Share

BAB 195

Author: Fredy_
last update Last Updated: 2025-11-23 19:25:42
Begitu napas mereka mulai tenang, Leo meraih buku menu yang tergeletak di nakas. Ia menariknya perlahan, masih berbaring setengah di atas Nayla, seolah enggan benar–benar melepaskan tubuh istrinya itu.

“Pilihan menunya banyak..." gumam Leo sambil membuka lembaran buku menu. “Kamu mau yang ringan atau yang berat?”

"Ringan aja, Leo. Kamu dari tadi udah berat." Nayla menyipit, mendekatkan wajah ke halaman menu. “Ini apa? Ravioli di ricotta e spinaci? Itu makanan atau nama orang? Panjang banget?”

Leo terkekeh pelan, mencium kening istrinya sekilas. “Itu semacam pasta isi keju dan bayam, yang ini…” Ia menunjuk menu. “Fettuccine alfredo, creamy. Yang ini ayam panggang, yang itu sup seafood. Kamu tinggal bilang aja, aku jelasin satu-satu.”

Nayla menggigiti bibir, serius sekali membaca. “Kalau… risotto ai funghi? Funghi itu jamur, kan?” tanyanya dengan dahi berkerut lucu.

“Pinter…” Leo mencubit lembut hidung Nayla. “Nasi jamur, Nay. Enak, loh. Mau coba?”

Nayla mengangguk mantap. “T
Fredy_

Horeeee... 3 bab lagi....

| 18
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Apri Yani
bukan dari si dokter nyasar kan (andrian)
goodnovel comment avatar
Hasti Eka Puryanti
good job thor, makasih updatenya, tiap hari 3 bab ya thor...
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
paket dr siapa, jangan sampai dr si brengsek jax
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 219

    Tanpa terasa, mereka sudah berpindah dari satu gerobak ke gerobak lain. Lima—bahkan mungkin lebih—kuliner sudah mereka cicipi. Keringat mengucur dari kening sampai leher dan terus meluncur ke punggu Leo, sebelum akhirnya ia menyerah, melepas jas dan menyampirkannya di lengan. Kemeja putihnya kini tergulung rapi sampai siku, dasinya sudah lama ia lepaskan entah sejak gorengan keberapa.Nayla tertawa kecil sambil mengusap perut. Ia dan Leo sudah berada di titik cukup kenyang. Sebaliknya, Emily justru terlihat seperti baru memulai. Gadis berambut pirang itu melangkah cepat menyisir barisan gerobak, matanya berbinar setiap kali membaca papan menu.“Oh! What is that?”“And this smells amazing!”“Leo, Nayla, lihat... kue-pan-cong-lu-mer?!” bacanya, dengan aksen yang lucu.Punggung Emily yang bergerak lincah di antara keramaian tertangkap jelas oleh pandangan Nayla. Gadis itu tampak begitu antusias, seolah dunia malam Jakarta adalah taman bermain barunya. Dan entah kenapa, di tengah riuh taw

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 218

    Sejak roda mobil Leo meninggalkan halaman rumah, Emily sudah tak bisa diam.“So… where are we going?” tanyanya antusias, duduk tegak di kursi belakang, matanya berbinar. "Aku cari di google... ada fine dining in SCBD. Review bagus, bintang lima. Atau... rooftop restaurant? With city view? Oh! Or Japanese omakase—”“No,” jawab Nayla singkat, sambil memeriksa lipstiknya di kaca kecil.Emily berkedip. “Okay… how about Italian? Pasta, wine—”“No.”“French?”“No.”Leo yang menyetir melirik sekilas ke spion, menahan senyum. Emily mulai tertawa kecil, mengira itu bercanda.“You’re joking, right? Kita mau dinner, kan?""Yes," sahut Nayla, melempar tatapan ke luar jendela.Emily cemberut di kursi belakang, lalu bergumam kecil, "Then where? Kita makan apa?"Nayla hanya tersenyum misterius. Leo fokus ke jalan, pura-pura serius, padahal bahunya sedikit bergetar menahan tawa.Mobil terus melaju, meninggalkan deretan gedung tinggi dan lampu-lampu elegan. Lalu perlahan, suasana berubah. Jalanan maki

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 217

    Ya, suasana di ruang tengah sore itu sebenarnya memang sudah sempurna. Nayla sudah segar, Matteo sudah kenyang, Surti sudah selesai masak untuk dirinya sendiri—sampai tamu tak diundang itu masuk lewat jalur dianter CEO Graha Utama.Surti yang sedang duduk bersila di karpet, memainkan crib toys yang berputar warna-warni bersama Matteo, sontak menoleh begitu mendengar suara gadis yang sudah ia tandai di telinganya. Dan... Emily berdiri di sana, tersenyum lebar seperti di rumahnya sendiri saja.“Hi… Matteo!” sapa Emily riang dengan aksen Inggrisnya yang kental.Matteo yang sedang mencoba menggapai mainannya berhenti sejenak, menoleh Emily sekilas—lalu langsung balik lagi menatap Surti, tangannya terjulur-ulur penasaran.Surti cuek saja, memutar lagi tuas mainan yang hampir berhenti berputar, sambilengambil Matteo, aambil tersenyum kecut."Lucu ya, Teo... berputar... berputar...” ucapnya singkat, tetap fokus pada Matteo tanpa sedikit pun niat untuk berbasa-basi dengan Emily.Emily berkedi

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 216

    Aroma vanila dari diffuser di kamar menambah senyum lebar di wajah Nayla. Dia baru saja selesai mandi, lebih awal dari biasanya. Rambutnya sudah dikeringkan, sedikit disisir ke samping, dan kulitnya yang lembap setelah mandi membuat wajahnya tampak segar. Ia tersenyum kecil—malam ini, untuk pertama kalinya setelah resepsi, mereka akan makan malam sebagai suami–istri di luar rumah, tanpa perlu takut pada kamera dan sorotan.Maka ketika semalam Leo berkata, “Besok aku akan pulang cepat dari kantor. Kita dinner di tempat romantis, ya,” hatinya langsung melompat senang.Nayla meraih pouch make-up, hanya ingin menambahkan sedikit lip gloss dan blush tipis saja. Leo tidak pernah menuntutnya tampil berlebihan—hanya menjadi diri sendiri saja sudah cukup untuk membuat lelaki itu membolak-balik tubuhnya tiga kali sehari.Nayla sudah menunggu Leo di ruang tengah, bersama Matteo dan Surti, ketika suara pintu depan terbuka.“Aku pulang…”Suara maskulin itu... meski sudah sering mendengarnya, tetap

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 215

    Suasana ruang rapat Graha Utama beberapa hari ini terasa berbeda—lebih hidup, lebih optimistis. Semenjak ucapan selamat berbahagia membanjiri Leo, pria itu memang seakan tak pernah kehabisan energi.Diagram proyeksi keuntungan terpampang di layar pun menambah kebahagiaan bapak anak satu itu. Blueprint rencana pembangunan resort baru di Austria memenuhi meja, lengkap dengan catatan-catatan detail.Leo berdiri di depan, rapi dengan kemeja putih dan setelan charcoal grey, memimpin jalannya presentasi dengan percaya diri tinggi.“Dengan koneksi dari Tuan Borden, dan seluruh penjualan aset Berlin yang sudah resmi dialihkan ke proyek Austria, pembangunan resort akan berjalan sangat cepat—perkiraan saya hanya tiga bulan,” ucap Leo, nada suaranya mantap.Beberapa manajer senior saling pandang—semua sama-sama melihat peluang besar di depan mata.Leo melanjutkan, “Fase satu dimulai bulan depan. Saya minta semua tim siap dalam dua minggu. Putra, kamu pimpin koordinasi dengan tim arsitek. Meeting

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 214

    Hari-hari setelah resepsi berlalu secepat gosip tetangga yang baru mampir lima menit tapi sudah tersebar ke seluruh kompleks. Rutinitas kembali seperti semula—atau setidaknya, kembali ke versi 'baru' setelah pesta besar mereka.Leo berangkat kerja setiap pagi, tapi sedikit berbeda dari sebelumnya, kini ada dua orang yang menunggunya dipeluk lama-lama sebelum ia pergi. Nayla, dengan rambut digulung asal-asalan dan piyama kusut minta dikoyak, selalu menjadi tujuan pertama.Setelah itu, Matteo—yang kini semakin lincah—merengek protes kalau belum mendapat jatah pelukan ayahnya.“Papa kerja dulu, ya. Papa sayang kalian,” ujar Leo sambil memeluk dua orang kesayangannya—menciumi pipi Nayla, kening Matteo, lalu kembali ke pipi Nayla lagi seakan belum puas.“Dadaaaah Papa… pulang bawa oleh-oleh, yaaa…” ujar Nayla menirukan suara bayi, lengkap dengan ekspresi menggemaskan."Hei..." Leo tertawa sambil menempelkan wajahnya ke leher Nayla, enggan melepaskan. “Aku cuma ke kantor, bukan ke luar nege

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status