bab 15"Maksudnya gimana? Jadi kamu akan ditahan begitu?" tanya Abraham."Kemungkinan besar, Pak," sahut Ayleen."Kenapa begitu?" Abraham semakin mendesak Ayleen untuk bercerita. Namun Ayleen hanya tertunduk diam. "Katakan saja apa adanya, Ayleen. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Saya duduk di sini sekarang dalam rangka membantu kamu," tutur Abraham mencoba meyakinkan Ayleen untuk bercerita.Ayleen menatap Abraham sejenak."Katakan, saya akan bantu carikan solusi," ucap Abraham dengan low tone-nya, satu sisi yang baru saja dilihat oleh Ayleen. Karena biasanya, lelaki itu terlihat dingin dan kaku.Ayleen menghela nafas panjang, mencoba meyakinkan dirinya untuk bercerita pada sang tuan. "Sebebarnya saya pergi diam-diam dari rumah, Pak," tutur Ayleen lirih."Kabur?" tanya Abraham memastikan.Ayleen mengangguk.Abraham mengusap wajahnya."Jadi sekarang suami kamu pasti sedang mencari keberadaanmu?" tanya Abraham lagi."Pasti, Pak ... dia pasti tidak akan tinggal diam menyadari kepergian s