Share

BAB 27

Author: Fredy_
last update Last Updated: 2025-07-18 10:56:53

Angin sore bertiup lembut, menerbangkan aroma bumbu yang memenuhi dapur. Warung mulai sepi. Hanya tinggal dua pelanggan yang masih mengobrol sambil menyeruput kopi panas.

Nayla menyeka tangannya ke celemek yang tergantung di dinding, lalu menghampiri Bu Erna yang masih sibuk menata uang dan mencatat pemasukan di meja kasir.

"Warung tutup jam berapa, Bu?" tanya Nayla.

"Satu jam lagi deh, Nay ..." sahut Bu Erna tanpa mengangkat kepala. "Baru dua hari kamu kerja di sini, pelanggan warung udah tambah banyak, Nay. Kayaknya kamu bawa rezeki, nih."

"Ah, ibu bisa aja. Kan masakan ibu emang top-markotop. Nggak heran kalau makin laris," sahut Nayla.

Bu Erna melirik sekilas sambil tersenyum puas. "Ih, kamu juga pinter bikin sambel tuh, pinter ngelayanin pelanggan, cantik pula. Jangan tergoda ya kalau ditawarin pindah ke warung sebelah."

Nayla tertawa kecil. "Mana mungkin tergoda, Bu? Di warung sebelah belum tentu pulang kerja dibungkusin telor balado sama sayur sop. Makasih ya, Bu ..." sah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Itu Leo ya yg membuat orang bermotor itu kabur ????
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
asik up ....
goodnovel comment avatar
Apri Yani
pasti itu pelanggan warung bu erna
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 45

    Hari-hari berlalu begitu cepat. Kamar presiden suite yang semula terasa terlalu besar untuk menampung satu pasien bayi, telah berubah menjadi rumah kedua—bagi Matteo, dan juga Nayla. Segala perlengkapan bayi berdatangan satu persatu, bersama dengan makanan lezat dan bergizi untuk ibu menyusui yang dikirim langsung oleh Matilda melalui supir pribadi.Siang hari adalah milik Nayla. Ia menyusui Matteo, mengganti popoknya, mengelus perut kecil bayi itu dengan minyak telon, dan tak pernah bosan menyanyikan lagu-lagu anak yang setiap liriknya dinyanyikan dengan lengkap.Sementara Leo, kalau tidak ada rapat di kantor, ia duduk di sudut ruangan, membuka laptop. Raganya memang ada di ruangan itu, tetapi jiwanya berada di tempat lain. Tangannya mengetik cepat, mulutnya bicara pelan-pelan lewat ponsel. Dia tak bisa diganggu, kecuali kalau sudah jam makan siang, barulah dia menutup laptop dan menghampiri Nayla dengan kalimat pembuka yang selalu sama, "Kamu udah makan, Nay?"Malam hari jadi gilira

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 44

    Arlene menoleh cepat ke arah pintu, senyumnya merekah. “Leo …?” panggilnya dengan suara yang seketika berubah genit. Namun, senyum di bibirnya segera pudar begitu ia mendapati bahwa pria yang berdiri di ambang pintu bukanlah Leo. "Kamu ..." ujar Arlene mendengus Adrian yan berdiri mengenakan jas putih kebanggaannya. "Hi, Lene!" sapa Adrian, melangkah santai. "Pagi banget. Kirain mau dateng nanti siang, sekalian traktir aku makan sushi," Dokter usil itu mendekat, lalu berbisik geli di dekat Arlene. "Udah penasaran banget ya, pengen kenalan sama pengasuh baru Matteo?" "Oh, jelas aku penasaran!" sahut Arlene sambil kembali menatap nyalang Nayla. "Aku kan nggak mau Matteo kita sampai masuk rumah sakit lagi, gara-gara salah asuhan. Kasian Matteo, Dri. Dia itu butuh kasih sayang penuh dari seorang ibu. Bukan cuma pengasuh ..." "Well.... Yang kamu bilang bener, sih. Matteo memang butuh seorang ibu," ujar Adrian, tahu betul maksud perkataan Arlene. "Tapi sebelum kamu tanya anaknya, mau ib

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 43

    Surti melesat cepat tanpa peduli lagi pada wanita yang ia tabrak tadi. Hatinya dag-dig-dug. Bukan hanya karena nyaris membuat wanita itu terjungkal, tapi juga ia merasa sepertinya pernah bertemu dengan wanita itu di suatu tempat. Surti mengerutkan dahi sambil tetap berlari kecil menyusuri lorong rumah sakit. "Siapa sih dia? Aku pernah lihat di mana ya?" gumamnya. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara hentakan sepatu hak tinggi menggema tepat di belakangnya. Surti menoleh cepat, dan benar saja—wanita itu berjalan cepat ke arahnya dengan ekspresi wajah seperti debt collector hendak menagih utang! "Waduuh... bisa kena semprot nih!" Dalam kepala Surti, keping-keping memori mulai menyeruak. Ia yakin sekali pernah melihat Arlene... Artis, kah? Selebgram? Model? Pejabat? Atau... eh, jangan-jangan? Mata Surti melebar. "Psikopat!" seru Surti dalam hati. "Kabuurrr!" Secepat kilat Surti mempercepat langkahnya, sambil mengapit tas Nayla dan rantang makanan. Kepalanya celingukan, matanya men

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 42

    "Saya tinggal di rumah Bapak?" tanya Nayla, akhirnya berhasil bersuara.Jujur saja, itu kedengaran agak sedikit gila. Bahkan, Leo sendiri tak menyangka keputusan itu bisa muncul begitu saja, setelah ia mendengar cerita tentang Nayla dari Surti. Dan, bukan hanya itu ... ia sungguh tak rela kalau baby sitter itu menyentuh Matteo lagi. Bisa-bisa dia yang duluan gila."Iya, Nay. Kamu bisa tidur di kamar Matteo ... atau, ada dua kamar tamu di lantai bawah. Pilih saja, asal kamu nyaman."Nayla belum menjawab. Tatapan mereka masih saling bertaut. Ruang pasien itu hening, seakan menunggu salah satu dari mereka bicara lebih dulu."Saya tidak tahu masalah besar apa lagi yang sedang kamu hadapi, Nay. Tapi wanita muda dengan wajah sepolos kamu... tidak pantas berkeliaran di pinggir jalan menjadi pelayan," batin Leo."Apa saya nggak ngerepotin kalau tinggal di rumah bapak?" ucap Nayla dengan wajah polos yang menggemaskan. "Kalau nanti ada tetangga lihat ...""Nayla," Leo memotong cepat, sebelum pi

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 41

    Tok. Tok. Suara pintu terbuka pelan disertai derit halus membuat Nayla mengerjap perlahan. Matanya yang masih terasa berat berusaha menangkap sosok berseragam biru pastel yang baru masuk ke dalam ruangan. Seketika, Nayla tersadar—sejak kapan ia tertidur di sofa, dan kapan ia menyelimuti tubuhnya? Alisnya bertaut bingung. Ingatannya seketika terlempar saat Leo menaruh Matteo kembali ke dalam inkubator. Setelah itu ... angin sejuk dari AC dan perut kenyang menyeretnya masuk ke dalam kantuk yang tak bisa dilawan. Nayla menoleh sosok yang duduk santai di samping inkubator. Oh, Leo sudah kembali, dan sedang menjaga Matteo yang tertidur pulas. Nayla menatap pria itu beberapa detik. Rona merah merambat di wajahnya. Masa dia yang nyelimutin aku...? Tapi sebelum pikiran itu melayang lebih jauh, langkah perawat mendekat membuatnya kembali menoleh ke arah pintu. “Selamat sore!” sapa perawat ramah. “Semua aman, Bu? Kondisi Baby Matteo baik, kan?” Nayla segera menurunkan selimut dan duduk

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 40

    Beberapa jam berlalu sejak Nayla masuk ke ruang perawatan bayi. Leo masih setia menunggu di luar dengan hati gelisah. Berkali-kali ia menatap layar ponsel, mengecek waktu, lalu menarik napas panjang. Rasa lelah tidak lagi ia rasakan—yang ada hanya dorongan kuat untuk memastikan Nayla dan Matteo berada di tempat terbaik. Atas permintaan langsung dari Leo—yang menyatakan siap membayar berapa pun biayanya—dan perintah dari Adrian, pihak rumah sakit akhirnya mengatur pemindahan Matteo ke ruang Presiden Suite, sebuah ruang eksklusif yang fasilitasnya akan dibuat seperti perawatan intensif. Inkubator dipindahkan, dan sebuah ranjang khusus untuk keluarga juga disiapkan di sudut ruangan. Nayla sudah lebih dulu masuk ke ruangan itu, menemani Matteo yang kini tampak lebih tenang di dalam inkubator. Ketika Leo masuk dengan dua kantong belanja besar di tangan kiri-kanannya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah Nayla yang sedang memegang botol susu yang sudah disiapkan untuk Matteo. "Nay ...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status