Share

101. Andai Masih Ada

last update Last Updated: 2025-04-18 17:55:38

“Kalau kamu ingin marah, besok saja. Sekarang aku lelah,” tambah Kira lagi sambil menatap Kai yang tengah terdiam.

Kira kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur, membelakangi Kai dan berusaha memejamkan mata.

Ia pikir, Kai sedang marah dan siap menyemburkan amarahnya karena Kira menyembunyikan panggilan Violet siang tadi.

Sejujurnya tadi Kira tidak benar-benar terlelap. Ia bisa mendengar Kai yang menelepon Violet, lalu Kai pergi menemui kekasihnya itu. Kira sempat berpikir bahwa Kai tidak akan kembali, tapi di luar dugaan, Kai justru kembali ke suite dengan cepat.

“Kenapa kamu melakukannya?”

Kira terkesiap saat Kai tiba-tiba bertanya sambil memeluknya dari belakang. Alih-alih marah, pria itu justru bertanya dengan suara rendah.

Kira membuka matanya kembali, menatap kasur kosong di sebelahnya–yang seharusnya ditiduri Kai. Ia merasakan tangan pria itu memeluk perutnya semakin erat.

“Karena aku nggak mau dia mengganggu kebersamaan kita,” ujar Kira dengan jujur.

Tanpa Kira sadari, Kai
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Gustiara Gusty
aku koq sanksi ya klo luna itu anaknya kai.....
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
Amin yg kenceng ^^
goodnovel comment avatar
Pravita Dian
setuju banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   177. Keputusan Kira

    “Mas, lepasin!” Kira memberontak. Ia memukul-mukul punggung pria itu yang memeluknya dengan erat. “Aku benci kamu! Aku benar-benar benci kamu, Mas!” desis Kira dengan napas memburu.“Aku merindukanmu, Kira,” ucap Kai tiba-tiba dengan suara lembut. “Aku sangat merindukanmu.”Pengakuan Kai tersebut membuat Kira sempat terdiam sesaat, ini pertama kalinya ia mendengar kata rindu keluar dari mulut Kaisar.Namun, Kira tak ingin terlena. Ia segera mendorong Kai dengan kasar saat pria itu sedang lengah. “Jangan pernah menyentuhku lagi, Mas! Aku nggak sudi disentuh olehmu!” desis Kira lagi sambil menatap Kai tajam.Kai membeku, tapi tatapannya tak pernah lepas barang sedetik pun dari Kira, membuat Kira secara spontan membuang muka ke arah lain.“Kira, maafkan aku,” bisik Kai, “maaf aku sudah mengecewakanmu.”Kira tersenyum sinis mendengarnya. “Kamu sudah sering meminta maaf padaku, Mas, tapi kamu tetap saja mengecewakanku. Maaf untuk kali ini aku nggak akan tertipu lagi!”“Kira–”“Kamu punya p

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   176. Ketemu

    Malam itu Kira pergi ke mini market di dekat apartemen Julian untuk membeli beberapa keperluannya. Ia tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang terkejut melihatnya. Bobby. Pria itu langsung mengikuti Kira secara diam-diam saat Kira keluar dari mini market tersebut. Lantas Bobby menghubungi Kai dan mengabarkan bahwa ia telah menemukan Kira.Sementara itu, Kira berjalan sendirian sambil sesekali menatap langit. Tangannya yang tidak memegangi kantong belanjaan, mengusap perut yang masih rata sambil bergumam, “Kamu kuat, Nak. Kita berdua bisa hidup bahagia.”Raut muka Kira tiba-tiba berubah sendu, ia menunduk, menatap jalan di hadapannya dengan tatapan menerawang. Lalu menghela napas berat seolah ingin meringankan beban yang menggelayuti hatinya.Sudah tiga hari ia tinggal di apartemen Julian. Dan selama itu Kira merasa kesepian, tidak ada handphone, tidak ada Kaisar.Kaisar?Mengingat nama pria itu, Kira tersenyum kecut. Hatinya tiba-tiba dirundung perasaan nyeri yang sulit ia enyahkan be

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   175. Sudah Menemukannya

    Kalut, merasa bersalah dan takut kehilangan Kira.Itulah yang dirasakan Kai pagi, siang dan malam. Ia juga dihantui perasaan gelisah setiap kali ingatannya tertuju pada Aksa. Sudah tiga hari berlalu sejak kepergian Kira. Dan selama itu pula Kai tidak bisa terlelap barang sedetik pun.Sampai saat ini Kai belum berhasil menemukan Kira, padahal Kai sudah mencarinya ke manapun dengan bantuan Bobby.Kini, Kai tengah duduk termenung di tepian ranjang kamar Kira sambil memandangi foto pernikahan mereka dalam bingkai ukuran sedang, dengan mata yang memerah.Ada rasa rindu yang menggebu di dalam dadanya pada Kira. Juga rasa kehilangan yang teramat sangat.“Ke mana aku harus mencarimu, Kira?” gumam Kai seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri.Jemarinya menyentuh wajah Kira dalam foto tersebut. Ia tak pernah merasa kehilangan seseorang seperti ini sebelumnya. Sampai-sampai ia merasakan dada kirinya nyeri dan ngilu.Saat Kai tengah sibuk memandangi foto pernikahan mereka, tiba-tiba saja pons

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   174. Menyesal

    “Kenapa kalian membiarkan Kira pergi?!” desis Kai dengan tatapan penuh amarah pada dua satpam yang berdiri dengan kepala tertunduk di hadapannya.Salah satu dari kedua satpam itu kemudian berkata dengan pelan, “Maafkan kami, Tuan. Kami mengira Nona Kira pergi untuk jogging, karena Nona Kira bilang akan jogging sebentar.”“Seharusnya kalian menahannya!” desis Kai lagi, rahangnya berkedut. “Apa kalian pikir, Kira suka pergi pagi-pagi buta begitu untuk jogging?”Kedua satpam itu tak ada yang berani menimpali ucapan Kai lagi, mereka tertunduk. Sementara itu Kai meraup wajahnya dengan kasar. “Kalian benar-benar tidak bisa diandalkan!”Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Kai lalu berjalan dengan langkah cepat untuk kembali ke dalam rumah.Raut muka Kaisar berubah panik saat ia sedang sendirian. Ia sudah mencoba menghubungi nomor telepon Kira, berkali-kali, tapi Kai mendapati bahwa Kira meninggalkan ponselnya di dalam kamar. Sial.Kai lantas menelepon Bobby–seseorang yang ia perintahkan un

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   173. Aku Akan Menunggu

    “Kamu bisa gunakan apartemen ini sesuka kamu,” ucap Julian sambil mendorong pintu apartemen di hadapannya. Lalu melangkahkan kakinya memasuki unit tersebut.Kira ikut melangkah masuk. Ia melihat apartemen itu tampak rapi dan bersih meski tidak ditempati.“Rumah ini memang selalu dibersihkan dua kali seminggu walaupun nggak aku tempati.” Julian tersenyum, seolah mengerti apa yang ada di kepala Kira saat ini.Kira menoleh pada Julian, tersenyum samar.Bibir Kira terbuka hendak mengatakan sesuatu, tapi Julian lebih dulu berbicara, “Kalau kamu butuh makanan, di kulkas ada bahan makanan tapi cuma seadanya. Aku selalu merestok makanan setiap bulan, mengganti yang kadaluarsa dengan yang baru.” Julian menjelaskan panjang lebar sembari melangkah menuju dapur.Lalu membuka pintu kulkas dan benar saja ucapannya, di dalam kulkas itu banyak bahan makanan yang masih segar.Kira menggigit bibir bawahnya sejenak, ia merasa canggung sekaligus merasa bersalah. “Em… Julian?”“Ya?” Julian menoleh pada Ki

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   172. Malaikat Penyelamat

    Kira keluar pagi-pagi sekali dari rumah itu, bahkan sebelum Kai dan Ani bangun. Ia pergi karena tak ingin bertemu dengan Kai untuk saat ini. Melihat wajah lelaki itu, hanya akan menambah luka baru di hati Kira. Setelah keluar dari gerbang rumah usai pamit pada satpam yang sempat kebingungan melihat kepergiannya, Kira pun melangkahkan kakinya dengan gontai di jalanan komplek. Langit masih gelap, segelap hati Kira saat ini. Saat melewati rumah Violet, Kira sempat menghentikan langkahnya sejenak. Tangannya mengepal, dadanya berdenyut nyeri kala teringat dengan ucapan Kai tadi malam. “Sepertinya kamu nggak menyerah untuk mengambil Kai dariku,” gumam Kira dengan senyuman getir. Tanpa sadar mata Kira menggenang. Ia meneruskan langkahnya, tanpa tujuan. Ia tidak membawa apa-apa selain dompet. Bahkan ponsel saja ia tinggalkan di kamar. Untuk saat ini Kira tidak memikirkan apapun selain lari dari Kai, setidaknya untuk pagi ini saja, ia tidak sanggup bertemu dengan lelaki itu. Kini Kira ber

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   171. Jangan Cari Aku

    “Mau bicara apa, Mas?” tanya Kira.Kai tak langsung menjawab. Pria itu terdiam cukup lama dengan tatapan menerawang. Sesekali Kai mengusap wajahnya dengan gusar.Kira memperhatikan sikap Kaisar dengan penuh rasa ingin tahu dan kebingungan. Entah kenapa tangan Kira mendadak terasa dingin, perasaannya mulai tidak enak. Kira merasa kabar yang akan dibicarakan Kai bukanlah kabar baik.“Kira…,” panggil Kai dengan suara tercekat. Pria itu menoleh ke arah Kira, tapi tidak menatap matanya, sejak tadi Kai selalu menghindari bersitatap dengan Kira.“Ya, Mas? Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Kira sekali lagi, tangannya terulur, menyentuh pipi Kaisar agar pria itu menatapnya. “Kenapa kamu nggak mau menatapku, Mas?”Namun, tanpa diduga-duga, Kai justru malah menepis tangan Kira dengan halus. Lalu Kai menghela napasnya kasar. “Kira, sebelumnya… aku minta maaf, karena mungkin apa yang akan aku sampaikan ini mengecewakanmu.”Kira terdiam sesaat. Lalu mengangguk. “Sampaikan saja apa yang mengganggu

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   170. Kita Bicara

    Kira duduk termenung di ruangan keluarga. Matanya menatap televisi yang tak benar-benar ia tonton. Suara presenter wanita memenuhi ruangan tersebut di tengah sunyinya malam.Sudah pukul sembilan malam, tapi Kai tak kunjung pulang. Tatapan Kira bergeser ke arah ponsel yang tergeletak di samping remote, ia menantikan pesan atau telepon dari suaminya. Namun, Kai tidak ada menghubunginya satu kali pun sampai saat ini.Apa Kai sudah berhasil menemukan Violet? Atau belum?Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Kira. Ia penasaran kenapa Kai belum pulang sampai hampir tengah malam begini?Meski marah dan kecewa karena Kai membatalkan janjinya untuk pergi babymoon begitu saja demi Violet, tapi Kira tak bisa memungkiri bahwa ia khawatir pada pria itu.Saat Kira sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba saja pintu terdengar dibuka, disusul dengan derap langkah kaki yang memasuki rumah.Kira keluar dari lamunannya. Seketika itu juga ia berdiri dan menghampiri ruang tamu untuk menya

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   169. Pilihan Kaisar

    Beberapa saat yang lalu, Kai menghentikan laju kendaraannya di depan lobi Milard hotel. Saat turun dari mobil, ia melihat beberapa orang tengah berkerumun sambil menatap ke arah langit.Awalnya Kai tidak ingin menghiraukan mereka, karena fokusnya saat ini adalah mencari Violet.Namun, ucapan beberapa orang itu membuat langkah kaki Kai urung untuk masuk ke lobi.“Ada orang mau bunuh diri!”“Ya Tuhan, apa yang harus kita lakukan?”“Gila ya tu orang, kayaknya dia udah nggak waras!”“Cepat! Cepat panggil polisi!”Seruan-seruan itu membuat raut muka Kai seketika berubah menegang. Lalu Kai mendongak ke atas dengan perasaan campur aduk. Dan begitu pandangannya tertuju ke arah rooftop, ia terkesiap begitu melihat seseorang akan melompat dari sana.Apa jangan-jangan… wanita itu adalah Violet?Ya, tidak salah lagi. Firasat Kai menyebutkan bahwa wanita itu Violet.Tanpa membuang-buang waktu, saat itu juga Kai berlari menghampiri lift. Namun, sial. Ketiga lift di lobi itu sedang berada di posisi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status