แชร์

BAB 44

ผู้เขียน: Fredy_
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-04 13:15:23

Arlene menoleh cepat ke arah pintu, senyumnya merekah. “Leo …?” panggilnya dengan suara yang seketika berubah genit.

Namun, senyum di bibirnya segera pudar begitu ia mendapati bahwa pria yang berdiri di ambang pintu bukanlah Leo. "Kamu ..." ujar Arlene mendengus Adrian yan berdiri mengenakan jas putih kebanggaannya.

"Hi, Lene!" sapa Adrian, melangkah santai. "Pagi banget. Kirain mau dateng nanti siang, sekalian traktir aku makan sushi," Dokter usil itu mendekat, lalu berbisik geli di dekat Arlene. "Udah penasaran banget ya, pengen kenalan sama pengasuh baru Matteo?"

"Oh, jelas aku penasaran!" sahut Arlene sambil kembali menatap nyalang Nayla. "Aku kan nggak mau Matteo kita sampai masuk rumah sakit lagi, gara-gara salah asuhan. Kasian Matteo, Dri. Dia itu butuh kasih sayang penuh dari seorang ibu. Bukan cuma pengasuh ..."

"Well.... Yang kamu bilang bener, sih. Matteo memang butuh seorang ibu," ujar Adrian, tahu betul maksud perkataan Arlene. "Tapi sebelum kamu tanya anaknya, mau ib
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (5)
goodnovel comment avatar
eonnira
eh..nayla pinter loh..tinggal nungguin nayla persentasi aja fix jadi saingan beratnya susu tulang
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Nayla pintar ya ngerti omongan si Kunti Arlene dalam bahasa inggris
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Yang Adrian .....
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 111

    Begitu ketiganya melangkah masuk ke dalam wahana Cermin Seribu Bayangan, dunia luar seakan lenyap. Mereka terhipnotis dengan pikiran masing-masing. Dinding kaca menjulang, membelah lorong-lorong sempit yang berliku, menghadirkan ribuan pantulan wajah mereka sendiri. Lampu di langit-langit menambah efek aneh, seolah setiap cermin punya rahasia yang hanya bisa dipahami oleh mereka sendiri. Surti yang paling dulu teralihkan. Ia melangkah ke arah cermin cekung di sebelah kiri. Bayangan tubuhnya memanjang dan tampak lebih ramping. Matanya membulat, lalu terkikik geli. “Ya ampun, aku kalau kurus cantik juga ya. Mirip Devina Karambol…” ia mengibaskan rambutnya ala model papan atas. Surti menoleh ke samping. “Nay, sini lihat… langsing banget aku.” Ia menggerakkan tangan kanannya, hendak meraih lengan Nayla yang seingatnya tadi berjalan di sebelahnya. Namun tangannya hanya menyapu udara kosong. Surti spontan menoleh ke kanan, lalu ke kiri. Lorong kaca memantulkan bayangannya sendiri, berula

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 110

    Surti mematung. Tubuhnya seakan membeku begitu suara gadis kecil itu terdengar. “Mbak Surti… adek kangen…” Langkahnya tertahan mematung. Bocah itu berlari dari arah kamar, tubuhnya mungil dengan rambut dikuncir dua, wajahnya riang gembira. Itu Mika—anak kecil yang diam-diam Surti rindukan sejak kabur dari rumah itu. Anak yang biasanya ia temani belajar baca tulis hingga berhitung, suapi makan sayur, bahkan kadang minta tidur di kamarnya. “Mika…” suara Surti tercekat. Ia langsung berjongkok dan merentangkan tangan. Tubuh mungil itu melompat ke pelukan Surti, menempel erat, seolah tak ingin dilepas lagi. “Maaf, Mbak Surti nggak bisa nemenin Mika lagi,” bisik Surti lirih, menahan air mata. Tangannya membelai punggung kecil itu lembut. “Mbak pindah kerja… ikut sama Pak Leo.” Mika sontak menoleh, mata bundarnya menatap Leo yang duduk tenang di sofa, dengan wajah serius tapi teduh. “Kenapa? Apa karena Mama Mika suka pukulin Mbak, ya?” tanyanya polos, suaranya pelan tapi menohok. Surti

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 109

    "Oh itu... bule ya, Ti?" tanya Nayla, sembari merapikan kancing bajunya."Bule dari mana? Asal pirang kamu bilang bule. Heran banget," sahut Surti, masih mengkeret di kursinya."Ah, tapi pasti ada turunan bule... hidungnya mancung gitu," Nayla sengaja melantur untuk mengalihkan ketegangan Surti."Kalau punya duit banyak, hidung pesek bisa jadi mancung, gigi mancung bisa jadi rata. Gampang banget..." balas Surti."Ohh... gitu..." Nayla mengangguk-angguk.Di belakang kemudi, Leo ikut menggulung senyum, menahan tawa. Yah, percakapan receh semacam ini memang sangat ia butuhkan. Makanya, ia sering sengaja nongkrong bareng Putra dan staff lain di kantin kantor. Hanya untuk mendengarkan obrolan ringan, absurd, dan jauh dari urusan kantor."Turun, yuk..." ujar Nayla, setelah memasang topi kecil di kepala Matteo.Surti mencengkeram pinggiran kursi mobil, wajahnya pucat pasi. “Aku nggak mau turun, Nay… sumpah aku takut. Aku bisa kena pukul lagi gara-gara kabur kelamaan…” bisiknya.Nayla menoleh

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 108

    Pagi itu, Nayla sudah tampil cantik dengan terusan warna cerah. Rambut panjangnya disisir rapi, jatuh indah di bahu. Matteo bersandar nyaman di dadanya, sementara tas ASI tersampir di bahu kiri. Ia berdiri di depan pintu kamar Surti, mengetuk pelan.“Ti, udah siap? Leo bentar lagi turun,” panggil Nayla.“Bentar, Nay. Bentar… rambut aku masih basah. Emang rambut kamu nggak basah, gitu?” sahut Surti dari dalam, suaranya terdengar menggoda.Nayla spontan mengangkat sebelah alis. “Aunty Surti! Semua gara-gara kamu ya... udah ah, nggak usah bercanda..." sahutnya salah tingkah. Dari dalam, terdengar tawa cekikikan Surti.Rona merah merambat di wajah Nayla, pikirannya melayang pada kejadian semalam.Di dapur, suasana masih menyisakan aroma antiseptik. Dalam hening itu, Nayla akhirnya membuka suara, menceritakan semua masalah Surti dengan jemari mereka yang saling bertaut.Leo mendengarkan dengan wajah serius, matanya tak lepas dari wajah Nayla. Ia sama sekali tak bereaksi berlebihan, bahkan

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 107

    “Hallo, Nanay…” Kalimat itu menghantam telinga Nayla lebih kuat daripada petir di siang bolong. Napasnya tercekat. Kenapa suara maskulin di seberang sana bisa langsung tahu kalau itu telepon darinya? “Nomor ini… hanya kita berdua yang tahu,” sahut pria itu dengan nada rendah yang terdengar mantap. "Apa kabar, Nanay? Kamu sehat?” Nayla mencengkeram erat ponselnya. “Jax? Kamu… benar Jax?” “Iya lah! Siapa lagi, Nay? Lelaki yang pernah melihat liontin mawar itu menggantung di leher kamu…” suara Jax terdengar seperti bisikan masa lalu yang menusuk jantungnya. “Nay… kita harus bertemu.” Nayla buru-buru menyerobot, “Untuk apa kamu mencariku, Jax?” Hening sejenak di ujung sana, sebelum Jax berdesah. “Kamu pasti kecewa sama aku, kan? Maafin aku, Nay. Banyak yang harus aku ceritakan sama kamu. Bukan mau aku menghilang selama sembilan bulan. Itu… siksaan paling mematikan dalam hidupku.” Suaranya semakin lirih, seperti benar-benar tersiksa. “Kamu harus percaya aku…” Nayla memejamkan mata,

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 106

    Cahaya matahari meredup, saat mobil Leo tiba di Jakarta. Ia melaju kencang menembus kepadatan jalan pulang. Tatapannya lurus ke depan, seakan tidak peduli pada permasalahan dunia di sekitarnya. Hanya ada satu tujuan di kepalanya—markas geng motor yang pernah ia datangi bersama Zoya. Waktu itu, Zoya kalut, stress berat, karena Jax menghilang berhari-hari. Mereka mencarinya ke segala penjuru, sampai akhirnya menjejakkan kaki di tempat itu—bangunan setengah jadi, setengah runtuh, ditelan pepohonan liar yang menjulur setinggi atap. Bukan tempat manusia waras, melainkan sarang orang-orang tak jelas seperti Jax dan gerombolannya. Kini, tempat itu masih sama saja, suram, lembap, lebih cocok disebut sarang dedemit ketimbang tempat berkumpul manusia. Leo menghentikan mobil persis di depan bangunan. Ia mematikan mesin, lalu segera keluar dari mobil. Sepatu kulitnya menghantam tanah dengan berat, penuh ancaman. Matanya menerawang ruangan remang-remang di balik pintu reyot itu. Tanpa basa-basi,

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status